Arra meruntuki dirinya sendiri. Bagaimana tidak ia di tipu oleh Agung dan mamanya sendiri. Semua rencana gila ini adala ide Agung. Pada awalnya bu Brata tidak menyetujui ide gila Agung tapi dengan terus memohon akhirnya bu Brata menyetujui rencana Agung.
Arra menyalahkan dirinya sendiri akibat percaya dengan ucapan Agung. Sekarang lihat? Agung menari di atas penderitaan orang lain. Menyebalkan. Batin Arra.
Arra duduk gelisah di dalam mobil bersama Agung. Bagaimana tidak hari ini Arra akan bertemu dengan kedua orangtua Agung. Siapa yang tidak merasa tegang jika berada di posisi ini? Kalian pasti nanti akan meraskan apa yang di rasakan oleh Arra.
“Kamu tenang saja. Bunda saya tidak gigit jadi kamu tidak perlu takut,” gurau Agung.
“Apa sih, Om? Lagi tegang juga malah diajak bercanda!” ucap Arra.
“Saya cuma menghibur kamu agar tidak tegang. Dan satu lagi kamu jangan manggil saya Om. Saya masih muda usia saya masih 27 tahun. Tidak pantas di panggil Om,” ucap Agung.
“Berarti Om pedofil dong,” Arra tertawa.
“Saya bukan pedofil umur kamu dengan saya hanya terpaut 7 tahun saja,” bela Agung.
“Tetap saja Om itu pedofil,”
”Sekali lagi kamu memanggil saya Om bakal saya cium kamu,” ancam Agung.
“Tidak mempan dengan ancaman kayak gitu, Om.” ucap Arra meremahkan.
“Lagian Om it–”
Cup
Benda kenyal mendarat di keningnya membuat Arra terdiam langsung. Agung tersenyum tipis.
“Kalau kamu diam kayak ginikan enak. Bicara aja dari tadi apa tidak capek.” ucap Agung kembali fokus menyetir.
Arra yang sadar lantas memukul lengan Agung dengan keras. Agung yang mendapatkan pukulan dari Arra hanya diam saja. Toh pukulan Arra tidak terasa sakit.
“Kita belum halal bagimana Om bisa cium saya?!” pekik Arra.
“Kata siapa belum halal. Inikan kita menuju ke jalan halal,” Agung menjawab dengan santai.
“Belum ada kata 'SAH' jadi saya dengan Om belum halal,”
“Jika kamu masih memanggil ku Om. Saya akan bertindak lebih dari ini!” ancam Agung.
Mendengar perkataan Agung. Arra langsung diam seribu bahasa. Lebih baik ia diam dari pada harus mendapatkan lebih dari ciuman.
Ketika mobil Agung memasuki rumah yang sangat besar. Jatung Arra semakin tidak karuan. Bagiaman jika ibu Agung bertanya yang tidak-tidak bisa mati kutu Arra.
Agung memutari mobilnya untuk membukakan pintu untuk Arra. Sebelum keluar dari mobil Arra menarik nafasnya untuk menetralkan detak jantungnya.
“Tenang bunda saya tidak sejahat yang kamu pikirkan,” Agung mengandeng tangan Arra menuju kedalam rumahnya.
Kali ini Arra tidak menolak saat Agung mengandeng tangannya. Saat sudah diabang pintu Arra menghentikan langkahnya.
“Kenapa?” tanya Agung.
“Takut,” jawab Arra.
“Kenapa harus takut? Bunda saya orang yang baik. Kamu jangan khawatir.” Agung mencoba menenangkan Arra yang terlihat sedikit tegang.
“Kita balik aja, yuk.” Arra berbalik tapi langsung ditarik oleh Agung.
Dengan langkah yang berat Arra masuk ke dalam. Arra pasrah dengan keadaan sekarang. Mau lari pun sudah terlambat karena keluarga Agung sudah berada di ruang tamu. Arra berdoa semoga Bunda Agung tidak seperti yang di dalam sinetron.
“Assalamualaikum, Ma, Pa, Kak.” salam Agung.
“Waalaikumsalam, Nak.” sahut Bu Diana.
“Siapa ini, Gun?” tanya Pak Doni.
“Kenalin Ma, Pa, Kak. Ini Zahra Anggraini Prastica Vitara. Kekasih Agung,” jawab Agung merangkul bahu Arra.
Semua keluarga nampak diam saat Agung memperkenalkan Arra sebagai kekasihnya.
“Yang bener, Dek. Ini pacar kamu? Atau pacar bohongan?” tanya Kak Siska.
“Beneranlah, Kak. Masa iya bohong. Arra, kenalin ini orangtuaku dan ini Kakakku,” ucap Agung.
“Halo Tante, Om, Kakak. Saya Zahra biasa di panggil Arra.” Arra menyalimi tangan kedua orangtua Agung dan juga Kakak Agung.
Bu Diana masih tidak percaya apa yang dilihat sekarang. Sang anaknya membawa seorang gadis. Dan itu berstatus sebagai kekasih Agung. Sebenarnya Bu Diana masih belum mempercayai apa yang terjadi sekarang.
Tubuh Arra sudah panas dingin ketika melihat raut wajah Bu Diana yang menatap dari ujung kelapa hingga kaki Arra. Tanpa ada yang menduga. Bu Diana berlari menghampiri Arra dan memeluknya. Arra yang kebingungan hanya membalas pelukan dari Bu Diana. Entah kenapa rasa nyaman saat di peluk seperti ini.
“Ya, ampun Agung! Bunda gak percaya akhirnya kamu membawa pacar kamu ke rumah!” Bu Diana memeluk Arra lagi.
“Maaf, Bun. Karena baru kenalin kekasih Agung hari ini,” ujar Agung.
“Tidak apa asal kamu membawa pacar kamu kerumah.”
Bu Diana mengajak Arra duduk bersamanya. Pikiran dan rasa tegang yang Arra rasakan hilang seketika. Arra bersyukur jika Bu Diana menerimanya.
“Ayo Arra di minum” ucap Kak Siska memberi air kepada Arra.
“Terima kasih, Mbak.” ucap Arra mengambil air lalu meminumnya.
“Bun, bagiamana masalah perjodohan itu? Apa masih berlanjut?” tanya Agung.
“Apa kamu gila? Ya, jelas tidak,” jawab Bu Diana.
Agung bernafas lega.
“Lalu kapan kalian akan menikah?” tanya Bu Diana.
“Uhuk, uhuk, uhuk”
Arra tersedak ketika mendengar ucapan Bu Diana.
“Pelan-pelan sayang,” ucap Agung.
Kata sayang yang Agung lontarkan membuat Arra mual.
“Bulan depan aku akan menikah Arra.” ucap Agung dengan lantang.
“Alhamdulilah jika bulan depan kamu menikah.” syukur Pak Doni.
“Bagimana kalian bisa bertemu? Dan berapa lama kalian berpacaran?” tanya Kak Siska.
Agung dan Arra saling menatap sebentar. Bagaimana menjawab. Mereka bertemu seminggu dan langsung di lamar oleh Agung.
“Kami bertemu 1 bulan yang lalu. Kami berpacaran hanya seminggu dan langsung saja Agung melamar Arra,” jawab Agung.
“Kalau begitu minggu depan kami akan melamar secara resmi kepada kedua orangtua kamu,” ujar Bu Diana.
“Maaf Tante, Om, Kakak. Saya mau bilang jika kedua orangtua saya sudah tiada. Saya hidup dan di besarkan di panti asuhan,” jelas Arra menundukan kepalanya.
Arra siap jika Bu Diana menolaknya. Karena Arra tidak pantas bersanding dengan Agung yang derajatnya tidak setara dengan Arra.
Jauh dari bayangan Arra. Bu Diana malah memeluk tubuh Arra.
“Saya tidak memandang status atau pun lainnya. Karena saya mencari menantu yang baik untuk anak saya. Kamu mau menerima anak saya yang jelek ini saja Bunda sangat bersyukur,” ujar Bu Diana.
Arra kangum dengan keluarga ini. Karena mereka tidak memperdulikan status calon mantu mereka.
“Minggu depan kami akan melamar kamu secara resmi kepada orangtua angkat mu, Nak.” ujar Pak Doni.
Arra menganggukan kepalanya.
Acara pertemuan keluarga berlanjut hingga makan malam bersama. Arra merindukan susana seperti ini. Tapi sudah jalan Arra seperti ini. Jadi Arra menerima dengan lapang dada.
Acara makan malam telah selesai Agung mengantar Arra pulang ke panti asuhan. Didalam mobil tidak ada pembicaraan sama sekali hanya terdengar suara radio saja. Hingga Agung memecahkan keheningan.
“Sudah saya bilang jika orangtua saya tidak sejahat yang kamu pikirkan,” ucap Agung.
“Biasanyakan seperti itu,” kata Arra.
“Biasanya? Sebelumnya kamu sudah pernh mengalami seperti ini?” tanya Agung.
“Belum. Ini baru pertama kali saya mengalami kejadian seperti ini,” jawab Arra.
“Lantas kenapa kamu berkata seperti ini?” ujar Agung.
“Saya lihat di sinetron-sinetron pasti seperti ini,” balas Arra.
Perkataan Arra berhasil membuat seorang Agung tertawa begitu keras seperti sekarang.
“Kenapa tertawa?” tanya Arra heran.
“Kamu tuh lucu,” jawab Agung mengusap kepala Arra.
Arra yang mendapatkan perilaku seperti ini hanya terdiam. Ada rasa nyaman yang Arra rasakan ketika Agung seperti ini.
“Kamu kebanyakan lihat sinetron jadi kayak gini. Berpikir aneh-aneh tentang orang,” ucap Agung.
“Tapi kenyataannya seperti itukan,” ucap Arra tidak terima di ejek seperti ini.
“Tidak semua seperti itu. Buktinya orangtua saya tidak seperti itu,” sahut Agung.
“Iya juga sih.”
Mobil Agung sampai di depan panti asuhan. Arra turun dari mobil begitupun dengan Agung. Diabang pintu Bu Brata menanti kedatangan Arra. Arra berjalan untuk masuk kedalam rumah.
“Assalamualaikum, Bu.” salam Agung.
“Waalaikumsalam, Nak. Ayo masuk dulu,” sahut Bu Brata.
“Tidak usah, Bu. Saya langsung pulang saja sudah malam,” kata Agung.
“Ya, sudah kalau begitu. Hati-hati dijalan. Dan terima kasih sudah mengantar Arra pulang dengan selamat,” ucap Bu Brata.
“Sama-sama, Bu. Saya pamit pulang dulu. Assalamualaikum.” salam Agung mencium tangan Bu Brata.
“Waalaikumsalam,” sahut Arra dan Bu Brata.
Bu Brata masuk kedalam rumah terlebih dahulu. Mobil Agung mulai meninggalkan pekarangan panti asuhan. Baru Arra masuk kedalam rumah.
Arra menghampiri Bu Brata yang sedang duduk di ruang tamu.
“Bagimana tadi? Lancar?” tanya Bu Brata.
“Alhamdulilah lancar, Ma. Dan minggu depan keluarga Agung datang kemari buat melamar Arra,” ucap Arra dengan lesu.
“Maafkan Mama, Nak. Karena Mama kamu seperti ini. Mama jadi merasa bersalah sama kamu,” sesal Bu Brata.
“Mama jangan seperti ini. Munkin ucapan Mama ada benarnya. Ini munkin sudah takdir yang sudah di gariskan untuk Arra. Insya Allah Arra akan menerimanya.” ucap Arra.
Bu Brata tersenyum lalu membawa Arra kedalam pelukannya.
“Mama doakan semoga nanti rumah tangga kalian langgeng hingga maut memisahkan,” ucap Bu Brata.
“Aminn” sahut Arra.
“Insya Allah. Aku bisa menerima jalan tadir yang Engkau berikan kepada hamba mu ini. Semoga nanti rumah tangga kami sakinah mawadah waromah. Aminnn.” doa Arra di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments