Pagi ini seorang gadis melangkah dengan riang menyusuri lorong panti asuhan.
Gadis berparas cantik, berkulit putih, rambut panjang, mempunyai lesung pipit yang menambah kesan manis ketika tersenyum.
Zahra Anggraini Prastica Vitara. Seorang gadis yatim piatu yang besar di panti asuhan Indah Wilmar. Zahra gadis yang akrab di panggil Arra. Arra berada di panti asuhan sejak ia berumur 5 tahun. Arra dulunya adalah seorang gadis yang berada. Hidup nya selalu tercukupi hingga takdir berkata lain. Kedua orangtua Arra harus pergi untuk selama-lama nya akibat kecelakaan pesawat yang mereka tumpangi.
Kenapa Arra tinggal di panti asuhan? Karena keserakahan paman dan bibi nya. Arra harus tinggal di panti asuhan. Mereka tidak ingin mengurus Arra. Paman dan bibi Arra hanya mengurus Arra ketika hak waris sudah berada di tangan mereka. Selepas hak waris jatuh ketangan mereka Arra di titipkan kepada panti asuhan yang menjadi saksi tumbuh kembang seorang Arra yang sudah menjadi gadis remaja yang sangat cantik.
Bu Brata, wanita yang berumur 60 tahun yang sudah Arra anggap ibu kandung-nya sendiri. Dimana bu Brata merawat Arra hingga menjadi gadis remaja.
Arra melangkah–kan kaki menuju ruangan makan. Senyum Arra merekah ketika melihat wanita paruh baya sedang menyiapkan sarapan untuk anak panti asuhan. Arra mengendap-endap melankah ke arah Bu Brata.
"Selamat pagi, Mama," sapa Arra memeluk Bu Brata.
Bu Brata mengelus tangan Arra yang berada di pinggang-nya.
"Selamat pagi, Sayang." sahut Bu Brata.
"Arra berangkat ke kampus dulu ya, Ma." pamit Arra.
"Kamu tidak sarapan dulu, Nak?" tanya Bu Brata.
"Engak, Ma. Arra langsung ke kampus saja." jawab Arra.
"Kalau gitu Mama siapkan bekal untuk kamu, ya?" tawar Bu Brata.
"Engak usah, Ma." tolak Arra.
"Kalau kamu tidak sarapan. Kamu gak akan konsentrasi saat pelajaran nanti. Mama buatkan roti isi buat kamu, ya."
"Baiklah jika Mama memaksa." ucap Arra.
Bu Brata mengelus pipi Arra, lalu membuatkan roti isi untuk Arra bawa ke kampus. Setelah selesai membuat roti isi Bu Brata menyerahkan bekal makanan kepada Arra.
"Ini, Nak." Bu Brata menyerahkan bekal makanan kepada Arra.
"Terima kasih, Mama. Kalau begitu Arra pamit. Assalamualaikum" pamit Arra.
"Waalaikumsalam, Nak. Hati-hati di jalan." nasehat Bu Brata.
Arra menyusuri jalan menuju halte bus dimana biasanya ia ke kampus menggunakan bus. Tidak berselang lama bus datang. Arra paling suka duduk di tengah berdekatan dengan jendela. Kenapa Arra suka dengan posisi ini. Karena Arra bisa melihat pemandangan kota jakarta yang cukup padat.
Tidak berselang lama bus berhenti di halte bus yang dekat dengan area kampus Arra.
Arra berjalan menyusuri lorong kampus menuju ke kelasnya. Arra tersenyum ketika melihat sahabatnya dari sekolah menengah pertama sedang duduk sambil membaca buku dengan serius.
Brakkkkk
Gadis berkacamata terperanjat kaget akibat gebrakan meja yang Arra lakukan. Gadis itu menatap tajam ke arah Arra. Arra hanya menyengir tanpa dosa sambil mengancung dua jari membentuk 'V'.
"Untung ya nih jantung ciptaan yang maha kuasa. Coba kalau bukan ciptaan yang maha kuasa udah copot!" pekik gadis itu.
"Hehehe ... Maaf, ya." Arra meminta maaf kepada sang sahabat.
"Oke kali ini Mia maafkan." ucap gadis yang bernama Mia.
Mia Ameliya Dita. Gadis berkacamata, yang memiliki kulit kuning langsat. Mia adalah sahabat Arra sejak mereka menempuh pendidikan dari sekolah menengah pertama hingga sekarang mereka menjadi Mahasiswi. Mia seorang kolongmerat. Tapi dengan status sosialnya tidak menjadikan Mia sombong seperti kebanyakan orang di luar sana. Mia memilih teman yang tidak memandang harta yang Mia miliki. Hingga Mia bertemu dengan Arra. Sebenarnya Arra tidak tau jika Mia adalah anak kaya raya. Karena Mia memang berpenampilan seperti gadis biasa. Dan hingga sekarang persahabatan mereka terjalin.
"Nah gitu dong baru sahabat gue paling cantik" ucap Arra mencubit pipi Mia.
"Arra sakit!!" pekik Mia.
Arra melepaskan tangan-nya dari pipi Mia. Mia mengelus pipi-nya yang terkena cubitan Arra.
"Nanti ada acara di rumah gue. Lo harus datang, ya" ucap Mia.
"Acara apa?" tanya Arra sambil mengeluarkan buku-nya dari tasnya.
"Acara kecil-kecilan aja sih. Merayakan papa menang tander" jawab Mia.
"Lo bilang acara kecil-kecilan? Gak percaya gue" ucap Arra.
Mia hanya menyengir tanpa dosa.
Arra sudah tau kebiasan keluarga Mia. Mereka pasti mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan keberhasilan yang keluarga Mia raih.
"Arra mau ya datang ke acara yang mama Mia adain. Lagian mama mau ketemu sama, Arra?" Mia menatap Arra dengan tatapan memohon.
"Kayaknya kali ini gak bisa deh" tolak Arra.
"Kenapa? Tumben nolak makanan gratis?" heran Mia.
"Karena gue nanti mau bertemu sama orang yang gue cerita itu." ujar Arra.
"Oh, yang om-om dokter itu, ya?"
"Iya. Salamin aja buat mama." ucap Arra.
"Oke nanti gue sampaikan sama, mama."
Mahasiswi-Mahasiswa mulai berdatangan menempati tempat duduk mereka masing-masing. Tidak berselang lama kelas di mulai dan dosen mulai masuk untuk memulai kelas.
💉💉💉
Agung memandang jengeh kearah wanita yang sedari tadi tidak berhenti berbicara. Telinga Agung mulai panas mendengar ocehan wanita yang berstatus calon istri ini. Kenapa tidak panas. Sedari tadi Alexa tidak berhenti berbicara ada saja pembicaraan yang aja ia bahas. Hingga membuat Agung terpaksa mendengar celotehan Alexa.
Agung mengira Alexa adalah gadis pendiam seperti yang Agung ketahui ketika pertama bertemu. Tapi semua yang Agung lihat itu lenyap ketika mereka pergi untuk menjalani pendekatan.
Ya, mereka hari ini resmi berstatus tunangan dan pada hari ini Agung dan Alexa menjalankan pendekatan agar mereka lebih dekat lagi.
"Agung habis ini kamu temanin aku belanja, ya" ajak Alexa.
"Maaf seperti-nya aku tidak bisa. Karena hari ini aku ada jadwal operasi" tolak Agung secara halus.
"Oh, jadi kamu hari ini ada operasi, ya. Baiklah tidak apa" ucap Alexa dengan raut wajah sedikit kecewa.
Setelah selesai. Agung kembali menuju rumah sakit dengan tergesa-gesa. Karena Agung takut orang itu menunggu-nya lama. Saat membuka pintu tidak ada gadis yang berjanjian dengan-nya.
Agung melihat jam di pergelangan tangan-nya yang menuju-kan pukul 12.45 siang.
"Kenapa gadis itu tidak datang? Apa dia lupa?" gumam Agung.
Sambil menunggu gadis itu Agung memilih memeriksa laporan yang berada dimeja-nya. Mengecek satu-satu laporan. Saat sedang mengencek laporan tiba-tiba ada suara ketukan pintu.
"Masuk!" ucap Agung.
Cklek
Pintu terbuka menampilkan gadis yang sudah Agung tunggu-tunggu sejak tadi. Agung mantap tajam ke arah gadis itu. Bagaimana tidak wajah gadis itu tidak merasa bersalah atau menyesal karena membuat Agung menunggu selama ini.
"Maaf saya terlambat" ucap Arra.
"Kamua tau berapa lama saya menunggu kamu?" tanya Agung berdiri menghampiri Arra yang berada di dekat pintu.
"Saya–kan tadi harus ke kampus dulu. Jadi maklum jika saya telat." jawab Arra.
"Jadi kamu seorang Mahasiswi?" tanya Agung lagi.
Arra menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Baikalah kali ini kamu saya maklumi hal itu." ucap Agung.
"Silahkan duduk." tambah Agung.
Arra duduk di seberang Agung. Rasa canggung mulai terasa diruangan ini. Karena tidak ada yang membuka pembicaraan.
"Baiklah Zahra. Saya ingin memberikan kamu ganti rugi." ucap Agung.
"Panggil Arra saja." kata Arra.
"Baiklah Arra. Kamu sebutkan berapa uang yang harus saya ganti?" tanya Agung.
"Kan sudah saya bilang. Kalau saya tidak terima uang ganti rugi. Saya sudah mengikhlaskan uang saya dan semua barang-barang yang di jambret kemarin. Jadi anda tidak usah menganti rugi." jawab Arra.
"Tapi saya sebagai laki-laki ingin bertanggung jawab."
"Terserah anda tapi saya tidak akan menerima uang anda sepersen pun." tolak Arra.
"Saya tidak akan memberi kamu uang." ucap Agung.
"Terus anda ingin memberi saya apa? Emas? Rumah? Mobil? Maaf saya bukan wanita matre. Sep–"
"Menikahlah dengan ku." potong Agung.
Arra yang pendengaran–nya masih berfungsi terkejut dengan ucapan Agung.
"What!!!???? Menikah? Apa saya tidak salah dengar? Anda mengajak saya menikah?" Arra tidak percaya dengan ucapan Agung yang mengajak-nya menikah.
"Tidak kamu tidak salah dengar. Menikahlah dengan ku."
"Munkin anda salah makan tadi. Jadi berbicara aneh seperti ini" kata Arra.
"Saya tidak salah makan, saya tidak berbicara yang aneh-aneh. Saya serius mengajak kamu menikah" ucap Agung serius.
"Atas dasar apa anda mengajak saya menikah? Apa karena anda ingin mendapatkan anak lalu mendapatkan warisan. Setelah mendapatkan warisan anda menceraikan saya. Seperti film-filem di indosiar?" kata Arra.
"Tidak. Saya tidak seperti yang kamu bicarakan itu" bantah Agung.
"Lalu apa yang membuat anda mengajak saya menikah? Padahal kita baru berkenalan kemarin. Lantas anda mengajak saya menikah. Aneh sekali anda" ujar Arra.
"Saya mengajak kamu menikah karena saya tidak mau di jodohkan" ucap Agung.
Arra tersenyum sinis.
"Saya mohon sama kamu. Menikah dengan saya" ajak Agung.
Arra bangkit lalu menatap ke arah Agung.
"Maaf saya menolak lamaran anda. Karena saya ingin menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintai saya dan saya mencintai dia. Saya tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mencintai saya. Pernikahan seperti itu tidak akan bertahan lama. Saya tidak mau harus menjadi janda. Saya menginginkan pernikahan sekali seumur hidup hingga maut memisahkan kami berdua. Kalau begitu saya permisi" ucap Arra pergi meninggalkan ruangan Agung.
Agung menatap Arra yang menghilang di balik pintu. Baru kali ini ada yang menolak Agung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Deviafriani
mantap zahra
2021-11-11
1
Astria
sadar nggak rs ada kata kata kita.....
2021-11-10
1
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
mantap zahra..😅😅
2021-11-10
1