Sweet Doctor | 4. Keputusan Akhir

Pagi hari ini Arra tidak bersemangat pergi ke kampus. Entah kenapa ia seperti. Munkin ia terlalu banyak memikirkan lamaran Agung. Sehingga membuat Arra seperti zombie hidup.

Arra memuju kelasnya berada. Dengan langkah lemas akhirnya Arra sampai di depan kelasnya. Di dalam kelas Arra melihat sahabatnya sedang berbicara dengan teman sekelas mereka. Arra merabahkan kepalanya dengan berbantalan tas.

Mia yang melihat Arra seperti ini nampak heran. Karena memang sudah berhari-hari sikap Arra aneh seperti ini.

“Heh! Lo kenapa sih? Pagi-pagi muka udah lecek aja kayak baju belum distrika. Kenapa sih?” tanya Mia.

Arra masih dengan posisinya.

Mia mengoyang-goyangkan lengan Arra. “Kenapa sih lo? Cerita deh ama gue. Siapa tau gue bisa kasih lo solusi,” ucap Mia.

Arra menegakan kepalanya lantas menatap kearah Mia. Tiba-tiba Arra merengek.

“Lah? Kenapa nih bocah kok tiba-tiba mewek? Ra, kenapa sih? Jangan kayak ginilah. Cerita sama gue,” ujar Mia.

“Lo gak akan bisa kasih gue solusi,” kata Arra.

“Gimana gue mau kasih lo solusi kalau lo aja gak cerita sama gue,”

“Iya juga sih, ya.” Arra menyengir tanpa dosa.

Mia menjitak kepala Arra membuat Arra meringis sakit.

“Punya sahabat gini amat dah,”

Arra tersenyum tanpa dosa.

“Udah sekarang lo cerita sama gue,” Mia duduk menghadap kearah Arra.

“Nanti aja kalau udah jam istirahat gue bakal cerita sama lo.” ucap Arra.

“Dasar curut. Gue udah serius lo malah gini.” Mia mendengus kesal.

Arra hanya terkekeh melihat wajah Mia yang nampak kesal. Arra memeluk Mia dari sampaing.

“Nanti gue bakal cerita deh. Tapi jangan marah, ya.” bujuk Arra.

Mia hanya menatap Arra sekilas, lalu fokus membaca buku.

“Mia! Jangan marah dong.” Arra mengoyang-goyangkan tubuh Mia.

“Gue gak marah Zahra Anggraini Prastica Vitara.” sahut Mia.

“Kalau gak marah kenapa tuh muka kok kayak gitu?” tanya Arra.

“Kan, memang wajahku kayak gini. Gimana sih lo.” Mia menyentil kening Arra.

Arra tersenyum kearah Mia. Tidak berselang lama Dosen masuk ke dalam kelas. Tapi tiba-tiba kelas menjadi gaduh. Arra yang sedang asik bercanda dengan Mia lantas melihat kearah depan. Tubuh Arra menegang ketika melihat seseorang di depannya sekarang. Mata mereka saling bertemu sesaaat. Arra langsung mengalihkan pandangan kearah lain. Kenapa dia datang kemari? Apa dia dosen disini? Tapi jika dia dosen disini kenapa Arra tidak pernah melihatnya. Batin Arra.

“Baiklah anak-anak. Sekarang kita ada penyuluhan. Perkenalkan ini Dokter Agung dan tim. Yang akan melakukan penyuluhan di sini,” jelas Pak Burhan.

Ya, yang datang kemari adalah Agung Firmanda Ashari Kurniawan.

Arra masih belum mau menatap kearah depan takut jika Agung menatapnya.

“Ra, kenapa sih tuh Dokter lihatih lo mulu?” tanya Mia.

“Dokter yang mana sih?” Arra mencoba tidak tau.

“Itu tuh yang bersebelahan sama Pak Burhan.” bisik Mia.

Arra mencoba menatap kearah Agung berada. Dan benar apa yang di katakan Mia. Jika Agung sedang menatap ke arahnya.

“Munkin dia mengaggumi kecantikan gue.” canda Arra.

“Elah dasar upil badak.” Mia mendengus kesal.

Arra hanya menyengir tanpa dosa. Arra sangat suka mengoda sahabatnya ini.

“Baiklah saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Agar kalian bisa kenal dengan saya.” ucap Agung.

“Perkenalkan saya Dokter Agung Firmanda Ashari Kurniawan. Saya Dokter sepesialis kandung dan ini adalah tim saya yang membantu saya ketika melakukan operasi.” jelas Agung.

Sambil memperkenalkan diri Agung sesekali menatap kearah Arra yang sama sekali tidak ingin menatapnya. Agung pun merasa heran kenapa ada seorang wanita yang menolak pesona seorang Agung. Coba lihat sekarang para kaum hawa saja menatap dengan tatapan kagum. Tapi berbeda dengan Arra. Ia sama sekali tidak mau menatapnya.

“Saya akan menjelaskan mengenai kandungan.” Agung mulai menjelaskan masalah penyuluhan hari ini.

Kalian pasti bertanya-tanya Arra mengambil jurusan apakan? Arra mengambil jurusan kedokteran sepesialis kandung juga. Sekarang semester 6 Arra berkuliah. Maka dari itu ada penyuluhan sekarang. Memang sebelum jauh-jauh hari Pak Burhan memang sudah memberi tau jika akan ada penyuluhan yang akan di sampaikan langsung oleh Dokter.

Selesai menjelaskan Agung mengajukan sesi tanya jawab. Arra masih enggan untuk menatap ke arah Agung.

Arra tiba-tiba mengangkat tangannya.

“Iya Arra. Kamu ingin bertanya apa?” tanya Pak Burhan.

“Tidak, Pak. Saya ingin ke toilet.” ucap Arra.

“Baiklah.” ujar Pak Burhan.

Arra beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kelas. Arra tau jika Agung sedang menatapnya tapi Arra mencoba tidak menghiraukannya. Karena Arra tidak mau anak kampus berpikir yang tidak-tidak jika terjadi masalah.

Arra bernafas lega ketika berhasil keluar dari kelas. Arra berjalan ke arah berlawanan dari tujuannya tadi. Sebenarnya Arra tidak berniat pergi ke toilet. Arra hanya ingin kabur dari kelas. Karena ia merasa risih ketika Agung menatapnya dengan intens seperti tadi.

Arra berjalan menuju taman belakang kampus untuk menenangkan pikirannya. Sesampainya disana Arra duduk diam sambil mendengarkan lagu. Tidak berselang lama ada yang melepas earphone-nya. Arra ingin mengumpat kepada orang yang menganggunya tapi di urungkan. Arra memilih pergi dari sini.  Dari pada harus berurusan dengan satu orang ini. Sebelum melangkah lengan Arra di tahan. Membuat Arra berbalik.

Arra melepaskan tangan Agung yang menahannya. Tapi Arra tidak berhasil melepaskan tangan Agung.

“Kenapa sih Om suka banget ganggu saya? Tolong jangan ganggu hidup saya. Sebelum ada Om hidup saya tidak seperti ini. Om cari saja wanita lain.” ujar Arra.

“Saya tidak mau wanita lain. Saya hanya mau dengan kamu.” balas Agung.

“Saya? Saya bukan wanita baik-baik asal Om tau."

“Saya tidak percaya dengan ucapan mu.”

“Kalau Om tidak percaya tidak apa-apa. Yang jelas saya sudah tidak perawan lagi,” ucap Arra.

“Sudah berapa kali saya bilang jika saya tidak akan percaya dengan kata-kata mu!”

“Terserah Om saja. Yang jelas saya sudah tidak perawan lagi.” Arra melepaskan tangan Agung dari lengannya lalu pergi.

“Kenapa kamu sulit sekali di luluhkan.” gumam Agung.

Agung menatap kepergian Arra. Agung bingung harus bagaimana mendapatkan Arra. Entah kenapa hatinya memilih Arra. Jika Agung tidak bisa mendapatkan Arra maka sebentar lagi acara pertunangan resmi akan di lakukan. Agung tidak ingin bertunangan dengan anak dari sahabat sang bunda.

Arra yang berjalan ke arah kantin dimana sang sahabat sedang menunggunya disana. Arra mencari keberadaan sahabatnya. Karena hari ini kantin cukup ramai.

“Arra!!” Teriak Mia.

Arra berjalan ke arah sang sahabat berada.

“Lo kok ke toilet lama banget sih?” tanya Mia.

“Gue panggilan alam jadi lama.” jawab Arra.

“Pantes.” Mia kembali melanjutkan makannya yang tinggal sedikit.

“Lo gak makan?” tanya Mia.

“Enggak. Gue lagi gak berselera makan.” jawab Arra.

“Tumben?” heran Mia. “Oh, iya, lo belum cerita masalah kenapa lo galau kayak gini,” ujar Mia.

“Siapa yang galau? Gue gak ada galau tuh,” ucap Arra tidak terima.

“Lah? Kalau lo gak galau kenapa beberapa hari ini muka lo kok lecek banget kayak baju belum di setrika,”

“Terserah lo aja. Tapi gue gak ada galau sama sekali,” ucap Arra tidak terima.

“Udah jangan banyak cincong lagi. Sekarang lo cerita!” desak Mia.

“Lo taukan om Dokter yang pernah gue ceritain itu?”

Mia menganggukan kepalanya. “Lalu kenapa?” tanya Mia.

“Jadi dia tuh ngelamar gue,” jawab Arra.

“APA!” Teriak Mia, yang langsung mendapatkan tatapan seisi anak kampus.

“Lo tuh, ya. Bener-bener nyebelin banget. Gak usah pakai teriak. Santai aja,” ucap Arra.

“Maaf gue refleks tadi,” Mia menutup mulutnya.

“Udah ah males gue cerita sama lo kalau kayak gini,” ucap Arra.

“Ya, jangan gitu dong. Masa gitu aja ngambek sih. Maafin gue,” ucap Mia.

Arra menatap tajam kearah Mia.

“Oke gue bakal lanjut. Jadi om dokter itu sudah datang ke panti asuhan buat meminta restu sama mama,” jelas Arra.

“Terus?” tanya Mia.

“Terus gue nolak dia,” jawab Arra.

“Hah! Kenapa lo nolak dia? Apa dia tua atau gimana sih sampai lo nolak dia?” heran Mia.

“Lo taukan dokter Agung tadi?” ucap Arra.

“Iya gue tau. Terus apa hubungannya dengan om-om itu?” Mia sedikit bingung.

“Jadi om Dokter yang ngelamar gue itu adalah dokter Agung tadi,” ucap Arra.

Saat Mia ingin berteriak Arra lebih dulu membungkam mulut Mia.

“Lo kalau teriak lagi gue gak akan terusin cerita nih,” ancam Arra.

Mia menganggukan kepalanya. Arra melepaskan tangannya dari mulut Mia.

“Jadi yang ngelamar lo itu Dokter Agung tadi? Kenapa sih lo nolak dia? Dia udah ganteng, pinter, idaman kaum hawa. Lalu kenapa lo nolak dia?” Mia merasa kesal sendiri dengan sahabatnya.

“Dia ngelamar gue karena dia mau membatalkan perjodohan yang dia. Jadi gue tolak dialah,” ujar Arra.

“Karena masalah itu lo nolak om Dokter itu? Gak waras lo emang,"

“Lah, kok gak waras sih? Kenapa bisa gue gak waras?”

“Gimana gak waras lo nolak ciptaan Tuhan yang hampir mendekati sempurna kayak gitu,” ucap Mia.

“Gue cuma mau menikah sama laki-laki yang bener-bener mencintai gue. Gak kayak gini,” ucap Arra.

“Terserah lo aja deh. Jangan sampai lo menyesal nolak dia,” ujar Mia.

“Insya Allah. Gue gak akan menyesal,” yakin Arra.

💉💉💉

Disisi lain seseorang sedang duduk diruangan yang bernuansa putih. Siapa lagi kalau bukan Agung.

Agung memijit pelipisnya karena kepalanya sangat pening akibat memikirkan perjodohan ini. Bagimana cara Agung membatalkan perjodohan ini? Apa ia harus menyewa gadis untuk menjadi pacar pura-puranya agar perjodohan ini batal. Tapi tidak munkin.

“Aaarrgggghhhhhh!!” Teriak Agung.

Tiba-tiba ide gila terlintas di pikiran Agung. Agung tersenyum sinis. Lantas Agung bangkit dari kursi untuk menjalankan misinya.

Agung mengendari mobil menuju ke panti asuhan. Memang ini ide gila tapi munkin dengan cara ini Arra menerimanya. Tidak masalah jika Arra membencinya. Asal perjodohan ini batal. Munkin Agung terlalu egois tapi semua yang ia lakukan agar terlepas dari jeratan yang namanya perjodohan.

Sesampainya di panti asuhan Agung turun dari mobil untuk merencanakan ide gilanya.

Di tempat lain dua gadis sedang berada di pusat perbelanjaan. Sekarang Arra dan Mia sedang mencari buku yang dosen mereka suruh.

“Lo udah dapat, Ra?” tanya Mia.

“Belum nih. Susah banget deh carinya,” jawab Arra.

“Eh! Ra, ini bukunya!” seru Mia.

“Mana?” Arra melangkahkan kaki ke arah Mia berada.

Tapi tiba-tiba ponsel Arra berbunyi menandakan ada panggil masuk. Arra merogoh tasnya untuk mencari ponselnya. Arra melihat di layarnya ternyata sang mama yang menelfonnya. Arra mengeser ke kanan untuk menjawab panggilan.

“Assalamualaikum, ma.” salam Arra.

“Waalaikumsalam, nak. Arra bisa kamu pulang, nak?”

“Mama kok kayak nangis gini? Ada apa?” Arra sedikit cemas karena suara bu Brata sedikit serak.

“Pulanglah dulu. Nanti mama jelaskan sama kamu,” ujar bu Brata di seberang sana.

“Baik, ma. Arra ke sana.” Arra langsung meninggalkan gramedia untuk segara ke panti asuhan.

Mia yang melihat Arra berlari meninggalkannya lantas memanggilnya. Tapi Arra tidak menghiraukan panggilan Mia.

Arra mencegah taksi. Rasa cemas mulai melanda Arra. Kenapa sang mama menangis. Sesampainya di panti asuhan. Arra berlari kedalam rumah. Tapi Arra heran kenapa anak-anak panti asuhan menteng semua barang-barangnya.

Arra mencegah Lira. “Ra, ini ada apa? Kenapa kok kalian mengemasi barang?” tanya Arra.

“Ada orang yang membeli panti ini dengan harga tinggi. Jadi pak Karim menjual panti ini sama laki-laki yang kemarin datang kemari,” jawab Lira.

“Jadi panti asuhan ini udah ada yang membeli?” tanya Arra sekali lagi.

Lira menganggukan kepalanya.

Arra berlari lagi menuju kedalam rumah. Saat masuk kedalam Arra bisa melihat Mamanya sedang menangis. Arra menghampiri sang Mama, lalu memeluknya.

“Ma, ini ada apa? Kenapa jadi seperti ini?” tanya Arra.

“Panti asuhan ini sudah dibeli sama Agung. Jadi kita di usir. Untuk tidak tinggal di sini lagi,” jelas Bu Brata.

Arra mengepalkan tangannya. Arra lantas berlari keluar dari rumah menuju rumah sakit. Arra mencegah taksi lantas menyebutkan rumah sakit dimana Agung berkerja.

Tidak membutuhkan waktu lama. Taksi yang di tumbangi Arra sampai di rumah sakit Sultan Adam. Arra berlari lagi untuk menuju ruangan Agung. Ketika sudah sampai di depan ruangan Agung. Arra langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu.

Agung sedikit terkejut saat pintu di buka dengan keras tapi dengan cepat Agung menampilkan wajah datarnya.

“Apa maksud Om membeli panti asuhan?” tanya Arra to the point.

“Saya ini membangun rumah sakit disana. Karena panti asuhan itu cukup luas,” jawab Agung dengan santai.

“Apa tidak ada tanah lain untuk Om jadikan rumah sakit? Kenapa harus panti asuhan kami!!” Teriak Arra.

“Tidak ada,” jawab Agung dingin.

“Berapa yang harus saya ganti untuk membeli lagi panti asuhan kami?” kata Arra.

“Kamu tidak akan bisa membeli panti asuhan itu lagi,” ujar Agung meremehkan.

“Benar saya tidak membayarnya langsung tapi saya akan menyicilnya,”

“Saya tidak mau di cicil. Tapi saya mempunyai tawaran.” Agung bangkit dari duduknya.

“Apa itu?” tanya Arra.

“Menikahlah dengan saya. Maka akan saya berikan panti asuhan itu tanpa membayar sepeser pun.” jawab Agung.

Arra tidak percaya dengan ucapan Agung. Bagimana bisa Agung mengunakan jurus itu disaat ini.

“Saya tidak mau. Akan saya ganti saja. Berapa yang harus saya bayar?” tanya Arra.

“Baiklah jika itu mau mu. Kamu harus membeli dengan harga 200 juta.” ucap Agung dengan senyum meremehkan.

Arra terkejut dengan nominal uang yang Agung sebutkan tadi. Bagaimana ia membayar? Ia tidak berkerja bagaimana ia bisa membayar? Arra memejamkan mata dan menatap Agung.

“Baiklah sudah saya putuskan. Saya akan menerima lamaran Anda,” ucap Arra.

Hanya dengan cara ini agar panti asuhan selamat. Apa pun akan Arra lakukan jika menyangkut panti asuhan.

“Keputusan yang tepat. Besok saya akan memperkenalkan kamu kepada kedua orang tua saya,” ujar Agung.

Arra hanya bisa pasrah munkin ini sudah menjadi jalan tadirnya seperti ini.

Terpopuler

Comments

Deviafriani

Deviafriani

jodoh jodoh

2021-11-11

1

༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸

༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸

kl jodoh..gk akn kmn ra..jgn menolak krn jodoh mecari jlnnya sendiri ra..😅

2021-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!