Sweet Doctor | 19. Posesif Agung

Saat Agung ingin mencium Arra. Pintu kamar mereka terbuka menampilkan wanita dengan wajah terkejutnya ketika melihat Agung dan Arra. 

Agung mendengus kesal kepada wanita yang tengah tersenyum bodoh kearahnya. Agung dengan cepat berjalan menuju kearah pintu untuk menutup pintunya.

“Jangan kayak gitu sama kakak kamu. Kakak kamu lagi datang kok di tutup sih!” tegur Arra.

“Iya, aku tau dia datang tapi jangan langsung masuk gitu aja. Tanpa tau permisi. Gak sopan itu.” cerocos Agung.

Arra hanya menghela nafas melihat wajah kesal Agung.

“Kita sedang asik berduaan malah di ganggu sama dia. Jadi kehilanga moodkan sekarang,” kesal Agung.

Arra mencubit gemas pipi sang suami yang terlihat sangat lucu. Agung mengaduh kesakitan.

“Sayang sakit kenapa kok di cubit? Di sayang aja lebih enak,” goda Agung menaik turunkan alisnya.

“Dasar mesum.” ucap Arra.

“Walaupun mesum tadi malam kamu teriak-teriak keenakan,”

Pipi Arra langsung memanas ketika mengingat kejadian tadi malam.

“Eh! Itu kenapa pipi kayak kepiting rebus?” Agung semakin mengoda Arra.

“Apa sih, Mas! Udah ah aku mau mandi dulu. Kamu siap-siap pergi kerja sana.” Arra berjalan ke kamar mandi.

Agung hanya tersenyum melihat Arra yang sedikit kesusahan berjalan. Belum sempat Arra sampai di kamar mandi tubuhnya sudah melayang di gendong Agung.

“Kalau kesusahan bilang enggak usah sungkan,” ucap Agung sambil mencium pipi Arra.

Agung berjalan menuju kamar mandi. Agung menurunkan Arra dan menyiapkan air mandi untuk Arra. Selepas semua selesai Agung keluar dari kamar mandi.

🍀🍀🍀

Agung berjalan menuruni anak tangga untuk menuju ke meja makan. Agung sudah siap dengan setelan baju dokternya. Agung melihat sang Kakak berada di sana.

“Kenapa Mbak datang kemari tidak memberi kabar dulu?” tanya Agung.

“Kakak sebenarnya tidak berniat datang kemari tapi karena kebetulan lewat rumah kamu jadi sekalian Kakak mampir sebentar,” jawab Siska.

“Di mana istri kamu?” tambah Siska.

"Lagi mandi. Kok Junior enggak Kakak bawa sih?”

“Junior lagi di rumah neneknya jadi gak kesini” ucap Siska.

Agung mengambil roti dan mengoleskan selai kesukaannya. Tidak berselang lama Arra turun dengan baju yang sudah rapi. Memang hari ini Arra akan pergi ke kampus.

Arra mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Agung. Lalu mengambilkan kopi susu untuk sang suami.

“Arra sudah isi?” tanya Siska tiba-tiba.

Arra maupun Agung saling menatap satu sama lain. Bagimana mau isi sedangkan mereka baru saja melakukan hubungan suami istri tadi malam. Apa semalam langsung bisa mendapatkan anak. Jika seperti itu maka Arra akan bersyukur sekali tapi semua itu mustahil menurut Arra.

“Belum Mbak.” jawab Arra.

“Kenapa kok belum? Bukannya kalian menikah sudah 5 bulan lebih. Kakak dulu menikah mau menginjak 2 bulan sudah hamil,” kata Siska.

“Gimana mau hamil. Kita melakukannya saja baru tadi malam,” sahut Agung dengan santai.

Arra memukul lengan Agung cukup keras hingga membuat Agung mengaduh kesakitan.

“Kenapa sayang kok aku di pukul sih? Memang benarkan apa yang terjadi,” ucap Agung.

Arra hanya bernafas kasar melihat kelakuan Agung.

“Kenapa kalian baru melakukannya sekarang? Kenapa gak pas malam pertama kalian?” tanya Siska.

“It--it--”

“Jangan bilang jika kalian baru saling mencintai?” potong Siska.

Agung dan Arra pun saling memandang satu sama lain.

“Hahahahaha ... kalian tuh lucu. Masa kehidupan nyata di samakan dengan film aja.” Siska tertawa begitu keras.

Ingin rasanya Agung memaki sang Kakak tapi semua ucapan Siska ada benarnya juga. Tapi tiba-tiba sebuah gebrakan meja membuat Agung dan Arra terkejut.

“Benar tebakanku sewaktu Agung membawa Arra kerumah. Tidak munkin Agung begitu cepat mengajak seorang gadis menikah apa lagi wanita yang baru saja di temuinya,” kata Siska.

Agung cukup terkejut bagimana sang Kakak tau masalah itu.

“Kenapa kaget? Gak usah kaget. Kayak gak tau siapa, Mbak.” ucap Siska.

“Mbak, harap hubungan kalian tetap seperti ini. Jika Agung membuat Arra menteskan air mata. Siap-siap saja kamu.” tunjuk Siska kepada Agung.

“Kalau gitu Kakak mau pamit pulang dulu.” tambah Siska berlalu pergi.

Selepas Siska pergi suasana meja makan sedikit canggung. Mengingat perkataan Siska tadi.

“Ayo Mas kita berangkat,” ajak Arra.

“Ayo. Kamu tunggu di mobil aja nanti Mas yang ngambilin tas kamu,” Agung berjalan keatas kamar untuk mengambil tasnya dan juga Arra.

Sambil menuggu Agung. Arra memainkan ponselnya untuk memberi kabar kepada sang sahabat. Tidak berselang lama Agung masuk mobil dengan membawa tasnya. Mobil berjalan meninggalkan pekarangan rumahnya menuju ke kampus Arra.

Di dalam mobil tidak ada pembicaraan sama sekali seperti biasanya. Mobil Agung berhenti tepat di depan kampus Arra.

“Arra ke kampus dulu, ya.” pamit Arra.

“Iya kamu hati-hati, ya. Jangan nakal di kampus. Ingat kamu suami,” nasehat Agung.

“Iya, Mas. Arra pamit.” Arra mencium punggung tangan Agung.

Arra turun dari mobil menuju ke dalam kampus. Agung masih setia menunggu Arra. Tapi tiba-tiba Arra menghentikan langkah kakinya karena sedang mengobrol dengan teman kampusnya.

Entah kenapa Agung melihat Arra sedang berbicara dengan temannya membuat hatinya memanas. Karena geram Agung turun dari mobil menghampiri Arra.

Arra sedikit tersentak ketika ada sebuah lengan melingkar manis di pinggangnya. Ingin rasanya Arra memaki pelakunya. Tapi urung Arra lakukan karena Arra tau siapa yang tengah memeluknya. Agung tersenyum kepada Arra.

“Ayo sayang kamu aku antarkan hingga ke kelas.” ucap Agung berjalan menyusuri kampus.

“Eh, Mas, enggak usah. Mas, langsung berangkat kerja aja,” tolak Arra.

“Enggak, Mas yang akan nganterin kamu sampai kelas.” putus Agung.

Arra menundukan kepalanya ketika banyak anak-anak kampus yang sedang menatapnya dan juga Agung. Bagimana tidak Agung terang-terangan merangkul pinggang Arra possessive menujukan bahwa Arra hanya miliknya. Agung tidak melakukan seperti in pun anak kampus sudah mengetahui bahwa Arra sudah menikah.

Sesampainya di depan kelas Arra. Agung kembali menyodorkan tangannya kepada Arra. Tanpa di beri tau pun Arra melakukan tugasnya sebagai seorang istri yang baik. Setelah Arra mencium punggung tangan Agung. Agung mencium kening Arra cukup lama hingga membuat anak kampus menatap iri kepada Arra.

“Mas, berangkat kerja dulu. Jangan nakal, belajar yang rajin biar cepat lulus,” nasehat Agung.

“Iya, Mas.”

“Ya sudah Mas berangkat. Assalamualikum.” salam Agung.

“Waalaikumsalam, hati-hati di jalan, Mas.” kata Arra.

“Iya sayang.” Agung berjalan meninggalkan kelas Arra.

Dengan setia Arra masih menatap punggung Agung yang mulai menghilang. Tanpa terasa sudut bibir Arra terangkat mengingat perlakuan Agung yang sedikit posesif kepadanya.

Arra masuk kedalam kelas dan menepati tempat duduknya. Arra menatap Mia yang sedang tersenyum bodoh kearahnya.

“Kenapa lo? Senyum-senyum gak jelas kayak gitu?” tanya Arra.

“Yang lagi bahagia banget.” goda Mia.

“Biasa aja tuh,” elak Arra.

“Udah ngaku aja. Pakai alasan ngeles aja udah kek bajai,”

“Iya gue lagi seneng akhirnya hubungan gue dan suami gue membaik dari sebelumnya,” jawab Arra.

“Syukur kalau hubungan lo jauh lebih baik,” kata Mia.

Tidak berselang lama Dosen masuk kedalam kelas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!