"Kenapa sih muka lo kayak lemes banget gitu? Ada masalah apa sih? Coba cerita sama gue," ucap Mia.
"Gue gak kenapa-kenapa kok." jawab Arra.
"Gue kenal lo bukan sehari dua hari, ya. Kita kenal udah lama banget. Jadi lo gak bisa bohongin gue," ujar Mia.
"Beneran deh gue gak apa-apa."
"Jangan bohon deh sama gue. Gue tau lo bohong sama gue. Ketahuan kok dari wajah lo." kata Mia.
Arra yang semula merebahkan kepala-nya di meja, lantas menegakkan kepalanya, lalu menghadap kearah Mia yang menunggu jawaban dari Arra.
"Kenapa sih lo? Coba cerita sama gue. Lo kenapa pagi-pagi udah lecek aja?" tanya Mia sedikit mulai kesal kepada Arra.
"Kayaknya gue mulai jatuh cinta deh," jawab Arra dengan nada lirih.
"Hah?! Lo jatuh cinta sama siapa? Gak munkinkan sama tuh Dokter?" tanya Mia.
"Iya. Gue jatuh cinta sama suami gue," jawab Arra dengan lirih, lalu merebahkan lagi kepalanya di atas meja yang sudah di beri tasnya.
Mia tertawa begitu keras sehingga membuat seisi kelas melihat kearah nya. Arra yang mendengar Mia tertawa keras lantas menutupi mulutnya.
"Kenapa sih lo ketawa kayak mak lampir kayak gitu. Gak malu di lihati?" tanya Arra.
"Enggak. Kenapa juga gue harus malu. Toh gue gak peduli, jawab Mia, Jadi lo jatuh cinta sama pak dokter itu?" tanya Mia.
Arra hanya menatap Mia dengan raut wajah sulit di artikan.
"Gak usah buka suara. Gue udah tau kok jawabannya," kata Mia.
Mia memegangi pundak Arra dan memegangi dagu Arra.
"Jika kamu jatuh cinta dengan dokter itu maka kejarlah. Buat dia jatuh cinta kepadamu. Jangan diam aja kayak gini. Sekarang tuh bukan jamannya galau-galauan kayak gini. Lo udah kayak bocah aja." Mia menasehati Arra yang sedang memandang kearah depan dengan tatapan kosong.
"Wajar jika lo jatuh cinta sama pak dokter itu. Lo tinggal satu atap, tidur satu ranjang, makan kadang selalu bersama. Wajarlah lo jatuh cinta ada pepatah bilang. Jatuh cinta karena terbiasa bersama. Nah sekarang lo dalam posisi itu."
Arra hanya mendengarkan nasehat sahabatnya. Arra menatap kearah Mia.
"Tapi mantan kekasih suami gue balik lagi. Munkin suami gue masih ada rasa sama mantan kekasihnya dulu. Jadi gue milih mundur aja," ucap Arra lesu.
"Heh! Lo denger, ya. Mantan tuh ibarat masa lalu yang harus di lupakan. Jangan terlalu di ambil pusing masalah itu. Yang penting sekarangkan masa depan suami lo itu lo bukan mantan kekasih suami lo. Jadi sekarang jangan galau-galauan." ujar Mia merangkul tubuh Arra dari samping.
Arra yang mendapatkan pelukan dari sahabatnya. Membalas memeluk Mia. Arra beruntung memiliki sahabat seperti Mia. Mia melepaskan rangkulannya dan menatap Arra.
"Kenapa?" tanya Arra.
"Lo enggak kelupaan sesuatu?"
"Hah? Kelupaan apa?"
"Lo, kan sudah jatuh cinta sama suami lo menurut perjanjian yang kita buat dulu jika lo jatuh cinta duluan lo harus traktir gue selama 1 bulan,” ucap Mia.
Arra menepuk jidatnya. Bisa-bisa ia banyak mengeluarkan uang untuk Mia.
💊💊💊
Semua pekerja rumah sakit memandang pasangan yang sedang bergandeng tangan menyurusi lorong.
Siapa lagi kalau bukan Agung dan Agnes. Semua menatap kearah pasangan yang sedang berjalan lebih tepatnya sedang menatap kearah Agnes yang mengandeng tangan Agung.
Agung melepaskan tangan Agnes yang terus memegangi tangannya. Agnes menatap kearah Agung untuk meminta penjelasan.
"Apa kau tidak malu bergandengan tangan dengan laki-laki yang sudah memiliki istri?" tanya Agung dengan wajah datar.
"Tidak. Karena aku tidak percaya kamu sudah memiliki istri," jawab Agnes.
Agung tersenyum sinis dan menatap tajam Agnes.
"Dengarkan aku baik-baik. Aku sudah memiliki seorang istri dan istriku yang kau lihat tadi di rumahku," ucap Agung.
"Aku tidak percaya! Bisa saja wanita itu yang kamu sewa untuk berpura-pura menjadi istrimu untuk mencoba menghindariku," ujar Agnes.
Agung menghembuskan nafasnya. Mencoba bersabar menghadapi Agnes.
"Ini. Apa kau masih tidak percaya?" tanya Agung menujukan cincin pernikahannya kepada Agnes.
"Aku masih tidak akan percaya," jawab Agnes.
''Bukti apapun yang kamu berikan aku tidak akan percaya," tambah Agnes.
"Harus dengan cara apa aku harus membuktikannya? Dengan cara berhubungan suami istri di hadapanmu?" kata Agung sudah kehabisan kesabaran.
"Tidak. Cium dia di hadapanku," ujar Agnes.
Agnes tau jika Agung tidak akan sembarangan mencium wanita yang tidak benar-benar ia cintai. Maka dari itu Agnes menantang Agung seperti itu.
"Baiklah jika itu mau mu untuk membuktikan bahwa yang aku bicarakan benar," ucap Agung berlalu meninggalkan Agnes.
Agnes menatap Agung yang mulai menghilang.
“Aku yakin kamu tidak akan bisa melupakanku. Maka dari itu kamu selalu mencari alasan untuk mencoba menghindariku.” gumam Agnes berlalu meninggalkan rumah sakit.
💊💊💊
Arra tengah menyiapkan bekal untuk Agung. Karena Agung berpesan untuk membawakannya makan siang. Mau tak mau selepas pulang kuliah Arra masak untuk Agung. Padahal ia tidak ingin pergi kerumah sakit lagi. Karena ia takut jika kejadian malam hari itu terulang lagi. Tapi Arra tidak ingin menjadi istri yang tidak bisa mengurus suami. Jadi Arra hars siap mental jika kejadian itu terulang lagi.
Setelah siap menata masakannya di dalam kotak bekal. Sekarang Arra bersiap-siap berganti baju untuk segera mengantar makan siang untuk Agung.
Arra sedikit berdandan agar mata yang sedikit membengkak tidak terlihat oleh Agung. Arra tidak ingin di tanya yang aneh-aneh oleh Agung. Setelah selesai berdandan Arra menuju ke rumah sakit.
Supir yang selalu mengantar Arra sekarang menuju rumah sakit. Arra memegangi dadanya yang berdetak begitu cepat. Entah kenapa dadanya tiba-tiba berdetak begitu cepat.
Mobil yang di tumpangi Arra sudah sampai di area rumah sakit. Sebelum turun dari mobil Arra menarik nafas, lalu membuka pintu mobil. Arra berjalan menyurusi lorong rumah sakit sesekali Arra melempar senyum kepada para perawat yang tengah menyapanya. Mereka tau siapa Arra.
Arra menaiki tangga satu persatu untuk menuju ruangan Agung yang berada di lantai 2. Jantung Arra tiba-tiba kembali berdetak begitu cepat saat hampir sampai di ruangan Agung. Arra menarik nafas lalu membuka kenop pintu ruangan Agung. Hal yang pertama Arra lihat adalah Agung yang sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.
"Mas." panggil Arra.
Agung mendongak menatap kearah Arra yang tengah berdiri di abang pintu sambil membawa kotak bekal yang ia pinta. Agung menghampiri Arra dan menarik tangan Arra untuk duduk di sofa.
"Ini makan siang yang Mas mau." Arra memberi kotak bekal kepada Agung.
"Terima kasih kamu mau repot-repot masak buat aku," ucap Agung memberi kecupan di pelipis Arra, yang membuat tubuh Arra menegang.
Untuk menghilangkan rasa gugup Arra membuka bekal makan untuk Agung. Arra menyiapkan makan siang untuk sang suami. Arra memberikan piring yang sudah di penuhi dengan makan siang kepada Agung.
Agung menerima makan siang yang sudah di siapkan oleh Arra. Agung menatap kearah Arra yang tengah menyiapkan makan untuknya juga. Agung meletakan piringnya, lalu mengambil tangan Arra yang tengah sibuk mengambil makan siang.
Arra yang di perlakukan seperti itu menatap heran kepada Agung. Kenapa tiba-tiba Agung bersikap seperti ini. Mereka saling menatap satu sama lain. Sekarang jantung Arra semakin berdetak tidak karuan saat Agung menatap dengan intens.
"Ma--Mas. Kenapa kok natap Arra kayak gitu?" tanya Arra sedikit gugup.
"Aku hanya ingin menatap istri apa itu tidak boleh?" ucap Agung.
Ucapan Agung berhasil membuat pipi Arra merona. Tapi dengan segera Arra mengalihkan pandangan kearah lain. Agar Agung tidak melihat pipinya yang merona.
Agung semakin menatap Arra dengan intes. Tangan Agung memegangi tengkuk leher Arra. Arra melihat Agung yang mulai mendekat kearahnya. Arra memejamkan mata dengan tiba-tiba. Hembusan nafas berbau mint sangat terasa ketika wajah Agung sudah mendekati wajar Arra. Agung menempelkan bibirnya di bibir Arra. Arra membuka matanya saat merasakan benda kenyal menempel pada bibirnya. Ternyata Agung mencium bibirnya. Ini ciuman pertama Arra di bibir. Tapi Arra bersyukur karena ciuman pertamanya di ambil oleh laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya. Saat Arra ingin menjauh. Agung memperdalam ciuman mereka. Ciuman mereka cukup lama.
Karena kehabisan nafas Agung melepaskan pangutan mereka. Kening mereka sama-sama menempel. Mereka sama-sama mengambil nafas. Agung menatap Arra memberikan senyum kepada Arra.
"Apa kau sudah meliatnya? Apa kamu sudah percaya jika aku sudah menikah?" ujar Agung, yang membuat Arra bingung.
Tiba-tiba ada seseorang keluar dari balik kain putih dengan air mata yang sudah menetes. Arra menatap heran kepada orang itu. Jadi sedari tadi orang itu berada di sana.
Agung berjalan menghampiri orang itu.
"Sudah. Aku sudah membuktikan kepada kau kalau aku sudah menikah. Jadi jangan mengangguku lagi," kata Agung kepada Agnes.
"Kamu jahat! Tidak munkin kamu sudah menikah!" ucap Agnes memukul dada Agung.
Agung memegangi tangan Agnes. "Cukup! Aku sudah muak dengan kamu. Jadi jangan menganggu aku."
"Sekarang kamu pergi dari hadapan ku." Agung menyeret tubuh Agnes itu keluar dari ruangannya.
Sekarang hanya ada Agung dan Arra saja yang berada di ruangan.
"Jadi ciuman tadi hanya sandiwara saja?" tanya Arra kepada Agung.
"It--itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rina Wantini
Up lg g ya?
2021-02-02
0
Gusti Uchy Arifah
mohon jgn biarkn ada salah paham lg diantara mereka. jauhkn para pelakor dr rumah tangga mereka. lanjut......
2020-11-29
0