Bab 16

Hari ini, Nayla menerima gajinya. Ia mendapat sift pagi. Sesaat sebelum pulang, Nayla menemui manager restaurant—ingin meminta ijin cuti tentunya.

“Selamat siang, Pak, saya Nayla. Boleh saya masuk?” Tanya Nayla sesudah mengetuk pintu dan membukanya sedikit.

“Iya, Nayla, masuklah,” jawab pak manager.

Nayla melangkah masuk, pak manager mempersilahkannya untuk duduk.

“Ada apa, Nay?” tanya pak manager.

“Maaf, Pak, apa saya bisa minta ijin cuti?”

“Berapa hari, Nay?”

“Kira-kira, seminggu, Pak,” jawab Nayla.

“Lama sekali. Ada acara penting apa, sampai kamu minta ijin cuti seminggu?”

“Nggak ada acara penting, Pak, saya mau—”

“Mau ke India apa nikah?” tukas pak manager yang sontak membuat Nayla terkejut sekaligus malu.

“Bapak, tahu?” lirih Nayla.

Pak manager mengangguk sembari menyunggingkan senyumnya, “tahu, Nay, satu restaurant heboh, masa saya nggak tahu.”

Nayla tersenyum kikuk, ia menunduk, kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Ia sungguh tak menyangka jika berita kedekatannya dengan pria asing sudah tersebar ke semua karyawan dan bahkan bosnya sendiri juga sudah mengetahuinya.

“Jadi, kamu beneran mau nikah?” Pak manager kembali bertanya.

“Enggak, Pak,” sela Nayla cepat, ia menggeleng keras. “Eh, maksudnya belum, Pak. Saya masih mau ke India, bertemu keluarganya,” sambung Nayla.

Pak manager menyandarkan punggungnya pada kursi, jari-jari tangannya saling bertaut. Pandangannya lurus kepada Nayla. “Sebenernya bapak nggak mau kasih ijin cuti lama, karena peraturan di sini kan cuma bisa cuti hanya tiga hari saja. Tapi karena kamu jarang ngambil cuti, ya, sudah tidak apa-apa, kamu boleh cuti seminggu.” Pak manager tersenyum simpul.

“Bapak juga nggak mau nyiksa orang jatuh cinta, kok.” Ledeknya.

Nayla tersenyum malu mendengar ucapan pak manager. “Iya, terima kasih, Pak. Saya permisi.” Nayla beranjak berdiri, ia melangkah menuju pintu.

“Tunggu, Nay,” panggil pak manager.

Nayla berhenti, ia memutar tubuhnya, “iya, Pak?”

“Kalau pacaran jangan lama-lama, buruan nikah. Bapak tunggu undangannya,” kata pak manager yang lagi-lagi membuat Nayla malu di buatnya.

“I-iya, Pak, permisi.” Jawab Nayla terbata-bata. Ia kembali memutar tubuhnya dan melanjutkan niatnya, keluar ruang kerja pak manager.

Nayla menutup pintu, satu telapak tangannya berada di dada. Mengatur napasnya, tentu Nayla merasa gugup. Semua ucapan pak manager jauh dari bayangannya, yang mungkin saja pak manager akan marah. Namun nyatanya tidak, pak manager justru mengijinkannya tanpa sedikitpun memarahinya. Tentu juga meledeknya.

Nayla melangkah, ia hendak ke ruang istirahat—ruang ganti—untuk mengambil jaket serta tasnya.

“Kenapa, Nay?” tanya Ryan yang memperhatikan wajah gugup wanita berhijab yang sontak berhenti ketika ia bertanya.

“Enggak. Aku pulang dulu, Yan.” Nayla melanjutkan langkahnya.

“Iya, deh, yang udah di tungguin kang ojek bule di depan,” ledek Ryan.

“Hah? Kang ojek bule? Siapa?” cerca Nayla yang kembali berhenti melangkah.

“Kang ojek bule India, tuh!” jawab Ryan seraya mengarahkan pandangannya ke arah Fahad yang berdiri di area parkir, di dekat motor yang pria itu sewa tentunya.

“Bisa aja kamu.” Nayla tersenyum. “Aku pulang duluan, Yan.”

“Iya, hati-hati, Nay. Pegangan yang kenceng kalau di bonceng,” ledeknya.

“Apaan, sih!” Nayla menepuk pundak Ryan. Ia melanjutkan niatnya, mengambil jaket dan tasnya.

Ryan masih memandang Nayla yang semakin jauh dari pandangannya. “Perlahan lepas, tapi masih ada kesempatan sebelum janur kuning melengkung.” Gumamnya yang menyemangati dirinya sendiri. Ryan memang menaruh hati pada Nayla, sejak pertama kali ia bekerja, ia sudah tertarik dengan gadis berhijab yang ia nilai sangat sopan dan lembut itu.

Sangat sulit untuk mendekati Nayla, gadis itu selalu menjaga jarak dari pria. Bukan sok cantik, Nayla hanya masih memikirkan Andi, adiknya. Ryan sadar akan hal itu. Sebab itulah, ia semakin mengagumi sosok Nayla.

Nayla segera menghampiri Fahad yang menunggunya.

“Hai, Sayang,” sapa Fahad begitu Nayla semakin dekat.

Nayla melempar senyum manisnya. Ia berdiri tepat di depan Fahad.

“Kita ke mall dulu, ya?” tanya Fahad.

“Sekarang? Tapi aku mau pulang, mandi dulu.”

“Nggak usah mandi, kamu udah cantik,” kata Fahad.

“Fahad ....” Nayla mencebik. “Kita pulang sebentar aja, aku masih pakai baju kerja.”

“Kamu pakai jaket, Sayang. Mau pakai kemeja aku?” tanya Fahad.

“Nggak lucu, ih!”

“Aku nggak lagi ngelucu.” Fahad mencubit hidung mungil Nayla. “Jadi, mau lanjut berdebat apa langsung ke mall aja?”

“Iya, udah, ke mall.” Pasrah Nayla.

keduanya segera menuju ke mall. Entah apa yang ingin di beli Fahad. Nayla hanya menurut. Toh, percuma saja jika ia membantah dengan sifat keras kepala Fahad.

***

Sesampainya di mall, mereka berdua memilih ke sebuah foodcourt terlebih dahulu karena Fahad merasa lapar.

Sembari menunggu makanan yang mereka pesan datang, Fahad berbicara kepada Nayla tentang keberangkatan mereka ke India.

“Sayang, kita berangkat ke India lusa. Aku sudah memesan tiketnya,” ucap Fahad.

Nayla yang tengah minum itupun dibuat tersedak oleh ucapan Fahad.

“Minum pelan-pelan, Sayang.” Fahad menepuk lembut punggung Nayla.

“Kenapa buru-buru, Fahad?” tanya Nayla yang tanpa sadar, kedua matanya menatap tajam kepada Fahad.

“Jangan melihatku seperti itu. Kamu mau makan aku?”

“Maaf,” kata Nayla. Sorot mata Nayla berubah, tak ada lagi tatapan tajam untuk Fahad. “Aku serius, Fahad. Kenapa buru-buru? Atau, kamu duluan aja. Aku nanti bisa nyusul.”

“Aku juga serius, Sayang. Aku nggak mau nunda. Kalau nunda, nanti kamu di ambil orang.”

“Ya, nggak gitu, Fahad. Kamu duluan aja, nanti aku nyusul.” Nayla tetap pada pendiriannya.

“Nggak boleh. Aku nggak kasih ijin kamu ke India sendirian. Itu bahaya buat kamu. Kamu belum tahu situasi di sana,” kedua alis Fahad saling bertaut, ia merasa kesal serta khawatir jika Nayla pergi ke India seorang diri.

Nayla menunduk, merasa takut akan sorot mata Fahad.

“Maaf, Sayang.” Fahad menyadari Nayla yang merasa takut. “Aku nggak bermaksud gitu, aku cuma nggak mau kamu ke India sendiri. Aku khawatir. Meskipun nanti kamu udah jadi istri aku, aku tetap nggak akan biarin kamu pulang pergi India-Indonesia sendirian. Itu terlalu bahaya buat kamu.” Jelas Fahad dengan lembut.

Nayla mengangkat wajahnya, menatap kedua manik mata Fahad dalam-dalam. “Aku takut,” lirih Nayla.

“Takut soal apa?” tanya Fahad.

“Aku ini siapa, Fahad? Aku nggak sepadan sama kamu. Aku takut kalau ibu dan dua adik ka—”

“Sayang,” tukas Fahad. “Ammi, Yasmin dan Yumna nggak pernah mempermasalahkan itu. Yang penting itu kita. Bagaimana kita bahagia dan bagaimana kita bisa bersama, menjalani semuanya berdua. Aku mohon, stop berpikir kalau kita ini nggak sepadan. Kita sama, hanya adat dan budaya saja yang berbeda. Kita sama di mata Allah. Apa aku boleh tanya sesuatu sama kamu?” tanya Fahad yang di jawab anggukan kepala oleh Nayla.

“Apa kamu pernah berpikir, kalau aku bakal ninggalin kamu? Kalau aku cuma memanfaatkan kamu? Kalau aku ini pria kurangajar, yang suka main-main dengan wanita Indonesia?” cerca Fahad.

Nayla tak menjawab, kedua matanya berada pada satu garis lurus dengan mata Fahad. Ya, Nayla tidak munafik. Memang ada sedikit rasa takut seperti itu di sudut hatinya. Dari sekian banyak cerita cinta dua negara, terlebih India-Indonesia, Pakistan-Indonesia, Banglades-Indonesia—yang ternyata berakhir penuh air mata, penuh drama, dan rasa sakit hati.

Tidak semua, tapi memang ada beberapa cerita cinta yang seperti itu. Entah dari pihak si pria atau si wanita yang menyakiti atau memanfaatkan. Nayla tahu, ada kisah penuh drama dan air mata di dalam kisah cinta dua negara. Namun, bukan berarti semua pria India itu buruk ... hanya beberapa, tergantung pribadi masing-masing.

kebisuan Nayla sudah menjawab pertanyaan Fahad. Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya, satu jarinya mengetuk-ngetuk meja yang terbuat dari kaca itu.

“Aku nggak bisa maksa, supaya kamu nggak berpikir seperti itu. Itu hak kamu. Tapi—”

Ucapan Fahad terpotong, sebab seorang pelayan datang dan mengantarkan makanan yang mereka pesan.

Fahad kembali melanjutkan ucapannya setelah pelayan itu pergi.

“Sayang, seiring berjalannya waktu, kamu bisa melihat dan menilai. Aku ini serius atau enggak sama kamu. Jadi, aku mohon, lusa ikut aku ke India. Kamu bisa menilai semuanya setelah kamu menemui ammi dan kedua adikku.” Tutur Fahad dengan lembut.

“Tapi, kamu beli tiket pakai uang yang aku kasih waktu itu, kan?” tanya Nayla.

“Ya ampun! Iya, Sayang. Tiket kamu, ya, pakai uang kamu sendiri.”

“Ya, udah, aku ikut.” Nayla tersenyum, begitupun dengan Fahad.

***

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

bapa pengertian sekali

2022-08-26

0

Shellia

Shellia

Baru kali ini baca novel yg cowoknya India,kebanyakan kan kalo dicerita2 novel tuh luar negeri pasti Paris,Belanda,Inggris,Amerika nah kalau ini India. Lain dari yg lain yg pasti aku suka

2021-07-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 PESAN
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Promosi
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 1 S2
118 Bab 2 S2
119 Bab 3 S2
120 Bab 4 S2
121 Bab 5 S2
122 Bab 6 S2
123 Bab 7 S2
124 Bab 8 S2
125 Bab 9 S2
126 Bab 10 S2
127 Bab 11 S2
128 Bab 12 S2
129 Bab 13 S2
130 Bab 14 S2
131 Bab 15 S2
132 Bab 16 S2
133 Bab 17 S2
134 Bab 18 S2
135 Bab 19 S2
136 Bab 20 S2
137 Bab 21 S2
138 Bab 22 S2
139 Bab 23 S2
140 Bab 24 S2
141 Bab 25 S2
142 Bab 26 S2
143 Bab 27 S2
144 Bab 28 S2
145 Bab 29 S2
146 Bab 30 S2
147 Bab 31 S2
148 Bab 32 S2
149 Bab 33 S2
150 Bab 34 S2
151 Bab 35 S2
152 Bab 36 S2
153 Bab 37 S2
154 Bab 38 S2
155 Bab 39 S2
156 Bab 40 S2
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
PESAN
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Promosi
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 1 S2
118
Bab 2 S2
119
Bab 3 S2
120
Bab 4 S2
121
Bab 5 S2
122
Bab 6 S2
123
Bab 7 S2
124
Bab 8 S2
125
Bab 9 S2
126
Bab 10 S2
127
Bab 11 S2
128
Bab 12 S2
129
Bab 13 S2
130
Bab 14 S2
131
Bab 15 S2
132
Bab 16 S2
133
Bab 17 S2
134
Bab 18 S2
135
Bab 19 S2
136
Bab 20 S2
137
Bab 21 S2
138
Bab 22 S2
139
Bab 23 S2
140
Bab 24 S2
141
Bab 25 S2
142
Bab 26 S2
143
Bab 27 S2
144
Bab 28 S2
145
Bab 29 S2
146
Bab 30 S2
147
Bab 31 S2
148
Bab 32 S2
149
Bab 33 S2
150
Bab 34 S2
151
Bab 35 S2
152
Bab 36 S2
153
Bab 37 S2
154
Bab 38 S2
155
Bab 39 S2
156
Bab 40 S2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!