Bab 4

“Mbak, emang ada yang lagi ngejar-ngejar, ya?” tanya Andi dengan mulut yang mengunyah makanan. Seusai menyelesaikan tugas kuliahnya, serta Nayla yang selesai melipat baju ... kini keduanya tengah menikmati makan malam bersama.

“Bukan Mbak, temen kerja,” jawab Nayla sesantai mungkin. Ia tak ingin Andi menaruh curiga oleh pertanyaannya.

“Masa?” selidik Andi.

“Terserah kalau nggak percaya sama Mbak,” ketus Nayla.

Andi kembali bertanya, “Mbak, besok sift siang, kan?”

“Iya. Kenapa?”

“Paginya, Mbak di rumah apa pergi kemana, gitu?”

“Oh, iya. Besok Mbak pergi ke rumah temen. Udah janjian.”

“Tuh, kan ... di bilang juga apa, pasti ada sesuatu sama, Mbak,” seru Andi. “Siapa, sih, Mbak? Kasih tahu Andi-lah, kenalin, kek.”

“Apaan, sih, kamu?!” Nayla beranjak, ia berjalan ke arah dapur—tidak ingin Andi melihat wajahnya yang memerah karena malu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Nayla pun sudah menunaikan kewajibannya—salat isya'. Lagi, Nayla melihat ponselnya dan tidak ada satu pesan pun dari pria yang ia tunggu, Fahad.

“Ah, udahlah, aku tidur aja.” Gumamnya.

***

Pukul empat pagi, Nayla sudah bangun begitu ia mendengar adzan subuh berkumandang. Nayla bergegas bangun dari tempat tidurnya, pergi ke kamar mandi. Selesai salat, Nayla tidak lupa untuk membangunkan Andi. Andi termasuk orang yang sangat susah di bangunkan, perlu berkali-kali Nayla memanggil dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Setelah berhasil membangunkan Andi, Nayla kembali ke kamar dan melihat ponselnya, sudah ada pesan dari Afsal rupanya.

“Selamat pagi, Sayang. Maaf, semalam aku lelah dan mengantuk.”

“Hemm.”

“Apa kamu marah?”

“Aku nggak marah.”

“Jam berapa kamu ke sini?”

“Nggak tahu, mungkin jam tujuh atau jam delapan.”

“Baiklah, aku mencintaimu, Sayang ... Allah hafiz.”

Kok, isi pesannya udah kayak orang pacaran aja, sih? batin Nayla, ia tersenyum membaca isi pesannya dan juga pesan Afsal.

***

Nayla sudah siap berangkat ke hotel, menemui Fahad. Nayla tidak pandai berdandan—sebab ia memang tidak suka berdandan yang berlebih—hanya sekedar memoles wajahnya dengan foundation tipis, bedak, lalu lipstick warna peach favoritnya.

Andi sudah berangkat kuliah pukul setengah delapan tadi. Masih menunggu ojek online pesanannya, Nayla berulang kali melihat penampilannya dari pantulan cermin lemari pakaiannya.

“Udah rapi belom, sih? bedakku ketebelan nggak?” tanya Nayla pada dirinya sendiri. “Ah, udah pas, kok. Wangi juga,” gumam Nayla sembari menghirup aroma parfum yang ia semprotkan ke bajunya. Ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, melihat penampilannya.

Terdengar suara klakson ojek online yang ia pesan, menandakan bahwa ia sudah berada di depan rumah pelanggannya.

Nayla memang selalu memakai jasa ojek online untuk pergi bekerja jika Andi sedang tidak bisa mengantar dan menjemputnya.

“Makasih, Mas,” ucap Nayla pada tukang ojek seraya mengembalikan helm dan membayarnya.

“Iya, Mbak, sama-sama, jangan lupa bintangnya, Mbak,” tukang ojek tersebut menepiskan senyumnya.

“Siap, Mas.”

Nayla masih berdiri di depan hotel, melihat bangunan mewah di depannya, ia mengembuskan napas panjang. Nayla melangkah. Ia berhenti begitu merasakan getaran dari ponselnya yang ia genggam, tertera nama Fahad yang tengah memanggilnya.

“Kamu dimana, Sayang?” tanya Fahad begitu Nayla sudah menerima panggilannya.

“Fahad! Jangan panggil sayang!” geram Nayla yang kembali harus mendengar panggilan itu. ”Aku udah di depan hotel.”

“Aku di restaurant, kemarilah.”

“Iya.”

Mereka sama-sama mengakhiri panggilan.

Begitu melihat Nayla semakin mendekat, Fahad beranjak berdiri dan menyambut tangan Nayla. Tanpa sadar, Nayla menerima sambutan tangan Afsal.

“Kamu udah sarapan?” tanya Afsal sembari mendudukkan tubuhnya di kursi yang sebelumnya sudah ia duduki untuk sarapan.

“Hemm,” sahut Nayla.

Seorang pelayan datang, membawa segelas jus alpukat untuk Nayla dan kopi untuk Fahad.

“Apa kamu yang memesan jus ini?” tanya Nayla yang merasa heran.

“Iya, aku yang memesannya. Aku tahu kamu suka jus alpukat.”

“Oh.” Nayla membulatkan bibirnya, membentuk huruf O dengan sempurna.

“Baiklah, apa rencanamu untuk hari ini?” tanya Fahad.

“Nganter kamu ke bandara,” jawab Nayla setelah meminum jusnya.

“Apa?” kedua alis Fahad saling bertaut, terkejut akan jawaban Nayla. menghela napas panjang, dengan nada lembut Fahad mengatakan dan meyakinkan Nayla bahwa ia benar-benar serius dan ingin segera bertemu keluarganya. Jika perlu, sekarang pun ia sudah siap untuk bertemu keluarga Nayla, meminta ijin untuk menikahi wanita yang duduk di depannya ini.

“Kamu nggak percaya?” tanya Fahad yang di jawab gelengan kepala oleh Nayla.

Afsal menarik napas panjang, berdiri lalu menggandeng tangan Nayla menuju ke kamarnya. Menunggu lift terbuka, Nayla dengan nada yang terdengar takut, ia mengatakan, “aku nggak mau, Fahad.”

“Tenang, Sayang, aku cuma mau nunjukkin sesuatu yang aku bawa dari India,” tutur Fahad lembut.

Nayla diam, di pikirannya berkecamuk, berbagai pertanyaan muncul—yang membuatnya semakin bingung.

Nayla duduk di sofa, sedangkan Fahad sibuk mengambil koper dan terlihat mengeluarkan sebuah map yang tebal di sana. Afsal berjalan menuju sofa, dan duduk di samping Nayla. Ia mengeluarkan isi di dalam map tersebut.

“Lihat, aku membawa dokumen perceraianku dan membawa semua kartu identitasku.” Fahad membuka dokumen perceraian dan identitas dirinya, menunjukkannya kepada Nayla.

Nayla memandang semua dokumen yang ada di meja. Fahad kembali bangkit untuk mengambil laptopnya. Ia menunjukkan sebuah video yang di dalamnya terdapat ibu dan kedua adiknya yang jelas-jelas mengatakan bahwa ingin Nayla segera menjadi menantu dan kakak ipar untuk mereka. Iya, Nayla, Nayla Anjani. Itu nama yang mereka sebut.

Nayla terkejut dan lagi-lagi ia hanya bisa terdiam melihat semua ini.

Apa ini, Ya Allah? Bagaimana mungkin dia benar-benar mencintaiku dan bagaimana keluarganya bisa menerimaku? Aku ini nggak cantik, ataupun kaya. Aku nggak bisa di sandingkan dengan Fahad yang jelas-jelas adalah pria sempurna di mata para wanita. Aku nggak pantas untuk Fahad. Aku nggak pantas. Batin Nayla, ia tidak sadar ada bulir bening keluar dari sudut matanya, membasahi pipi.

Dengan sigap Fahad menghapus air mata Nayla dengan ibu jarinya. Ingin ia memeluk wanita yang ia cinta ini, namun ingatan di mana Nayla menolak di peluknya—kemarin—membuat ia mengurungkan niatnya itu, ia tahu Nayla tidak menyukainya.

“Sayang,” lembut Fahad. Nayla mengangkat wajahnya, melihat wajah pria yang ada di sampingnya ini.

Fahad bertanya_meminta penjelasan—alasan apa yang membuat Nayla tidak mau menikah dengannya dan alasan apa yang membuatnya tidak mempercayai ucapan cintanya. Nayla pun menjawab semua pertanyaan Fahad dan berharap pria itu bisa mengerti akan alasannya.

Nayla mengatakan bahwa dia (Fahad) dan dirinya sangatlah berbeda. Nayla pun menjelaskan perbedaan antara mereka berdua, bahwa Fahad adalah pria kaya dan terhormat, berpendidikan tinggi, apalagi perbedaan adat dan budaya mereka yang sangat mustahil—jika ada sebuah ikatan di antara mereka berdua. Dan ia hanyalah seorang pelayan restoran, tidak punya gelar sarjana seperti Fahad. Lalu bagaimana ia bisa bersanding dengan pria itu, juga bersosialisasi dengan mereka yang terhormat dan punya gelar terbaik di kampusnya dulu. Jangankan di hormati, tidak akan ada yang ingin berteman dengan gadis sepertinya, pikir Nayla.

Nayla menjelaskan dengan deraian air mata yang masih terus memaksa keluar—mengeluarkan semua rasa perih yang ada di hatinya.

Fahad meyakinkan Nayla bahwa harta dan tahta itu tidak penting baginya, luka masa lalu membuat ia lebih mementingkan perasaan—hati dan cintanya, daripada memikirkan status sosial.

“Nayla, aku nggak tahu sejak kapan aku jatuh cinta sama kamu. Aku cuma tahu kalau aku benar-benar cinta sama kamu.”

***

Terpopuler

Comments

maura maira

maura maira

jodoh tak kenal negara'nkpu sudah jodoh ibarat asam di gunung garam di laut hihihi benar kan

2022-09-02

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

manis sekali

2022-08-24

0

Shellia

Shellia

berarti si Afsal duren sawit dong

2021-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 PESAN
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Promosi
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 1 S2
118 Bab 2 S2
119 Bab 3 S2
120 Bab 4 S2
121 Bab 5 S2
122 Bab 6 S2
123 Bab 7 S2
124 Bab 8 S2
125 Bab 9 S2
126 Bab 10 S2
127 Bab 11 S2
128 Bab 12 S2
129 Bab 13 S2
130 Bab 14 S2
131 Bab 15 S2
132 Bab 16 S2
133 Bab 17 S2
134 Bab 18 S2
135 Bab 19 S2
136 Bab 20 S2
137 Bab 21 S2
138 Bab 22 S2
139 Bab 23 S2
140 Bab 24 S2
141 Bab 25 S2
142 Bab 26 S2
143 Bab 27 S2
144 Bab 28 S2
145 Bab 29 S2
146 Bab 30 S2
147 Bab 31 S2
148 Bab 32 S2
149 Bab 33 S2
150 Bab 34 S2
151 Bab 35 S2
152 Bab 36 S2
153 Bab 37 S2
154 Bab 38 S2
155 Bab 39 S2
156 Bab 40 S2
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
PESAN
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Promosi
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 1 S2
118
Bab 2 S2
119
Bab 3 S2
120
Bab 4 S2
121
Bab 5 S2
122
Bab 6 S2
123
Bab 7 S2
124
Bab 8 S2
125
Bab 9 S2
126
Bab 10 S2
127
Bab 11 S2
128
Bab 12 S2
129
Bab 13 S2
130
Bab 14 S2
131
Bab 15 S2
132
Bab 16 S2
133
Bab 17 S2
134
Bab 18 S2
135
Bab 19 S2
136
Bab 20 S2
137
Bab 21 S2
138
Bab 22 S2
139
Bab 23 S2
140
Bab 24 S2
141
Bab 25 S2
142
Bab 26 S2
143
Bab 27 S2
144
Bab 28 S2
145
Bab 29 S2
146
Bab 30 S2
147
Bab 31 S2
148
Bab 32 S2
149
Bab 33 S2
150
Bab 34 S2
151
Bab 35 S2
152
Bab 36 S2
153
Bab 37 S2
154
Bab 38 S2
155
Bab 39 S2
156
Bab 40 S2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!