Tepat pukul tujuh malam, Fahad menjemput Nayla. Ia bersandar di mobil sembari memainkan ponselnya—bertukar kabar dengan kedua adiknya.
“Kamu cantik,” puji Fahad saat Nayla berjalan ke arahnya.
Nayla tersenyum, “aamiin, makasih.”
Nayla terlihat mempesona (di mata Fahad), ia memakai celana jeans dan atasan tunic dengan motif garis yang menutupi tubuh mungilnya. Di tambah pasmina abu-abu yang membuatnya semakin terlihat cantik dengan lipstick warna peach favoritnya.
Sementara Fahad, ia memakai kemeja berwarna putih lengan panjang dan di padu celana jeans. Fahad terlihat semakin tampan dengan melipat sedikit lengan kemejanya hingga siku. Senyumannya, menambah kadar ketampanannya semakin nampak, (di mata Nayla).
Ya Allah, gimana nggak mau jatuh cinta coba? Senyumnya, sikapnya yang kadang membuatku sedikit kesal itu. Tapi, aku suka. Batin Nayla.
Nayla merasa bingung, hubungan apa sebenarnya di antara ia dan Fahad. Teman? Sepertinya lebih dari itu.
Sepasang kekasih? Sepertinya iya, namun nyatanya, tidak ada kata ungkapan cinta yang serius di antara mereka berdua, hanya Fahad yang selalu mengutarakan perasaannya, rasa cintanya. Calon suami dan istri? Tentu bukan.
“Kita pergi ke kafe?” tanya Fahad yang sudah selesai memasang self belt-nya.
“Terserah,” kata Nayla.
“Kenapa semua wanita selalu mengatakan ‘terserah’?” tanya Fahad.
“Semua wanita? Maksudmu?” selidik Nayla yang menyorot tajam kepada pria yang duduk di sampingnya ini, di balik kemudi.
Fahad menatap Nayla, ia tersenyum lalu menjawab, “iya, semua wanita. Wanita milik prianya masing-masing. Aku kan cuma punya satu wanita, yang sedang menatap tajam ke arahku saat ini.”
Nayla mengakhiri pandanganya, ia menatap lurus ke depan, menahan senyumnya. “Udah, ayo jalan.”
“Kemana?” tanya Fahad.
“Terse—”
“Terserah lagi,” tukas Fahad. “Kalau begitu, kita ke pelaminan aja.” Fahad menyalakan mobil.
Nayla menoleh, “ngapain ke pelaminan?”
“Menyanyikan lagu kebangsaan!” seru Fahad. Ia melajukan mobilnya, menjauh dari rumah Nayla.
Nayla mengulum bibirnya, menahan tawa akan ucapan Fahad. “Kirain mau nikah,” gumamnya.
“Serius? Ya, udah, ayok!” semangat Fahad.
Nayla tak menyahuti ucapan Fahad, ia berdecak kesal dan tetap memandang lurus ke depan. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu ke sebuah kafe. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Fahad dan Nayla sudah sampai di kafe dengan nuansa semi outdoor.
Keduanya menjadi sorotan semua pengunjung kafe. Sejak keluar dari mobil, Fahad memaksa untuk menggandeng tangan Nayla. Nayla berusaha menolak, ia berkali-kali mencoba melepas genggaman Fahad, namun pria itu justru menggenggamnya lebih erat dan berkata, “aku cuma pegang tangan, bukan pegang yang lain. Biar mereka tahu, kalau kamu itu punyaku.” Fahad berucap dengan tegas.
Nayla pasrah. Dengan wajah cemberut, ia tetap berjalan mengikuti langkah kaki Fahad, membawanya masuk kafe.
Keduanya duduk berdampingan. Meja yang mereka tempati tak jauh dari panggung musik yang sedang menampilkan live musik akustik di kafe tersebut.
Seorang pelayan membawakan dua gelas minuman yang mereka pesan, lengkap dengan satu piring kecil camilan.
“Sayang, tunggu sebentar di sini,” kata Fahad. Tanpa menunggu jawaban dari Nayla, ia beranjak berdiri lalu berjalan ke arah panggung.
“Mau ngapain?” tanya Nayla pada dirinya sendiri setelah melihat Fahad meminta gitar dari salah satu pemain musik.
“Hai semuanya, perkenalkan namaku Fahad dan aku berasal dari India. Aku berdiri di sini karena aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk wanita yang aku cintai, Nayla Anjani. Aku tidak tahu apakah kalian semua menyukai dan mengerti lagu-lagu Hindi atau tidak.” Fahad memberi jeda untuk ucapannya, ia menatap ke arah Nayla sembari menepiskan senyumnya.
Nayla terdiam, ia menatap Fahad dengan tatapan bingung serta malu. Sebab, semua mata kini juga tertuju kepadanya.
“Aku akan menyanyikan sebuah lagu India yang berjudul Soch Na Sake. Yang mempunyai arti, tidak pernah terbayangkan,” lanjut Fahad.
Beruntung, salah satu pengisi acara bersedia menerjemahkan ke bahasa Indonesia apa yang di katakan Fahad. Para pengunjung pun bertepuk tangan untuk mengapresiasi keberanian Fahad.
***
Tenu itna main pyaar karaan
Ek pal vich sau baar karaan
Tu jaave je mainu chhad ke
Maut da intezaar karaan
Ke tere liye duniya chhod di hai
Tujhpe hi saans aake ruke
Main tujhko kitna chahta hoon
Ye tu kabhi soch na sake (2X)
Kuch bhi nahi hai ye jahaan
Tu hai toh hai isme zindagi
Kuch bhi nahi hai ye jahaan
Tu hai toh hai isme zindagi
Ab mujhko jaana hai kahaan
Ke tu hi safar hai aakhiri
Ke tere bina jeena mumkin nahin
Na dena kabhi mujhko tu faasley
Main tujhko kitna chahti hoon
Ye tu kabhi soch na sake
Tere liye duniya chhod di hai
Tujhpe hi saans aake ruke
Main tujhko kitna chahta hoon
Ye tu kabhi soch na sake
***
Aku sangat mencintaimu
Ribuan kali pada suatu masa
Jika kau meninggalkanku dan pergi
alAku hanya akan menunggu kematianku
Untukmu aku telah meninggalkan dunia
Nafasku berhenti di kamu
Aku sangat mencintaimu
Kamu bahkan tidak bisa bayangkan betapa banyak (2X)
Dunia ini tak ternilai
Kehidupan satu-satunya di sini adalah kamu
Dunia ini tidak ternilai
Kehidupan satu-satunya di sini adalah kamu
Menjalani hidup tak mungkin tanpamu
Jangan pernah berpisah dariku
Aku sangat mencintaimu
Kami bahkan tidak bisa bayangkan
Untukmu aku telah meninggalkan dunia
Nafasku berhenti di kamu
Aku sangat mencintaimu
Kamu bahkan tidak bisa bayangkan
**
Semua orang bertepuk tangan setelah Fahad selesai bernyanyi. Nayla, ia masih terdiam menatap Fahad, ia terpesona dengan suara pria itu. Ini memang kali pertama Nayla mendengar Fahad bernyanyi.
Fahad masih di atas panggung, ia mengucapkan terima kasih. Nayla melihat beberapa orang yang sedang melihat ponsel mereka masing-masing. Tanpa Nayla tahu, ternyata mereka sedang membaca arti lagu tersebut.
“Nayla, aku mencintaimu,” ucap Fahad sebelum turun dari panggung, dan lagi-lagi semua orang bertepuk tangan melihat Fahad dan Nayla dengan sorot mata kagum.
Nayla tersenyum pada Fahad, ingin ia membalas ungkapan cinta Fahad ... akan tetapi, bibirnya terasa kelu untuk mengatakan kata cinta.
“Terima kasih,” hanya itu yang mampu Nayla ucapkan.
Fahad tersenyum, tangannya menyentuh lembut ujung kepala Nayla. Kali ini, Nayla tak kuasa menepis sentuhan itu, tubuhnya menghangat ketika Fahad menyentuh kepalanya yang berbalut hijab itu.
“Nggak mau balas nyanyian aku?” tanya Fahad.
“Aku nggak bisa nyanyi, Fahad.”
“Masa? Kamu aja suka banget nyanyi lagunya Atif Aslam.”
Nayla menoleh, terkejut bahwa Fahad mengetahui dirinya yang suka menyanyikan lagu Atif Aslam, salah satu penyanyi Pakistan yang juga kerap mengisi soundtrack film-film Bollywood—India.
“Hah? Lagu yang mana?” tanya Nayla.
“Itu, soundtrack filmnya Shruthi Hasan sama Girish Kumar. Apa itu judulnya? Lupa aku.”
Nayla mengangkat bahunya, tanda ia tidak mengetahui judul film yang di maksud oleh Fahad.
“Pura-pura nggak tahu,” kata Fahad. “Itu, yang dialognya gini.” Fahad sedikit memiringkan tubuhnya, menghadap Nayla. “Something, something.”
“Nothing!” tukas Nayla.
“Nah, itu. Judulnya—”
“Ramaiya Vastavaiya,” lagi, Nayla menukas ucapan Fahad.
“Nah, itu. Kamu suka nyanyi lagu Jeene Laga Hoon, kan?”
“Tahu dari mana kamu?” tanya Nayla.
“Dari Andi. Katanya, kupingnya sampai panas dengar kamu nyanyi lagu itu terus.”
Nayla berdecak kesal. “Andi ngomong apa aja sama kamu? Perasaan, kamu nggak pernah ngobrol sama Andi.”
“Apa gunanya aku punya nomor ponsel Andi, kalau aku nggak manfaatin buat nanya-nanya tentang kamu,” ucap Fahad.
“Menyebalkan!” gerutu Nayla.
Fahad tersenyum, tatapan mata yang hangat itu juga mengunci mata Nayla—tatapan mereka berada pada satu garis lurus. Nayla yang mengerucutkan bibirnya itu, (kesal pada Andi) seketika terhapus oleh sebuah senyuman yang ditularkan oleh Fahad.
***
Title track : Sock Na Sake.
Movie : Airlift
Singer : Amaal Malik, Arijit Singh & Tulsi Kumar
Lyrics : Kumar
Music : Amaal Malik
T-Series India
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ida Ida
keren bnget karya mu thour
aku jg suka bnget sama lagu lagu india
2022-09-08
0
Putri Nunggal
heeem romantisnya😍😍😍
2022-08-25
0
Putri Nunggal
huuuu yang posesif mulai ke arah bucin
2022-08-25
0