Sore itu Lika duduk santai di teras rumahnya, sambil membaca buku, sesekali dia menyeruput kopi panas yang ada di meja samping tempat dia duduk. Dari dalam rumahnya neneknya keluar dan langsung menghampiri Lika, kemudian duduk disebelahnya.
"Tumben masih sore begini udah santai...biasanya kamu ngelesin murid mu Lika..." Kata Neneknya. Lika tersenyum kecut.
"Sekarang sudah tidak lagi Nek..." Sahut Lika.
"Ooh.. begitu..." Nenek mendesah panjang. Lika memperhatikan Neneknya yang agak gelisah sore itu.
"Ada apa sih Nek...kayak lagi banyak pikiran gitu..." Ujar Lika sambil meletakan buku yang ia baca tadi di meja.
"Tadi pak RT datang Lika... katanya rumah kita ini akan di gusur untuk pelebaran jalan...makanya nenek jadi sedih...ini kan rumah warisan peninggalan kakek kamu...banyak kenangan yang sudah terjadi di rumah ini..." Kata nenek dengan mata menerawang.
"Oh ya...pantesan tadi banyak orang yang bolak balik memperhatikan rumah kita ...rupanya mereka orang proyek..."
"Iya Lika...makanya mau gak mau ya kita memang harus pindah....walaupun berat bagi nenek..."
"Padahal rumah kita ini strategis ya Nek...di pinggir jalan raya...tapi bukankah kalo rumah yang kena gusur itu akan dapat kompensasi?"
"Ya...memang dapat....apalah artinya uang dibanding sebuah kenangan berharga..." Mata nenek mulai berkaca-kaca.
"Kalo begitu...kita harus siap-siap dari sekarang...nanti Lika akan carikan rumah baru yang lebih bagus ya nek... nenek gak usah kuatir, gak usah banyak pikiran...biarlah kenangan itu kita simpan dalam hati yang paling dalam, sehingga gak seorangpun yang dapat mengambilnya dari kita...aku sayang nenek...cuma nenek yang ku punya pengganti orang tuaku..."
Kemudian Lika memeluk neneknya dengan erat, dan nenek pun menangis dalam pelukan Lika. Pada saat mereka berpelukan, Lia muncul baru pulang dari kursus bimbelnya. Dia melongo melihat kakak dan neneknya yang saling bertangisan.
"Lho...ada apa ini? Apa yang terjadi?" Tanya Lia panik.
"Gak apa-apa...rumah kita mau di gusur secepatnya...karna akan dibuat pelebaran jalan, jadi dalam waktu dekat kita akan pindah rumah...kamu bantu kakak cari rumah baru ya..." Jelas Lika sambil melepaskan pelukan neneknya dan menghabiskan sisa kopinya.
"Oh begitu...soal rumah yang mau digusur aku juga sudah denger...karena tetangga kita juga sama kena gusur...kalian jangan sedih lagi...anggap aja kita cari suasana baru...ya positif thingking aja..." Tambah Lia cuek.
"Kamu sih seneng pindah...lah nenek kan banyak kenangan dirumah ini..." Sergah Lika.
"Yah mau gimana lagi kak...kalo bisa kita cari perumahan baru aja...supaya lebih mudah aksesnya dan tetangganya lebih banyak..."
"Sudah sudah...nenek pusing, mau istirahat aja...nenek juga sudah ikhlas kok kalo memang kita harus pindah..." Nenek segera berdiri dan kemudian berlalu meninggalkan teras dan masuk kedalam rumah, Lika dan Lia saling berpandangan.
*******
drrt.....drrrt.....drrrrt
Suara ponsel Lika berbunyi. Dengan malas dia mengambil ponselnya dari meja kamarnya , melihat siapa yang meneleponnya malam-malam begini.
"Halo Bu guru...." Ternyata suara Ricky, papanya Nando dan Kezia. Lika langsung berdiri dari posisi duduknya.
"Halo Pak...ada yang bisa saya bantu...". Sapa Lika cepet.
"Maaf Bu guru... tadi anak-anak bilang sama saya, sudah beberapa hari ini Bu guru tidak datang belajar di rumah...ada apa Bu... anak-anak saya membutuhkan ibu untuk belajar...maaf...untuk bayarannya saya akan profesional bayar di muka....yang penting anak-anak bisa belajar Bu..." Jelas Pak Ricky dengan nada penuh harap.
"Maaf pak...bukan karena itu..."
"Lalu kenapa...apa ibu guru juga sudah bosan mengajari mereka? padahal nilai mereka meningkat sejak ibu guru memberi mereka tambahan pelajaran..." Desak Ricky. Lika kebingungan untuk menjawab alasannya.
"Begini pak...saya dapat surat peringatan dari sekolah, karena telah melanggar aturan sekolah..."
"Aturan bagaimana maksud Bu guru...?" Tanya Ricky tak mengerti.
"Guru di sekolah ini tidak diperbolehkan mengajar privat ke murid pak...saya sudah ketahuan melanggarnya... dan...saat kita makan malam, juga ada yang mengetahuinya ternyata...maafkan aku ya pak... " Jelas Lika sekenanya.
"Oh...begitu masalahnya... baik...besok saya akan menghadap kepala sekolah..." Tegas Ricky.
"Jangan pak...jangan memperkeruh suasana...saya yang salah...sebaiknya bapak mencari guru les dari luar ...kalo tidak bisa saya akan bantu mencarikannya pak..." Kata Lika panik.
"Anak-anak saya hanya mau di ajar oleh ibu Lika..." Sesaat mereka terdiam.
"Bu guru...maukah ibu keluar dari sekolah itu dan khusus mengajari anak-anak saya? saya akan bayar dua kali lipat dari gaji yang ibu terima dari sekolah itu.." Lika tersentak kaget. Ricky kelihatan serius dengan perkataannya.
"A...Apa pak? Maaf pak... tapi saya tidak bisa ..." Sahut Lika pelan
"Kalo begitu besok saya akan menghadap kepala sekolah...kalo bukan karena bayaran murid juga sekolah itu tak akan bisa berdiri..." Ucap Ricky tak mau kalah.
"Jangan pak...aku tidak mau ada keributan di sekolah..." Cegah Lika.
"Tidak akan terjadi keributan Bu....tenang saja..."
"Jangan pak...aku mohon...nanti aku akan dapat surat peringatan lagi yang kedua...nanti aku akan dikeluarkan dari sekolah...nanti aku tidak bisa mengajar murid-murid lagi..." Ucap Lika cemas.
"Kalo sekolah berani mengeluarkan mu, aku akan memberi mereka perhitungan!" Kemudian Ricky menutup teleponnya.
"Pak...tunggu...!"
Lika masih berdiri ditempatnya, tangannya masih gemetar, Ricky kelihatan tidak main-main dengan ucapannya. Tapi mengapa Ricky harus bersikap seperti itu, bukankah sebelumnya dia begitu cuek dan tidak perduli. Lika duduk di tepi tempat tidurnya, keringat mulai membasahi dahinya, Lika memejamkan matanya membayangkan apa yang akan terjadi besok.
'Apakah besok aku ijin saja ya supaya aku tidak bertemu pak Ricky...tapi kasihan anak-anak...siapa yang mengajar mereka kalo aku tidak masuk...pak Ricky...mengapa perkataan mu membuat dadaku begitu sesak...sebenarnya aku masih ingin datang kerumah itu, aku menyayangi anak-anak...tapi...." Lika bergumam dalam hati.
Tidak berapa lama kemudian, Lika tertidur di tempat tidurnya, tangannya masih menggenggam ponselnya. Pada saat neneknya masuk ke dalam kamarnya, ia hanya menggelengkan kepalanya, kemudian dengan lembut nenek menyelimuti seluruh tubuh Lika, mengambil ponsel Lika dan kembali meletakkannya di meja kamar Lika, lama neneknya memandangi wajah Lika, ada butiran hangat yang jatuh dari mata wanita tua yang mulai keriput itu.
"Kasihan kamu Nak...jadi tulang punggung keluarga, sejak orang tuamu meninggal, kamu lah yang menjadi pengganti mereka bagi nenek, bebanmu besar bagi keluarga ini nak..." Kemudian Nenek membelai rambut Lika dengan penuh kasih sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓪𝔂𝓸 𝓡𝓲𝓬𝓴𝔂 𝓵𝓪𝓫𝓻𝓪𝓴 𝓪𝓳𝓪 𝓴𝓮 𝓼𝓮𝓴𝓸𝓵𝓪𝓱 𝓴𝓮𝓹𝓪𝓵𝓪 𝓼𝓮𝓴𝓸𝓵𝓪𝓱𝓷𝔂𝓪 𝓫𝓲𝓪𝓻 𝓷𝓰𝓮𝓻𝓽𝓲 😅😅😅😅
2023-03-09
0
Shuhairi Nafsir
benci banget Aku dengan sikapnya Lika lembab lagi nga tegas
2023-01-05
0
Saharani Nursakinah
lanjut
2020-10-05
1