Pagi itu Lika tergopoh-gopoh mendatangi kantor kepala sekolah, tadi ketika datang ke ruang guru, Bu Tri mengatakan bahwa pak Johan mencarinya. Perasaan tidak enak terus berkecamuk didalam hati Lika. Ada masalah sepenting apa sehingga pak Johan harus memanggilnya semendadak ini?.
Lika menghentikan langkahnya di depan pintu ruangan Pak Johan, perlahan tangannya mengetuk pintu itu.
tok.... tok...... tok.....
"Masuk!" Terdengar suara Pak Johan dari dalam ruangannya, Lika membuka pintu pelan kemudian segera masuk.
"Selamat pagi Pak Johan, saya dengar dari Bu Tri katanya Bapak memanggil saya..."
"Silakan duduk Bu Lika" Kemudian Lika segera duduk di depan meja pak Johan.
"Apa Bu Lika tau kenapa saya memanggil Bu Lika kemari?" Tanya Pak Johan dengan sorot mata yang tajam. Lika menundukkan wajahnya.
"Saya tidak tau pak..." Sahut Lika pelan.
"Begini Bu...waktu itu pernah saya tegaskan, bahwa guru disekolah ini tidak diperkenankan untuk mengajar les privat kepada muridnya, tapi mengapa Bu Lika melanggarnya?"
"Mak...maksud bapak...?"
"Jangan pura-pura lupa Bu...saya sudah tau kalo diem-diem selama ini Bu Lika memberikan les tambahan kepada Nando dan Kezia di luar jam pelajaran sekolah, benar begitu kan?" Jelas pak Johan. Lika terperangah, pak Johan bisa tau dari mana?
"Maaf pak...saya terpaksa melakukannya karena mereka sangat membutuhkannya... Bapak tau bagaimana ketinggalannya Nando dalam mengikuti tiap pelajaran di sekolah... Kezia juga...sebentar lagi dia akan lulus SD, dia butuh tambahan belajar untuk ujian akhirnya..." Jelas Lika. Dadanya bergemuruh.
"Tapi kenapa harus Bu Lika yang melakukannya? Mereka kan bisa les diluar...atau memanggil guru privat dari luar...banyak sekali Bu...ibu kan bisa merekomendasikan itu...kalo semua guru tau mereka pasti akan iri dan mengatakan kebijakan sekolah tidak adil...karena hal itu dengan terpaksa saya memberikan ini kepada Bu Lika..." Kemudian Pak Johan mengambil sepucuk surat dari dalam laci mejanya, kemudian menyerahkannya kepada Bu Lika.
"A...Apa ini pak...?"
"Itu surat peringatan Bu...artinya dalam hal ini pihak sekolah menegur ibu atas apa yang ibu lakukan...kalau ternyata ibu kedapatan mengulangi kesalahan yang sama...makanya dengan terpaksa ibu harus keluar dari sekolah ini..." Jelas pak Johan. Lika membulatkan matanya.
"Apakah kesalahan itu begitu fatal pak sampai saya diberi surat peringatan? Karena tujuan saya adalah untuk kebaikan murid, walaupun saya terpaksa melanggar aturan sekolah..seharusnya bapak bisa melihat dari sudut pandang yang positif..." Sergah Lika mengemukakan alasannya.
"Asal ibu tau, kesalahan ibu bukan hanya memberikan tambahan pelajaran, tapi juga ibu sudah dengan diam-diam pergi dengan orang tua murid untuk berkencan..." Ucap Pak Johan dengan nada rendah nyaris tak terdengar.
"Hah..?! dari mana bapak dapat info seperti itu??" Jerit Lika terkejut.
"Itu tidak penting Bu...tapi hal itu akan sangat memalukan pihak sekolah, apalagi Bu Lika masih tergolong baru mengajar di sekolah ini, akan menjadi gosip yang tidak enak didengar...sehingga reputasi sekolah ini bisa rusak..."
"Tapi saya tidak berkencan dengan siapapun! itu fitnah pak...percayalah..." Ujar Lika membela diri.
"Kalau cuma sekedar kata orang, mungkin saya tidak mudah percaya begitu saja...tapi ini lihatlah...ada bukti fotonya..." Kata pak Johan sambil membuka ponselnya dan menunjukan foto Lika ketika makan malam dengan Ricky, kalau dilihat dari foto itu memang suasana agak remang-remang dan tempatnya juga terkesan romantis, jadi siapa saja yang melihatnya akan salah paham.
"Siapa yang mengirim foto itu pak...?" Tanya Lika dengan suara gemetar.
"Itu tidak penting Bu...saya juga harus menjaga privasi orang lain... kalo di rasa sudah cukup, ibu boleh meninggalkan ruangan ini..." Pak Johan segera berdiri sambil mengulurkan tangannya.
"Baik pak...trimakasih..." Dengan langkah gontai Lika keluar dari ruangan itu.
*******
Pertemuan Lika dengan pak Johan membuat seharian ini Lika kurang bersemangat. Bahkan ketika selesai mengajar pun dia segera pulang kerumahnya, dan langsung merebahkan diri di kamarnya. Pikirannya kacau, dan tak henti-henti dia berpikir siapa orang yang begitu tega terhadapnya. Dia mengingat-ingat siapa saja orang yang pernah dia ceritakan mengenai les tambahan itu.
Sampai hari menjelang sore, Lika tak kunjung keluar kamar, bahkan dia juga belum berganti pakaian dan tanpa sadar telah melewatkan makan siangnya. Terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya.
tok....tok....tok....
Tanpa dikomando pintu itu segera terbuka, Lia datang dengan membawa segelas air dan sepiring makanan.
"Kak Lika...apa kakak sakit? Kata Nenek sejak pulang mengajar kakak langsung masuk kamar dan gak keluar lagi..." Kata Lia sambil meletakan makanan dan minumannya diatas meja.
"Nggak apa-apa Lia....kamu keluarlah...." Jawab Lika malas. Lia mendekatinya dan langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Lika.
"Agak panas kak.... aku ambilkan obat ya..." Tawar Lia, Lika menggeleng.
"Nek...!! Nenek....!" Lia langsung memanggil Neneknya dengan suara keras. Sang Nenek datang tergopoh-gopoh masuk kedalam kamar cucunya itu.
"Ada apa sih Lia teriak-teriak...ngagetin Nenek aja!" Gerutu Neneknya.
"Itu tuh Kak Lika...orang badannya panas tapi gak mau minum obat...ayo Nek cekokin sekalian..." Bujuk Lika. Nenek segera menghampiri cucunya yang berbaring itu.
"Ada apa sih Lika...kamu belum makan kan...ayo makan dulu, tadi kan Lia udah bawa kemari...makan dulu ya...terus minum obat dan tidur lagi..." Ucap Neneknya lembut. Lika segera bangkit dari tidurnya, menyingkapkan selimutnya dan kemudian mengambil makanan di meja.
"Lia...kemarin waktu aku pergi dengan Pak Ricky, adakah orang yang yang datang kemarin mencariku?" Tanya Lika penuh selidik. Lia nampak mengingat-ingat sesuatu.
"Seingatku sih...Pak Alan sempat datang...tapi ketika aku bilang kakak sedang keluar, dia segera pulang..."
"Pak Alan?? Jangan jangan...." Lika mulai menerka-nerka.
"Memangnya ada apa sih...?" Celetuk neneknya tiba-tiba.
"Oh...nggak apa-apa Nek...bukan sesuatu yang penting kok..." Lika melanjutkan makanannya.
******
Lika menekan nomor pak Alan di ponselnya, terdengar suara nada tunggu, tak lama kemudian teleponpun di angkat.
"Halo..."
"Halo Pak Alan, besok di jam istirahat bisakah kita ngobrol sebentar?"
"Wah...tumben nih ngajak ngobrol....ada angin apa?" Sahut Alan terlihat senang.
"Sudahlah, besok jangan lupa ya....di jam istirahat di ruang guru, di mejaku...ingat?!"
"Siaap..."
Sesaat kemudian Lika mematikan ponselnya. Kepalanya masih terasa agak berat, banyak pikiran-pikiran yang menggelayutinya, akhir-akhir ini Lika memang agak jarang memperhatikan dirinya sendiri, sejak kehadiran Nando di kelas nya, membuat hari-harinya selalu penuh warna dan cerita. Lika berpikir apakah setelah dia mendapat surat peringatan itu dia akan menjaga jarak dengan Nando, tidak lagi memberikan tambahan pelajaran untuknya. Lika benar-benar pusing dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓪𝓭𝓪 𝔂𝓪 𝓴𝓮𝓫𝓲𝓳𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓴𝓸𝓵𝓪𝓱 𝓴𝓪𝔂𝓪𝓴 𝓰𝓲𝓽𝓾 𝓼𝓮𝓽𝓪𝓾 𝓼𝓪𝔂𝓪 𝓼𝓮𝓽𝓲𝓪𝓹 𝓰𝓾𝓻𝓾 𝓫𝓲𝓼𝓪 𝓴𝓸𝓴 𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓽𝓪𝓶𝓫𝓪𝓱𝓪𝓷 𝔀𝓪𝓴𝓽𝓾 𝓫𝓮𝓵𝓪𝓳𝓪𝓻 𝓴𝓵 𝓼𝓲 𝓪𝓷𝓪𝓴 𝓷𝔂 𝓴𝓾𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓪𝓻𝓷𝓪 𝓴𝓵 𝓰𝓪𝓴 𝓰𝓲𝓽𝓾 𝓼𝓮𝓴𝓸𝓵𝓪𝓱 𝓳𝓰 𝓴𝓪𝓷 𝔂𝓰 𝓳𝓮𝓵𝓮𝓴 𝓷𝓪𝓶𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓴𝓵 𝓼𝓲 𝓪𝓷𝓪𝓴 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓷𝓲𝓵𝓪𝓲 𝓴𝓮𝓬𝓲𝓵 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-03-09
0
Sarini Sadjam
duh pak Alan ganteng2 otak nya licik juga
2022-10-17
0