Beberapa menit kemudian Dirga kembali menemuinya di pantry. Lelaki itu tersenyum manis pada Dhatu yang sudah duduk di kursi pantry sembari menatap kosong secangkir teh di genggamannya. Lelaki itu ikut duduk di depan Dhatu.
"Nasi padangku dikemanain?"
Ah ... Dhatu sudah memikirkan pertanyaan lebih elegan, seperti; apakah kamu membuang nasi padangku atau kamu bawa ke mana nasi padangku? Namun, malah pertanyaan lain yang keluar dari mulutnya.
"Menurutmu?"
Dhatu terperanjat. "Kamu buang? Aku nggak pernah buang makanan. Kenapa kamu sampai buang makanan? Kamu nggak tau kalau di luar sana masih banyak orang yang kesusahan untuk makan dan kamu seenaknya membuang makanan?" Dhatu kesal dan ia tak berusaha menutupi amarahnya.
Dirinya paling tak suka membuang makanan. Biarlah ia menghabiskan makanan hingga perutnya meledak, daripada harus membuangnya. Mungkin, bagi lelaki yang banyak uang seperti Dirga hal itu sepele, namun membuang makanan sama saja dengan membuang rezeki dan tak bersyukur. Padahal, di luar sana, masih banyak orang-orang yang kesulitan pangan, hingga rela melakukan apa pun demi mengisi perut mereka.
Dirga menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. "Kuberikan pada Pak Sarjo, OB."
Dhatu tampak merasa bersalah karna menuduh Dirga begitu saja. Ia menunduk, lalu bergumam pelan, "Maaf."
"Apa kamu nggak punya uang, sampe harus banget dibeliin makanan sama laki-laki lain?"
Dhatu mengangkat wajah dan menatap lelaki itu kesal, rasa bersalah yang sempat ia rasakan menguap begitu saja. Belum sempat ia merespon, Dirga mengeluarkan dompet, lalu menyerahkan kartu debit pada Dhatu.
"Itu kartu debitku. Password-nya 080607, ambil uang dari sana untuk keperluanmu dan kebutuhan rumah kita. Setiap bulan akan kutransfer dua puluh juta ke nomer rekening itu."
Jantung Dhatu hampir saja copot mendengarkan penjelasan lelaki itu. Mengapa mereka harus membicarakan keuangan rumah tangga di kantor? Apalagi secara tiba-tiba seperti ini? Sungguh, Dhatu tak mengerti dengan jalan pikiran Dirga. Apa ia benar-benar boleh menggunakan uang yang ada di sana?
"Apa dua puluh juta terlalu kecil?" Dirga menyadarkan Dhatu dari lamunannya. Kartu debit itu belum diterima Dhatu, Dirga meletakkannya di depan Dhatu.
Dhatu menggeleng. "Tentu saja nggak, tapi kenapa tiba-tiba? Lagipula, aku punya uang sendiri dan nggak perlu memberikanku kartu debitmu."
Dirga berdesis sebal. "Kamu istriku kalau kamu lupa itu."
Hati Dhatu mendadak cemas. "Kamu sehat, 'kan? Aku nggak harus menjadi janda di usia semuda ini, 'kan? Kalau kamu memang punya penyakit kritis, katakan aja, aku akan siap."
Dhatu memasang wajah serius. Dengan khawatir menantikan jawaban Dirga, ia mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan dikatakan oleh lelaki itu padanya. Lelaki itu membeku, sedetik kemudian tawanya pecah. Sudah lama sekali Dirga tak pernah tertawa lepas seperti saat ini. Dhatu menautkan kedua alis, semakin bingung melihat tawa lelaki di hadapannya.
Dirga menghentikan tawanya. Sungguh, wanita itu mampu menghiburnya. "Tenang. Aku baik-baik aja."
"Tapi ...." semua ini masih tak masuk akal bagi Dhatu, namun tak tau bagaimana cara menyampaikannya. Bukannya merasa tak bersyukur akan perubahan baik yang lelaki itu tunjukkan. Hanya saja, terlalu tiba-tiba.
"Pulang kerja nanti, aku tunggu di mini market yang tadi pagi. Kita harus pulang berdua. Kalau aku belum datang. Tunggu dan jangan pergi gitu aja," ucap Dirga yang dijawab anggukan oleh Dhatu. Lelaki itu segera melangkah pergi meninggalkan Dhatu dengan semua kebingungannya.
Tak mungkin dalam semalam, seseorang bisa berubah begitu banyak, bukan? Apa lelaki itu mulai menyadari semua kebaikannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
💚
20 juta buset itu gaji gue 3 bulan 😅😅
2021-06-29
0
Rosmawati Intan
dsh mula banyolsn dhitu
2021-06-27
0
novi ariyanti
kartunya jatoh ge elah,aku tau ini pinnya wkwk
2021-06-07
2