Dhatu melirik jam yang melingkar di tangan kanannya, lalu menghela napas panjang. Tampaknya, kali ini lelaki itu tak 'kan datang lagi. Membiarkannya menunggu sendirian sengaja dilakukan lelaki itu untuk membuatnya jera, namun Dhatu tak selemah itu.
Dhatu mengeluarkan ponsel, lalu mencoba menghubungi nomer lelaki yang diberikan Sanjaya padanya dua bulan lalu. Sebelumnya, tak pernah sekalipun ia mencoba menghubungi lelaki itu. Selain segan, ia juga takut. Senyum manis di foto yang ditunjukkan oleh kedua orangtuanya seakan topeng. Nyatanya, sikap lelaki itu membuatnya merasa hal yang sebaliknya.
Pada dering ketiga lelaki itu menjawab telponnya, namun keduanya diam, tak ada seorangpun yang berniat memulai pembicaraan. Tubuh Dhatu bakaln bergetar sebelum mendengar suara lelaki itu. Dengan cepat ia memutuskan panggilan, lalu menepuk keningnya, merasa bodoh dengan sikapnya barusan.
Dhatu menyimpan kembali ponselnya. Tampaknya, ia harus mengurus pernikahannya seorang diri, seakan mau menikah dengan diri sendiri, tak ada mempelai pria yang turut membantu. Miris, apa yang ia harapkan dari pernikahan yang terjadi karna perjodohan? Tentu saja, persiapan pernikahan tak 'kan terjadi seheboh dan membahagiakan bagai sepasang manusia yang menikah karna cinta.
Dhatu disambut dengan pemilik gedung. Ia diminta memilih dekorasi dan juga tema yang diinginkan untuk pernikahan mereka nanti. Kedua orang tua kedua belah pihak, menyerahkan persiapan pernikahan kepada mereka dengan niat membuat keduanya dekat, namun tak ada yang tahu jika setiap kali dijadwalkan pergi bersama, Dhatu selalu mengurus semuanya sendiri.
"Jangan berani-beraninya komplain dengan konsep yang kupilih. Toh, kamu nggak mau terlibat," gumam Dhat dalam hati sembari mengamati presentasi wedding organizer yang Sanjaya pilihkan.
Sesungguhnya, resepsi pernikahan mereka tak semewah pernikahan orang kaya pada umumnya. Itu syarat utama yang calon suaminya ajukan agar menerima perjodohan ini. Hanya keluarga yang boleh hadir, tidak boleh mengundang orang lain selain keluarga, seakan-akan lelaki itu tak ingin semua orang tahu jika dirinya telah menikah. Mungkin lelaki itu malu pada Dhatu yang bukan siapa-siapa. Lagipula, Dhatu juga tak menyukai keramaian, hingga dengan senang hati menerima persyaratan lelaki itu.
Menit demi menit telah berlalu, mereka semua berjabat tangan, menyetujui konsep akhir yang Dhatu pilih. Dhatu berjalan meninggalkan tempat itu, sekilas Dhatu dapat mendengar perkataan mereka tentang Dhatu. "Dia itu pengantin yang nggak diinginkan."
Perkataan yang mampu menyayat hati Dhatu. Harus semiris inikah cerita hidupnya? Bahkan orang luar bisa tahu apa yang mati-matian ia coba sembunyikan. Apa lelaki itu yang mengatakan semua hal tentang mereka pada pemilik gedung dan pihak wedding organizer? Dhatu menggeleng, tak mungkin ada lelaki tukang gosip.
***
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Untuk pertama kalinya Dhatu bertemu dengan pria yang selama ini selalu menghindarinya. Dhatu terpesona sesaat menatap lelaki itu, jauh lebih tampan dari foto yang dilihatnya. Mata tajam, alis yang hampir menyatu, hidung mancung, kulit kecoklatan yang membuatnya tampan macho. Tanpa sadar Dhatu menelan air liurnya dengan susah payah.
Lelaki itu menatapnya sekilas, Dhatu berusaha tersenyum ramah namun diabaikan dengan membuang muka darinya, seakan tak sudi melihat wajah malangnya. Dhatu tersenyum miris. Apakah artinya, lelaki itu benar-benar membencinya? Dhatu tak dapat membayangkan bagaimana kehidupan mereka nanti.
Janji pernikahan mereka ucapkan di hadapan Tuhan, namun Dhatu sadar benar, jika lelaki itu tak bermaksud menepati janji yang mereka ikat, akan tetapi Dhatu tak dapat mencegah jantungnya yang berdebar saat mendengar suara datar lelaki itu saat mengucapkan janji sehidup semati.
Dhatu melirik wajah datar lelaki itu sekilas, lalu dengan cepat mengalihkan pandangan saat lelaki itu menatap tajam ke arahnya, ketakutan menjalar ke penjuru hati Dhatu saat melihat cara lelaki itu menatapnya. Ia membayangkan senyum yang akan terukir di wajah mereka, jika memang pernikahan ini terjadi karna cinta yang seharusnya hadir sebelum mengikat janji. Mereka telah melangkahi tahap saling mencintai dan langsung menuju ke hubungan pernikahan.
"Selamat ya. Harus banyak sabar sama Dirga, dia orangnya terlalu cuek," ucap Lestari, ibu mertua Dhatu saat mereka duduk di meja bulat guna menikmati makan bersama.
Acara pernikahan itu tak menyiapkan pelaminan yang mengharuskan memajang pengantinya. Konsep pernikahan Intimate wedding, yang identik dengan jumlah tamu yang lebih sedikit adalah konsep yang mereka pilih. Dengan konsep ini, pengantin bisa lebih dekat dengan tamu yang datang dan membaur di meja-meja yang telah disediakan.
"Kalau Dirga nakal, kasih tahu papa," kali ini Sanjaya yang bersuara sembari melirik putera semata wayangnya. Dhatu tersenyum tipis dan sekali lagi mengangguk.
Perbincangan pun berlanjut, namun kedua pengantin seperti sedang sakit gigi dan lebih memilih bungkam. Bukan seperti inilah pernikahan impian Dhatu. Walau belum memiliki calon sendiri, namun Dhatu selalu membayangkan kehangatan yang menyelimuti pesta pernikahannya. Tawa bahagia, genggaman tangan yang menghangatkan, dan juga calon suami yang akan menatapnya penuh kasih sayang. Setidaknya pernikahan yang sering diperlihatkan di film-film romantis yang sering ia tonton, namun sayang pernikahannya sendiri terlihat begitu miris.
Dhatu harus mengubur semua impian itu demi kedua orang tuanya. Ia harus mengorbankan banyak hal. Mimpi, hati, dan juga masa depannya. Seharusnya, lelaki itu tak perlu membencinya seperti ini. Dhatu sendiri adalah korban dari perjanjian yang dibuat sesaat setelah kelahirannya. Dirinya pun merasakan luka yang sama. Tidak bisa menentukan jalan hidupnya sendiri adalah hal yang paling mengesalkan, akan tetapi ia percaya ada alasan dalam dalam setiap masalah yang terjadi. Tuhan telah menuliskan takdir umatnya, dan mungkin inilah jalan yang harus ia lalui demi menunjukkan cinta yang ia miliki untuk kedua orangtuanya.
"Jika Nak Dirga nggak keberatan, tolong jaga Dhatu." Darma menatap Dirga memohon, lalu melirik Dhatu, "Dia terkadang usil dan kelewat riang, mungkin akan terasa menganggu, tapi dia masih bisa dibilangin, kok." Darma menatap putrinya lembut, membuat hati Dhatu berdesir hangat. Ia sangat beruntung karna menerima limpahan cinta dari kedua orangtuanya. Akan sangat egois jika ia membuat orang yang disayanginya itu bersedih, bukan?
Dirga tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Darma menatap istrinya, mengusap-usap punggung tangan Dian, berusaha mengusir kekhawatiran yang sempat singgah. Mereka tahu, jika semua ini tak mudah bagi Dhatu, namun keduanya tak mungkin mengingkari janji yang telah dibuat. Lagipula, keluarga mereka sangat dekat, hingga tak mungkin rasanya lelaki itu berani menyakiti putri kesayangan mereka. Dengan semua pemikiran itulah, Darma semakin setuju dengan perjodohan itu.
"Tenang aja, Ma. Dhatu ini udah seperti anakku sendiri. Nggak akan kubiarkan Dirga menyakitinya. Tenang aja, Ma. Dhatu aman bersama kami." Sanjaya tersenyum menenangkan ke arah sahabat masa kecilnya.
Darma mengangguk. Ia percaya penuh pada Sanjaya dan keluarganya, namun tak bisa mencegah rasa khawatir yang menyelimuti hati. Walau bagaimanapun Dhatu tak pernah dekat dengan lelaki manapun, lalu secara tiba-tiba dipaksa menikah. Wanita itu pasti tak mengerti bagaimana caranya berinteraksi dengan pasangan hidup. Sesungguhnya yang Darma khawatirkan adalah puteri semata wayangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rosmawati Intan
kenapa jugaselalu ada paksaan berkawin...hanya sevush janji n budi
2021-06-27
0
Imer Merlin
Saket,Saket, pengantin tak di anggap😭😭😭😭😭
2021-06-13
0
Hernina Mawar
suka...smg berakhir bhgy
2021-05-19
1