Dhatu terbangun di atas lantai yang dingin, sekujur tubuhnya sakit, namun tak dapat mengalahkan sakit yang menjalar ke penjuru hati. Harusnya sebagai pengantin baru, dirinya bahagia, namun ini malah sebaliknya. Tak ada kebahagiaan maupun senyum yang biasa ia ukur di bibirnya. Ia telah kehilangan semuanya dalam semalam.
Dhatu berdiri dan hendak membersihkan diri. Ia harus kuat dan tak boleh menyerah. Pernikahan ini tentang siapa yang mampu bertahan dan siapa yang lebih dulu memilih pergi. Ia akan membuktikan pada lelaki itu, tak peduli seberapa keras ditolak, dirinya masih akan terus berdiri tegap.
Dhatu menghentikan langkah. Menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun pernikahan masih ia kenakan, riasan wajahnya tampak kacau, jika saja ada audisi menjadi hantu untuk film horror, maka ia akan langsung ditrima berkat eye liner yang luntur dan membuat wajahnya tampak mengerikan.
Dhatu tersenyum miris, lalu tawanya pecah. Semakin kencang, hingga air matanya jatuh, mengalir semakin deras dengan semua pedih yang menyiksa bathin. Tak pernah sekalipun ia membayangkan kehidupan pernikahannya bisa sekacau ini.
Suara pintu terbuka membuat Dhatu segera bungkam dan menoleh ke arah pintu. Lelaki itu berdiri di sana dan menatapnya sekilas, lalu berjalan meninggalkannya. Menjadikannya angin yang dapat dirasakan, namun tak terlihat kehadirannya. Dhatu yang tak terima segera menarik lengan lelaki itu, menghentikan langkahnya.
"Apa mau mu?"
"Tuan Dirga yang terhormat. Kamu boleh terus memaki dan menolakku, tapi aku mau bilang, kalau aku nggak akan pernah menyerah," ucap Dhatu sembari menantang mata Dirga, "Aku akan menunjukkan padamu. Tanpa partisipasimu dalam pernikahan ini, aku juga bisa hidup bahagia."
Dirga tertawa mengejek. "Silahkan buat apa pun yang kamu mau." Dirga melepas kasar cengkraman tangan Dhatu. Ia menghentikan langkah dan membalik tubuh.
"Satu lagi, ingat kalau kamu cuma istri bayanganku dan usahakan aku nggak melihat kehadiranmu. Di rumah ini, maupun di setiap tempat yang kukunjungi. Aku nggak mau melihat wajahmu. Belajarlah menjadi bayangan."
Hati Dhatu pedih bukan main, ia mengigit bibir bagian bawah, mencoba meredakan pedih yang mengusai hati. Menjadi bayangan? Apa begitu tidak berhargakah dirinya? Orang tuanya saja memperlakukannya bak ratu, lalu lelaki itu yang tak lain hanyalah orang asing yang baru hadir di dalam hidupnya malah memperlakukannya seperti itu? Apa salahnya? Apa pernikahan ini begitu salah, hingga dirinya yang harus menanggung semua akibat seorang diri? Jika memang semua ini adalah kesalahan, mestinya lelaki itu menolak sejak awal. Mengapa menerima, jika hanya ingin memberikan neraka untuknya?
Dhatu menatap sendu punggung yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya. Baiklah, jika memang dengan cara seperti ini mereka bisa sama-sama bahagia, maka ia akan berusaha sebaik mungkin menjadi istri bayangan lelaki itu.
***
Setelah diperintah untuk tak terlihat. Mereka memutuskan untuk pisah kamar. Dhatu menempati kamar di lantai bawah, sedang Dirga di lantai dua rumah. Bila tinggal di lantai berbeda, maka akan mudah bagi Dhatu untuk mengendap-endap dan bersembunyi. Wanita mana yang tak sakit hati bila diminta membunuh hatinya dalam sebuah pernikahan, akan tetapi ia tak boleh menyerah. Ada kehormatan orang tua yang ia jaga.
Dhatu tahu diri, ia hanya sebatas menumpang di rumah lelaki itu. Maka ia akan tetap melakukan tugasnya sebagai istri tanpa terlihat. Tak mudah memang, ia harus bangun pagi-pagi sekali, memasak sarapan, lalu membuat bekal untuk makan siang dirinya dan Dirga. Ia tak tahu apa Dirga mau memakan hasil tangannya atau tidak. Setidaknya, ia tidak mengabaikan tugasnya sebagai istri.
Dhatu menatap kotak bekal yang ditelakkannya di meja dengan takjub. Dalam waktu singkat ia bisa menyelesaikan tiga macam lauk pauk, ada kebanggan tersendiri yang ia rasakan. Mungkin ini kehebatan pernikahan, membuat pekerjaan yang dirasa tak mampu, dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat.
Dhatu menuliskan memo pada kotak bekal Dirga. "Kusiapkan ini untuk. Bawalah untuk makan siang. Setidaknya, masih ada kata 'istri' dalam pemintaanmu yang memintaku menjadi istri bayangan. Jadi aku harus melakukan tugasku,"
Dhatu menyapu sekeliling ruangan. Tugasnya sudah selesai dan ini saatnya ia pergi bekerja. Ia tak meminta cuti panjang karna tahu, tak mungkin mereka pergi bulan madu, apalagi tak seorang pun temannya tahu tentang pernikahan mereka.
Menit demi menit berlalu Krisna menarik tangan Dhatu yang hendak masuk ke dalam ruangan. "Hari ini ada standing meeting. Perkenalan CEO baru," jelas Krisna sebelum Dhatu sempat bertanya.
Dhatu mengikuti langkah Krisna dan mereka tiba di aula perusahaan yang biasa dipakai untuk standing meeting ataupun acara syukuran yang kerap diadakan kantor jika target penjualan mereka tercapai. Setibanya di sana, semua orang sudah berdiri membentuk bulatan. Tubuh Dhatu yang pendek membuatnya harus menjijit melihat ke depan. Krisna yang melihat wanita itu kesusahan, segera menarik tangan Dhatu agar mereka bisa menemukan tempat yang nyaman untuk melihat CEO baru yang kabarnya masih muda dan tampan luar biasa.
Para karwayan wanita di perusahaannya sudah menggosipkan hal ini beberapa hari belakangan. Menjadi rumor yang terus berlanjut dari satu bagian ke bagian lainnya. Yang tentu saja membuat wanita normal seperti Dhatu ikut merasa penasaran.
Dhatu mematung di tempatnya saat ia dapat melihat beberapa orang yang berdiri di hadapan, orang-orang yang menjadi fokus acara. Di dalam barisan itu, Dhatu dapat melihat seseorang yang tak seharusnya ia lihat di tempatnya bekerja.
"Kenapa, Tu?" Krisna menyenggol lengan Dhatu. Dhatu tersenyum tipis, lalu menggeleng.
"Mas ... kayaknya aku mau berdiri di belakang aja." Dhatu harus segera kabur sebelum lelaki itu melihat kehadirannya.
"Udahlah, Tu. Susah juga kalau mau nembus lautan manusia begitu," ucap Krisna sembari mengangkat dagu, menunjuk sekumpulan karyawan yang tampak antusias melihat ketampanan lelaki muda yang menjadi fokus meeting kali ini.
"Perkenalkan, nama saya Dirga Sanjaya. CEO baru yang bertugas di perusahaan pusat. Mohon bimbingannya."
Suara lelaki itu menghentikan percobaan kabur Dhatu, Krisna kembali membalik tubuh ke depan, begitupun dengan Dhatu. Tubuhnya menegang saat secara tak sengaja matanya bertemu dengan retina Dirga. Dirga sendiri tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Dhatu dapat melihat kliatan amarah dan kebencian yang selalu lelaki itu tunjukkan padanya. Dunia seakan berhenti berputar, meninggalkan mereka berdua di dalam ruang hampa.
Tubuh Dhatu bergetar hebat, ketakutan menjalar perlahan dan memenuhi relung hatinya. Tak hanya di rumah, jadi Dhatu juga harus menjadi bayangan yang tak terlihat di kantor? Jantung Dhatu seakan diremas-remas. Mengapa Tuhan mencobainya seberat ini? Ia bisa berpura-pura tegar, mengenakan topeng guna menutupi perasaannya, akan tetapi bagaimana caranya terus menghindar saat takdir terus-terusan mempertemukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ismu Srifah
awas klau bucin jgn langsung d iya dhatu biar tau rasa betul begitu thor
2022-01-26
0
Nur Haida
moga dathu tdk mengemis cinta pada suam.dan bersikap masa bodo amat..
2021-11-12
0
Hesti Ariani
namanya jodoh ya, semakin benci eh semakin sering ketemu😄
2021-09-01
0