Dhatu berdiri di ambang pintu, menimbang melangkah maju, atau tetap bertahan walau sulit. Ia menatap sekeliling dengan resah. Sebelumnya, ia tak pernah merasa jika perjalanan menuju kamar mandi bisa terasa sesulit ini. Mengingat jika ia tak boleh berlama-lama izin meninggalkan ruangan membuatnya menarik napas panjang lalu menghela perlahan. Pekerjaannya dipantau dengan sistem real time, sehingga meninggalkan tempat sebentar saja bisa terekam sistem dan akan mempengaruhi performanya.
"Ngapain, Tu?" pertanyaan yang disertai dengan tepukan di pundak itu membuat Dhatu terperanjat. Ia mendengkus kesal melihat Rina yang tersenyum melihat wajah menahan buang air kecilnya.
"Mau buang air kecil."
Wanita itu mengerutkan kening. "Terus ngapain berdiri aja di sini?"
Dhatu memutar mata jengah. Jika perjalanan kamar mandi tak harus melewati ruangan CEO yang pintunya selalu terbuka, maka ia tak 'kan sebingung ini. CEO lama mereka selalu membuka pintu demi bisa memantau para pekerja yang bekerja di sekitar ruangannya. Walau sekarang mereka memiliki CEO baru, namun Dhatu takut kebiasaan itu diwariskan pada CEO baru perusahaan mereka. Ia tak boleh terlihat dan ia dengan susah payah mengupayakan semua itu.
"Aku lagi mikir."
"Mau buang air aja pake mikir, Tu?" wanita itu menggeleng-geleng, heran dengan kelakukuan Dhatu, "Aku juga mau ke kamar mandi. Mau sekalian?"
Dhatu mengangguk antusias. Rina, anak bagian admin sales itu bagai penyelamatnya. Bahkan pahlawan berkostum dengan tubuh yang dipenuhi kotak-kotak menggiurkan tak tampak semenawan Rina saat ini. Dhatu bersembunyi di balik tubuh Rina saat mereka melewati ruang CEO, Rina menggeliat risih, tapi Dhatu tak peduli. Ia lebih takut pada Dirga yang membencinya daripada celoteh teman kantornya itu.
Dhatu bernapas lega saat melihat pintu ruangan tertutup rapat, ternyata Dirga tak diwariskan kebiasaan menyebalkan CEO lama. Syukurlah!
"Aku duluan ya, Tu," teriak Rina tak sabar menunggu Dhatu yang di dalam kamar mandi.
"Iya, Makasih ya, Rin."
Dhatu yang harus mengganti pembalut memakan waktu lebih lama dan tak mungkin ia membiarkan Rina menunggunya terlalu lama. Semenit kemudian Dhatu telah menyelesaikan kegiatannya dan hendak keluar kamar mandi, tubuhnya membeku dan matanya terbelalak kaget saat menemukan lelaki itu. Dhatu dapat melihat keterkejutan yang sama pada retina lelaki itu.
"Kamu bodoh atau memang nggak ada otak?" tanya lelaki itu datar. Hati Dhatu lagi-lagi seakan diremas, ia heran mengapa wajah tampan Dirga tak cocok dengan mulutnya yang tajam. Lelaki itu jarang bicara, namun sekali membuka mulut hanya kata-kata menyakitkan yang bisa ia berikan pada Dhatu.
"Apa maksudmu?"
Lelaki itu mengeraskan rahang, lalu menarik menuju pintu tangga darurat. Ia menyudutkan tubuh wanita itu di tembok dan menatapnya tajam. "Kamu sengaja membuatku kewalahan?"
"Tuan Dirga Sanjaya yang terhormat, aku nggak pernah mau membuat siapapun kewalahan."
Lelaki itu tertawa mengejek. "Cara licik untuk mendapatkan kekayaanku. Kamu pikir, aku akan jatuh pada perangkap wanita murahan sepertimu?"
Dhatu mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, lelaki itu memancing emosinya. Ia tak mengerti apa salahnya? Ia sudah berusaha tak terlihat, namun takdir berkata lain. Dirinya pun tak ingin bertemu pria yang selalu menyakitinya.
"Cukup membuatku sesak di rumah, kenapa harus di kantor juga?"
Dhatu terdiam seaat, lalu tawanya pecah. Sungguh konyol. Dirinya yang lebih dulu bekerja di perusahaan ini. Bagaimana ia tahu, jika lelaki itu akan menyusulnya? Yang Dhatu tahu, ayah lelaki itu adalah pemegang saham terbesar perusahaan temaptnya bekerja, namun lelaki itu tak mau mengurusi perusahaan dan hanya meraup untung setiap bulannya. Ia tak tahu, jika Dirga akan ditempatkan di kantor pusat. Ia bahkan tak tahu apa pekerjaan lelaki itu. Toh mereka tak saling mengenal sebelumnya. Tiba-tiba saja dipaksa menikah. Dirinya juga korban di sini!
"Tuan Dirga yang terhormat, Aku lebih dulu bekerja di sini. Semenjak lulus SMA, dan itu sudah ada sekitar enam tahun yang lalu. Anda lah yang tiba-tiba masuk ke lingkup kerja saya."
Dirga memukul tembok tepat di samping telinga Dhatu, sontak Dhatu memejamkan mata, terkejut akan perbuatan lelaki itu. Merasa wajahnya aman dan tak merasa sakit apa pun, ia membuka mata perlahan.
"Resign!" bentaknya, "Besok serahkan surat pengunduran dirimu."
Dhatu menggeleng tak setuju. Statusnya saja yang berganti menjadi istri orang, namun lelaki itu tak membicarakan akan memberinya uang belanja atau tidak, lagipula ia tak mau meminta karna lelaki itu akan lebih memandang rendah dirinya. Apalagi ia masih harus memberikan uang bulanan pada kedua orang tuanya. Ia tak 'kan mundur dari pekerjaannya karna dirinya butuh uang. Munafik jika ada orang di dunia ini yang berkata tak membutuhkan uang. Toh apa pun yang ada di dunia ini, harus dibayar dengan uang.
"Kamu lupa perkataanku?" lelaki itu mempertipis jarak di antara wajah mereka, mengalirkan ketakutan pada hati Dhatu, "Jadi bayangku. Aku muak melihat wajahmu," lanjut lelaki itu sembari mencengkram dagu Dhatu, lalu membuangnya kasar.
"Saya nggak akan keluar dari pekerjaan saya." Dhatu menantang mata Dirga. Keduanya saling bertatapan penuh amarah. Suara ponsel Dirga mengalihkan perhatian lelaki itu dan Dhatu segera menggunakan kesempatan yang ada untuk melarikan diri.
Air mata Dhatu mengalir begitu ia sudah berjalan jauh dari Dirga. Hatinya sakit bukan main. Kurang miris apa kehidupan pernikahannya. Sudah tak dianggap, tak boleh terlihat, dan kini selalu disalahkan? Apa memang ia dinikahi hanya untuk menerima siksaan? Hingga kini, Dhatu tak mengerti jalan pikiran Dirga. Haruskah memperlakukannya sekejam ini?
Dhatu menghentikan langkah saat merasa seseorang menghalangi jalannya. Air matanya mengalir semakin deras saat sadar siapa orang itu. Lelaki itu mencengkram kedua lengan Dhatu dan menatapnya penuh tanya.
"Kamu kenapa, Tu? Udah jangan nangis," ucapnya seraya menghapus air mata Dhatu. Melihat banyak orang yang mulai lalu lalang karna kini adalah jam makan siang, dengan cepat lelaki itu menarik Dhatu dan mengajaknya ke rofftop.
Lelaki itu kembali menatap wajah Dhatu meneliti dan bertanya, "Kamu nangis kenapa? Ada masalah di rumah? Kamu mau ijin pulang? Aku akan izinin kamu kalau memang mau pulang."
Bukannya menghentikan tangis, wanita itu malah terisak pilu dan menyandarkan kepalanya pada dada lelaki itu. "Sakit banget, Mas. Hati aku kok mendadak sakit gini. Sampai-sampai dadaku sesak bukan main."
Tubuh lelaki itu membeku sesaat, namun ia segera mengusap-usap punggung Dhatu, berharap wanita itu menghentikan tangisnya. Ia tak tahu apa yang terjadi, namun tangis Dhatu membuatnya khawatir. Ia ingin membantu, namun tak tau harus melakukan apa jika Dhatu hanya terisak dan tak mau menceritakan apa pun.
"Sakit kenapa, Tu? Siapa yang udah nyakitin kamu?"
Dhatu menggeleng. "Nggak tau, Mas. Rasanya sakit aja."
Lelaki itu menghela napas panjang dan menghelanya perlahan. Krisna hidup dengan ibu dan juga adik perempuan, ayahnya lari sejak ia kecil, kepincut janda sebelah rumah. Hingga dirinya lah satu-satunya lelaki di rumah. Ia tahu benar gejala apa yang tengah Dhatu alami, karna adik perempuannya pun sering bersikap seperti ini.
Krisna tertawa kecil. "Kamu pasti lagi datang bulan, ya? Adikku juga sering marah dan nggak jelas kalau tamu bulanannya datang. Udah-udah jangan nangis lagi." lelaki itu membelai lembut rambut panjang Dhatu.
Belaian Krisna membuat tangisnya mereda. Walau sakit masih menyiksa bathinnya, namun ia tak mau membuat Krisna semakin bingung dengan sikapnya. Biarlah lelaki itu berpikir hormon yang menyebabkannya segila ini, daripada lelaki itu tau kejadian yang sebenarnya.
Apa arti pernikahan ini, bila mereka hanya saling menyakiti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Egiek Nuatik Esa Putri
akibat keegoisan orang tua
mengorbankan anak demi janji yg g tau apa bisa buat anak bahagia atau sebaliknya
2021-10-12
1
Amalia Elfishy
lah.. koq reaksi dirga sama kaya' thien sich.. begitu tau dhatu krj dikantor yg sama.. dia lngsng nyuruh dhatu resign, persis kaya' thien ke moei.. ahh jd kangen mereka dech
2021-08-10
0
Yudha Yasa
untung aja janda diseblh kamar kosku udh pindah. kalo blm bsa jdi korban kecemburuan para istri,
2021-07-13
0