Setelah satu jam lamanya berkutik dengan data. Akhirnya keduanya menyelesaikan laporan yang diminta oleh Dirga dalam bentuk cetak, maupun soft copy. Mira menyerahkan laptop kantor yang biasa digunakannya untuk menyampaikan presentasi kepada Dhatu. Ia mengajarkan semua ha yang perlu diketahui oleh Dhatu dan cepat-cepat menghubunginya jika mengalami kesulitan.
"Kalau gitu, aku pergi dulu ya, Mbak," ucap Dhatu sembari merapikan semua yang perlu dibawanya ke dalam ruangan Dirga.
"Good luck, Tu. Aku nggak begitu tau karakter CEO baru kita dan aku harap, divisi kita akan aman-aman aja."
Dhatu mengangguk. Semoga saja Dirga tak menyulitkan pekerjaannya dan berharap ia keluar dari pekerjaan yang begitu dibutuhkannya.
"Baik, Mbak. Aku pergi dulu karna nggak boleh terlambat."
Mira mengangguk. Dhatu segera beranjak, namun terhenti di ambang pintu saat berpapasan dengan Krisna. "Udah mau pergi, Tu?"
"Iya nih, Mas." Dhatu tersenyum manis.
Krisna mengangkat plastik hitam ke udara dan menunjukkan pada Dhatu. "Nasi padangnya udah aman, nih. Aku taro di meja ya. Nanti kamu makan."
Mata Dhatu berbinar senang. Andai saja, ia bisa mengisi perutnya terlebih dahulu. "Makasih banyak ya, Mas. Nanti uangnya kuganti."
Krisna menggeleng. "Aku nggak minta diganti. Anggap aja aku yang traktir."
Sesungguhnya Dhatu tak enak hati, lelaki itu kerap menolak uangnya saat ia menitip sesuatu. Jika tak terpaksa, Dhatu tak ingin meminta bantuan lelaki itu. Ia tak mau termakan budi seseorang, membalas budi seseorang itu sulit, jadi ia selalu berusaha mandiri dan tak berhutang budi.
"Krisna udahan. Jangan ganggu Dhatu, dia harus segera ke ruangan Pak Dirga," suara dari balik punggung Dhatu membuat Krisna tersenyum dan segera menggeser tubuhnya. Dhatu mengucapkan terimakasih sebelum pergi meninggalkan lelaki itu.
Dhatu berdiri di depan meja sekretaris Dirga, wanita itu seakan sudah tau maksud kedatangan Dhatu. Flora tersenyum dan mempersilahkan Dhatu menunggu di ruangan Dirga, lalu menutup pintu dan meninggalkannya sendiri. Ini pertama kalinya Dhatu berada di dalam ruangan CEO. Selama ini, staff biasa sepertinya tak pernah berurusan langsung dengan CEO. Tentu saja, fakta kehadirannya di sini membuat banyak orang terheran-heran.
Dhatu memandang sekeliling. Ruangan ini telah direnovasi, tak seperti ruangan CEO terdahulu yang terkesan santai, Dhatu dapat mengetahuinya karna kebiasaan CEO lalu yang memang suka membiarkan pintu ruangannya terbuka lebar. Ruangan tempatnya sekarang terkesan dingin dengan beberapa perabot berwarna gelap, begitu juga dengan satu set sofa berwarna hitam yang berada di depan meja kebesaran lelaki itu. Rak buku diletakkan tepat di samping meja, tak ada hal lain di sana. Hanya dokumen, buku-buku, dan televisi layar datar yang digunakan untuk menampilkan data.
Suara pintu yang terbuka, membuyarkan lamunan Dhatu. Ia segera berdiri menyambut Si pemilik ruangan. Dhatu menunduk, tak berani memandang lelaki itu dan Dirga segera duduk di kursi kebesarannya, lalu meletakkan plastik putih di hadapan Dhatu. Dhatu mengangkat wajah dan menatap plastik yang ternyata berisi sekotak makanan yang ia tak tau apa isinya, lalu ia menoleh ke arah Dirga, menatap lelaki itu penuh tanya.
"Duduk dan makanlah. Aku tau kalau kamu pasti belum makan karna pekerjaan tambahan yang kuminta."
Dhatu menaikkan sebelah alis. "Makanan ini untukku?"
Dirga berdecak sebal. "Buang ke tong sampah aja kalau nggak mau."
Cepat-cepat ia menggeleng dan duduk. "Makasih," ucapnya sembari membuka kotak makan di hadapannya dengan semangat. Dalam diam Dirga tersenyum mengamati wanita itu.
Bagaimana wanita itu bisa terlihat sangat bahagia hanya dengan sekotak makanan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rosmawati Intan
mcm mna tak senang..jam mkn dah lewat.. kelaparan
2021-06-27
0
Aan¹³³ᴸ
cieee yg udah mulai membuka hati🤭
2021-06-24
0
Christina Hartini
entar lagi bucin 😍😍😍😄
2021-06-08
0