Istri Bayangan CEO Tampan
Menikah berarti berani berkomitmen, menjaga hati dan menjadikan pasangan hidup sebagai satu-satunya orang yang mengisi hati. Terkadang, cinta tak cukup membuat semua itu kekal, namun memang cinta adalah pondasi dasar untuk memulai hubungan suci. Jika tak ada rasa itu, maka tak 'kan ada komitmen di dalam pernikahan.
Lelaki itu menghempaskan tubuhnya ke kasur, lalu menatapnya dingin. “Kau pikir, kamu akan bahagia dengan pernikahan konyol ini!” lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Si wanita, tatapan mata yang mengintimidasi membuat dirinya bergidik ngeri, “Akan kubuat hidupmu kacau bagai di neraka. Kamu akan menyesali keputusanmu.”
Tubuh wanita itu bergetar, air mata mulai jatuh dan membasahi pipinya. Ia memang tak mengenal lelaki itu, namun ia tak menyangka lelaki yang memiliki senyum hangat pada foto yang diperlihatkan oleh kedua orang tuanya begitu membencinya. Apa salah dirinya yang ingin berbakti pada orangtuanya? Dirinya juga korban di sini.
“Maaf jika keputusanku menyakitimu.”
Lelaki itu tertawa dingin. “Bukan menyakiti, tepatnya menghancurkan hidupku!”
“Jadi apa yang kamu inginkan? Aku juga korban dari pernikahan ini.”
Lelaki itu tersenyum miring, menatap wanita di hadapannya tak percaya. “Korban?” Ia berdecak sebal, “Kamu dan keluargamu hanya menginginkan hartaku. Bagaimana kamu bisa berkata kalau kamu adalah korban? Aku lah yang telah mengorbankan banyak hal karna dirimu.”
“Aku menerima perjodohan ini bukan karna uangmu,” suara wanita itu bergetar. Lelaki itu boleh menghinanya sesuka hati, namun tidak dengan keluarganya. Walau mereka miskin, tak pernah sekalipun kedua orang tuanya menafkahinya dengan uang haram. Miskin tak berarti tak jujur dan bisa direndahkan begitu saja.
Kini lelaki itu menjauhkan tubuhnya dari Si wanita. “Nggak usah munafik. Nggak ada orang di dunia ini yang nggak menyukai uang.” tawa lelaki itu menyayat hatinya, “Aku akan memberikanmu uang banyak jika kamu mau mau bercerai dariku.”
Wanita itu membelalak kaget. Dirinya tak mau bercerai. Memang pernikahan mereka terjadi karna keterpaksaan semata, namun ia tak mau menyakiti hati kedua orang tuanya dengan perceraian. Orang tuanya berharap banyak pada dirinya, ingin dirinya menjadi istri yang baik dan membalaskan budi kedua orang tuanya
di masa lalu.
“Simpan saja uangmu, Tuan. Aku akan tetap bertahan.” entah keberanian dari mana yang didapatkannya, hingga ia mampu menantang mata lelaki di hadapannya.
“Ternyata,kamu pintar.” lelaki itu tersenyum miring, “Tentu saja, kamu lebih memilih uang yang lebih banyak dari kedua orang tuaku. Berapa yang mereka berikan? Apa orang tuamu menjualmu pada mama dan papaku?”
Wanita itu segera berdiri dan menatap tajam lelaki di hadapannya. Cukup semua penghinaan yang lelaki itu berikan untuk kedua orangtuanya. Tak bisakah lelaki itu menghina dirinya tanpa merendahkan kedua orang tua yang begitu mencintainya? Tanpa sadar, tangan wanita itu sudah mendarat di pipi lelaki di hadapannya, dirinya sendiri terkejut akan aksinya dan segera menarik tangannya yang bergetar menjauh dari wajah lelaki itu.
Lelaki itu mengusap pipinya yang terasa panas karna tamparan wanita itu. “Belum apa-apa, kamu sudah menjadi istri yang kurang aja!” lelaki itu mencengkram kuat tangan Si wanita, sedang wanita itu meringis karna rasa sakit di pergelangan tangannya.
“Maaf, aku nggak bermaksud ....”
Lelaki itu mendekatkan wajahnya, menatap tajam wanita di hadapannya. “Aku akan meladeni permainanmu, Dathu.
Kita lihat, siapa yang akan mengibarkan bendera putih karna pernikahan bodoh ini.”
Wanita itu mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, mencegah air mata yang ingin mengalir semakin deras. Dadanya sesak bukan main. Ia tak menyangka di malam pengantin, dirinya malah diperlakukan penuh kebencian. Ia pikir, walau mereka tak pernah mengenal sebelumnya, lelaki itu akan berusaha menerima status mereka sebagai suami-istri, sebagaimana dirinya.
“Tuan Dirga, aku nggak pernah menjadikan pernikahan ini sebagai permainan.”
Lelaki itu tak 'kan terbuai dengan semua yang wanita itu katakan. Buktinya, wanita itu telah mempermainkan hidupnya. Dunianya hancur dalam sekejap karna kehadiran wanita itu dalam hidupnya. Ia akan membenci wanita itu sepenuh hati.
“Kamu hanyalah bayangan yang akan selalu berada di belakang, jadi jangan perlihatkan dirimu di hadapanku!”ucap Dirga seraya meninggalkan wanita yang telah sah menjadi istrinya itu. Tak ada iba yang menyelinap masuk ke dalam hatinya, hanya kebencian yang ada di sana.
Tanpa sadar, wanita itu menahan napas sembari menyaksikan punggung lelaki yang kian menjauh darinya. Air matanya kembali jatuh. Kakinya terasa lemah dan tak mampu menampung berat tubuhnya. Ia terkulai lemah di lantai kamar yang dingin, ia menutup mulut dengan kedua tangannya, mencegah isak tangisnya terdengar oleh siapapun.
Ia tak pernah menyangka pernikahan bisa semengerikan ini. Dirinya tahu, jika tak seharusnya menerima perjodohan hanya karna ingin menjaga kehormatan kedua orang tua yang terlanjur berjanji memberikan anak mereka sebagai menantu pada keluarga kaya yang dulu pernah menolong mereka saat kesusahan.
Dirinya sadar, jika cinta adalah pondasi dasar untuk memulai sebuah hubungan suci yang tak bisa diputuskan begitu saja. Akan tetapi, ia tak bisa menolak. Dirinya lah satu-satunya harapan kedua orang tuanya dan ia tak mungkin membuat orang yang disayanginya mengingkari janji hanya karna keegoisannya semata.
Wanita itu menepuk-nepuk pelan dada yang sesak bukan main, mencoba mengusir pedih yang menjalar ke penjuru hati. Dirinya hanya ingin menjadi istri yang baik dan bisa membalas semua yang telah keluarganya terima dari keluarga Dirga, namun sekarang ia ragu. Apakah dirinya sanggup menjadi bayangan yang tak boleh terlihat oleh lelaki itu? Apa dirinya mampu menjadi istri yang baik, jika lelaki itu terus menolaknya menjauh?
Di sisi lain, Dirga berlari sekencangnya dan segera menekan bel pintu apartemen yang tertutup rapat. Beberapa menit kemudian, seorang wanita berambut ikal menyambutnya dengan wajah sendu. Dirga dapat melihat dengan jelas mata sembab bekas menangis wanita itu. Hati Dirga pedih bukan main menyaksikan pemandangan di hadapannya. Ia telah berjanji untuk mencintai dan menjaga wanita itu seumur hidupnya, namun apa yang
dilakukannya sekarang?
Dirga segera membawa wanita itu ke dalam pelukannya. “Maafin aku, Kana. Maafin aku,” ucap Dirga lirih. Tangis wanita bernama Kana itu pecah di dalam pelukan Dirga. Keduanya menangis pilu, tak seharusnya dua orang yang saling mencintai dipisahkan hanya karna janji yang bukan mereka buat.
“Dirga ... apa yang harus kulakukan? Hatiku sakit bukan main.”
Dirga merasakan hal yang sama. Ia melepaskan pelukan mereka dan keduanya saling mengusap air mata yang membasahi pipi. “Maukah kamu menungguku, Kana? Aku akan membuat hidupnya bagai di neraka
dan segera bercerai.”
Kana menggeleng. “Jangan lakukan itu, Dirga.”
Dirga menempelkan kening mereka. “Percayalah padaku.” Lelaki itu menatap penuh permohonan. Pada akhirnya Kana mengangguk sembari tersenyum.
“Aku percaya padamu, Dirga.”
Sepasang kekasih itu saling bertukar senyum. Dirga menangkup wajah kekasihnya dengan kedua tangannya, lalu mempertipis jarak di antara wajah mereka. Ia mengecup bibir lembut wanita itu, lalu kecupan ringan itu berubah menjadi ******* lembut yang menghangatkan hati.
Percayalah, Kana. Kita akan kembali bersama—janji itu diukir Dirga dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Mampir yah Thor 🥰🥰
2024-10-14
0
Jarmini Wijayanti
sepertinya tegang banget
2024-04-24
0
Putriani
Aduh tu cewek kalau dia cewek baik-baik nggak bakalan mau ngerusak rumah tangga orang.. Ngapain
2021-09-14
0