Habis mengganti pakaiannya, Kanara menuju lobby lantai satu, seperti yang Brandon perintahkan tadi untuk menunggunya di sana. Beberapa teman barunya yang bekerja sebagian office girl banyak yang iri sama dia karena bisa berhadapan langsung dengan bos besar mereka. Tak sedikit yang bertanya-tanya seperti apa rasanya berdiri di jarak yang dekat dengan pemilik kantor ini.
Kanara hanya bisa menjawab dengan senyuman. Jawabannya adalah gugup, takut, dan banyak lagi. Karena menurut wanita itu seorang Brandon adalah sosok yang sangat mengintimidasi dan semua perintahnya tidak bisa dibantah.
"Kau terlambat lagi."
Kanara hampir melompat kaget saat tiba-tiba seseorang muncul di depannya. Brandon, siapa lagi. Ternyata pria itu lebih dulu sampai darinya. Kanara hanya menundukkan kepala.
"Angkat kepalamu," wanita itu patuh pada apa yang dikatakan Brandon. Nada bicara pria itu sangat datar, memang di mana-mana cowok yang modelan kulkas tujuh pintu gaya bicaranya selalu datar, kalau tidak dingin bak kutub.
"Kau tahu kalau kebiasaan menundukkan kepala itu adalah suatu kebiasaan yang tidak baik? Apalagi ketika kau sedang berjalan disampingku. Angkat kepalamu, dan berjalanlah seperti orang yang percaya diri." kata pria itu.
Betul, selalu menunduk saat berjalan atau bertemu orang memang tidak baik. Tapi mau bagaimana lagi, semenjak menikah dengan Damian, Kanara tumbuh menjadi sosok yang selalu insecure, merasa rendah diri dan tidak percaya diri. Damian terus merendahkannya, mengatakan dirinya adalah wanita murahan sehingga kata-kata itu sudah tertanam baik-baik di pikiran Kanara, sampai siapapun yang melihatnya, membuatnya merasa seolah-olah mereka sedang merendahkannya.
"Ikut aku," kata Brandon lagi. Pria itu berjalan di depan dan Kanara mengekor di belakangnya. Orang-orang yang melewati mereka menunduk hormat ke Brandon.
Sampai di parkiran, Brandon membalikkan badan memandangi wanita yang berjalan di belakangnya.
"Kau bisa menyetir?" tanyanya.
Kanara menggelengkan kepala.
"Ah, benar. Lebih baik aku bawa sendiri. Waktu itu saja kau menabrak mobilku dengan motormu, kalau kau menyuruhmu menyetir kita berdua bisa masuk jurang. Jangan sampai itu terjadi, aku belum menikah dan punya anak." pria itu menekankan kalimat terakhir dengan menatap lurus-lurus me Kanara.
Dia tidak percaya akan secerewet ini kalau sama wanita itu. Kanara yang malu. Malu karena pria itu mengungkit masalah mobilnya yang ditabrak lagi.
"Pegang ini, dan masuk ke mobil." Brandon memberikan tas kantor berisi dokumen yang dia pegang tadi ke Kanara.
Kanara tidak paham betul apa pekerjaan seorang asisten CEO. Dia belum ada pengalaman sama sekali. Jadi saat di dalam mobil, wanita itu memberanikan diri untuk bertanya. Kanara adalah sosok yang mau belajar, apalagi sekarang dia harus bekerja keras untuk menghidupi putranya.
"Mm, b - bos?"
Brandon memiringkan kepala menghadap wanita itu.
"Apa pekerjaan saya nanti?" Kanara bertanya biar dia sudah tahu dan tidak malu-maluin pria itu.
"Biar saya bisa persiapan sebelumnya." tambahnya.
Brandon menatap wanita itu lama, kemudian kembali fokus ke jalan raya. Sekarang dia jadi bingung. Menurutnya wanita ini seperti tidak tahu apa-apa tentang banyak pekerjaan. Bukan orang yang berpengalaman dalam dunia kerja. Brandon sudah bertahun-tahun terjun dalam dunia kerja, tentu dia bisa tahu siapa saja orang yang punya pengalaman kerja dan tidak.
Contoh kecil seperti menggunakan mesin kopi. Kalau wanita ini tidak menarik perhatian Brandon, pria itu pasti sudah memecatnya. Anggaplah dia pilih kasih terhadap wanita ini, tapi dia juga hanya manusia biasa. Hatinya tergerak pada wanita ini, jadi dia ingin mempertahankannya.
"Ikut saja dulu. Bawa terus tas dokumen itu. Nanti kalau aku bicara dengan klienku, siap-siap keluarkan map yang warna biru."
Kata Brandon kemudian. Kanara mengangguk. Lalu suasana berubah hening, sampai mobil Brandon berhenti di sebuah restoran mewah dan tenang.
Seorang laki-laki dan perempuan cukup berumur menghampiri Brandon ketika mereka memasuki restoran tersebut. Kanara duduk di meja yang lain, tapi tetap berdekatan dengan si bos. Orang-orang itu mulai bicara panjang lebar, membahas berbagai hal yang tidak Kanara mengerti. Sekilas Kanara mendengar mereka membahas tentang obat baru untuk pasien dengan penyakit langka.
Sepertinya kedua Klien Brandon itu adalah dokter, di lihat dari cara mereka berbicara dan menjelaskan segala hal tentang medis. Setelah berbicara panjang lebar dan menemukan kesepakatan, Brandon menatap ke Kanara.
Awalnya Kanara masih bingung, lalu ia ingat apa yang pria itu katakan di dalam mobil. Ia pun segera mengeluarkan map berwarna biru dan menyerahkannya ke Brandon.
"Wanita cantik itu asisten atau pacarmu?" pertanyaan yang keluar dari si wanita berumur membuat Kanara terdiam dan agak malu. Pacar? Yang benar saja. Pertanyaan apa itu, memangnya mereka tidak lihat dari penampilan saja dia dan pria itu tidak cocok.
"Dia asistenku." jawaban Brandon membuat Kanara bernafas lega.
"Ah, sayang sekali. Padahal muka kalian seperti muka jodoh. Kalau kalian bersama, rumah tangga kalian pasti langgeng. Tapi suatu hari nanti kalian mungkin bisa bersama."
Kanara langsung terbatuk-batuk dan segera permisi ke toilet.
"B - bos, saya mau ke toilet sebentar."
Brandon dan kedua kliennya menatap kepergian Kanara lalu mereka tertawa kecil.
"Lihat, wanita itu malu-malu. Kau pasti menyukainya kan?"
Brandon tersenyum.
"Bagaimana anda tahu saya menyukai wanita itu?"
"Dari caramu menatapnya. Mata tidak pernah bisa bohong."
Brandon terdiam sebentar, kemudian tertawa.
"Ayo bahas bisnis saja." katanya kemudian.
Di toilet, Kanara membasuh wajahnya berkali-kali di wastafel. Oh ya ampun, perkataan wanita tadi benar-benar membuatnya malu. Dia malu sekali, terutama pada Brandon. Apa kata pria itu nanti?
Kanara menetralkan nafasnya. Kenapa juga dia jadi deg-degan begini? Aneh sekali.
Drttt ... Drttt ...
Ponselnya berbunyi, dari si bos.
Ia cepat-cepat mengangkatnya.
"Sampai kapan kau akan bersembunyi di toilet? Cepat kembali, pria dan wanita tadi sudah pergi."
Setelah mengatakan itu sambungan langsung terputus. Kanara keluar dari toilet. Tepat saat dia mencapai pintu, seseorang yang dia kenal masuk. Wanita itu kaget sekali.
Vana ...
Ya, itu adalah Vana. Saudari tirinya yang jahat. Yang dulu menjualnya kepada laki-laki tua, hingga dia kabur memasuki kamar hotel kosong yang kebetulan terbuka untuk bersembunyi, namun sayang sekali dia tetap kehilangan kesuciannya pada seorang pria mabuk yang berpikir dia seorang wanita jalang.
Tidak puas menjahatinya, saudari tirinya itu bersekongkol dengan ibu tirinya menjualnya ke Damian, laki-laki berdarah dingin itu.
"Wahh, lihat siapa ini? Kanara?" Vana menatapnya atas bawah dan tersenyum miring. Kanara benci wanita itu juga ibunya. Karena mereka yang menyebabkan hidupnya hancur seperti ini.
"Kenapa kau ada di sini? Apa suamimu itu tahu kau berkeliaran di luar?"
Tubuh Kanara mulai bergetar.
"Atau jangan bilang kau ..."
PLAKK!
Tamparan keras mengenai pipi Vana, setelah itu Kanara pergi. Ia berlari secepat kilat.
"Brengsek! Ja-lang sialan! Jangan kabur kamu!" Vana berteriak emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Kusii Yaati
kayaknya si Nara ini harus di latih fisik sama mentalnya deh Thor, biar nggak jadi wanita penakut.sama perempuan aja takut apalagi sama laki-laki🙄...
2024-12-20
0
Anitha Ramto
Lindungi Kanara Brand..dari saudari tiri dan ibu tirinya, ayo Kanara ceritain sama Brandon kamu hrs jujur sm Brandon...
Brandon akan melindungi kamu dan membantumu dari masalah in
2024-12-20
0
Akbar Razaq
Ceroboh sekali Nara ,kenapa dia tdk menghindar dr orang orang masa lalu apalagi suaminya mafia kejam.apalagi di tempat spt ini .Tidak bisakah menyamarkan penampilannya?
2025-02-16
0