Brandon duduk tegak di sofa ruang tamu rumahnya sambil bersedekap dada. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Adik dan suaminya serta keponakannya Zane sudah tidur. Para pembantu juga. Hanya ada dua satpam dan beberapa anak buahnya yang berjaga di luar rumah.
Pandangannya tak lepas dari wanita dan anak kecil yang kedapatan berada di dalam bagasi mobilnya tadi. Cara pria itu menatap mereka begitu mengintimidasi hingga bulu kuduk Kanara berdiri. Putranya yang duduk dipangkuannya juga takut melihat laki-laki dewasa itu. Selama lebih dari sepuluh menit mereka hanya saling bertatap-tatapan, antara pihak yang mengintimidasi dan yang terintimidasi.
Lagi-lagi Kanara merasa pernah melihat laki-laki itu, tapi entah di mana. Rumahnya besar sekali bak istana. Rumah Damian suaminya juga tidak kalahbesar, tapi rumah ini lebih terasa hangat. Memang terasa seperti rumah. Padahal semua rumah yang terlalu besar menurut Kanara auranya akan terasa dingin, namun anehnya rumah yang ini malah begitu hangat. Yang beda justru pemiliknya yang dingin bak kutub, terpancar jelas dari matanya hingga mau bersuara saja Kanara takut.
"Jelaskan, kenapa kalian masuk diam-diam ke dalam mobilku? Kapan, dan apa alasannya aku ingin tahu semuanya." setelah bermenit-menit hanya memandangi ibu dan anak itu, Brandon akhirnya angkat suara.
Kanara belum berbicara. Lidahnya masih kelu akibat kedinginan sepanjang jalan, tubuhnya juga menggigil sekarang, namun sedikit tertolong dengan memeluk putranya. Wanita itu memberikan jaketnya ke sang putra, tidak apa-apa dia kedinginan, asal jangan putranya.
"Aku bertanya, kau punya mulut kan? Bisa bicarakan?" Brandon sudah sangat menahan diri sejak tadi. Dia paling benci ada orang asing yang masuk ke dalam mobilnya tanpa ijin, dan saat ditanya malah diam seperti orang bodoh begitu.
Wajah wanita itu masih jelas sekali dalam ingatannya. Wanita yang menabrak buggati barunya beberapa hari lalu, dan sekarang wanita yang sama itu masuk diam-diam ke Mercedes Benz yang baru dia beli pula. Adik dan keponakannya bahkan belum naik. Bayangkan betapa kesalnya Brandon.
"Cepat bicara!"
Suara Brandon tidak terlalu keras tapi memang agak kasar hingga anak kecil yang di pangkuan wanita itu menangis. Brandon menutup matanya dalam-dalam. Saking kesalnya dia lupa ada anak kecil di depannya.
"Ssttt ... Ssttt ... Nggak apa-apa sayang. Kamu tenang ya." Kanara menenangkan putranya. Brandon mendengus mendengar wanita itu bicara ke si anak kecil.
"Kau berbicara dengan lancar pada anakmu tapi tidak menjawab pertanyaanku?" cibirnya.
"Kak Brandon?" suara Yara yang muncul tiba-tmembuat pandangan Brandon dan Kanara sama-sama beralih ke anak tangga.
Cantik sekali.
Itulah hal pertama yang Kanara ucapkan dalam hatinya pada saat melihat Yara.
Apa wanita itu istri dari lelaki dingin di depannya ini?
Kanara melihat wanita itu turun menghampiri mereka, duduk di sebelah pria dengan aura gelap tersebut. Raut wajahnya bersahabat, tidak seperti kebanyakan wanita kaya yang dia lihat.
"Ini siapa?" tanya wanita itu.
"Orang yang kedapatan masuk ke dalam mobilku tanpa ijin." sahut Brandon menohok. Kanara tidak marah pada pria itu, karena apa yang pria itu bilang memang benar.
Pandangan Kanara turun ke Bian, ia sedikit lega melihat putranya yang sudah ketiduran. Dia menatap ke laki-laki itu lagi.
"Ma- maaf." hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.
"Aku tidak butuh maafmu, aku ingin tahu kenapa kau masuk ke dalam mobilku?" balas Brandon masih tak bersahabat.
"Kakak," Yara menegur kakaknya tapi Brandon tidak peduli.
"Sa - saya dan putra saya dari kampung hendak pergi ke kota. Tapi mobil yang membawa kami tiba-tiba me-menurunkan kami di tengah jalan. Saya bingung harus bagaimana, tiba-tiba saya lihat mobil anda diparkir dekat kami dan anda sedang sibuk menelpon. Sa-saya takut anda tidak mengijinkan kami naik ke mobil anda, jadi ..."
"Jadi kau nekat naik ke bagasi bersama putramu itu? Di mana otakmu? Bagaimana kalau kalian tiba-tiba sesak nafas dan meninggal? Kau ingin aku di tangkap polisi dengan tuduhan menyekap orang yang sama sekali tidak aku kenal, hahh?!"
Kanara terdiam.
"Kak Brandon," Yara kembali menegur Brandon karena pria itu bersuara tinggi. Kasian wanita di depan sana jadi ketakutan.
"Kalau boleh tahu siapa namamu?" Yara bertanya. Kanara tidak langsung menjawab. Dia tidak bisa mengatakan nama aslinya.
"Na-Nara." jawab Kanara. Tidak pernah ada orang yang memanggilnya Nara. Orang-orang yang mengenalnya memanggil dia Kana. Atau langsung Kanara. Hanya almarhum mama kandungnya yang memanggilnya dengan sebutan Nara.
Kanara punya dua identitas, waktu tinggal dengan mamanya saat mamanya cerai dari papanya namanya adalah Nara Gracia. Ia menggunakan nama belakang mamanya. Setelah mamanya meninggal karena sakit, ia pun di ambil papanya dan tinggal bersama sang papa mengenakan nama lahirnya Kanara Rusady. Damian tidak tahu tentang namanya yang lain, ibu tirinya pun tidak tahu. Kanara akan memakai nama itu untuk bersembunyi dari suaminya.
"Hai Nara, perkenalkan namaku Sloan. Pria ini adalah Brandon, kakak kandungku. Maaf kalau sikapnya agar kasar, dia memang begitu. Kau dari kampung mana? Kenapa mau ke kota tengah malam begini? Atau rumahmu di kota?"
Pertanyaan bertubi-tubi Yara tidak dapat di jawab oleh Kanara. Tidak mungkin kan dia tiba-tiba bilang dirinya melarikan diri dari suami mafianya.
"Saya ..."
Kanara terdiam lama.
"Sa-saya belum ada tempat tinggal di sini."
Yara cukup heran pada wanita ini. Berani sekali dia keluar tengah malam dari tempat yang jauh. Memangnya dia takut pada orang jahat apa?
"Kalau begitu kamu sama anak kamu nginap di sini aja malam ini."
"Bubble," Brandon menunjukkan raut keberatannya. Dia belum benar-benar percaya pada wanita asing ini. Rasanya semua yang dia bilang tadi agak aneh.
"Ini udah malam kak, masa kakak tega biarin mereka keluar malam-malam begini. Lagian rumah kita besar banget, ruang tamunya banyak juga." kata Yara.
Brandon hanya bisa menghela nafas jengah.
"Terserah kamu saja, tapi ingat, hanya malam ini." setelah berkata begitu Brandon berdiri dan berlalu pergi. Ia menatap tajam ke wanita itu sekali lagi dan mencibir ketika wanita itu menundukkan kepala menghindari tatapannya.
"Kakakku memang begitu. Orangnya tidak terlalu bersahabat sama orang baru. Tapi kalau sudah dekat, dia sebenarnya sosok yang hangat dan suka bercanda. Kata-katanya nggak perlu di masukin ke hati." gumam Yara.
Nara tersenyum tipis. Wanita ini benar-benar baik.
"Ayo aku anterin ke kamar kalian. Kamu kelihatan sudah capek sekali." kata Yara lagi. Dia yang paling banyak bicara karena wanita yang bernama Nara itu tampaknya sangat pendiam juga pemalu. Matanya sendu, membuatnya terlihat misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Suli Kah
alhamdulillah pada akhirnya Kanara mendapatkan tumpangan untuk menginap semalam walaupun yang punya rumah dingin sedingin es kutub utara yang penting selamat untuk malam ini...
2024-12-08
1
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
manjakan kami dng doble up nya kak 😁😁😁
brandon pasti blum liat wajah Bian ya,,,, kalo udah liat pasti dia akn terpaku
2024-12-08
2
sum mia
untung Yara segera turun kalau tak gak akan selesai-selesai Brandon mengintimidasinya
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2024-12-09
1