Nenek itu terbelalak menatapku.
Astaga, ingin kucekik rasanya biar ia cepat mati. Argh.
Menatapnya membuatku kembali mengingat kejadian itu. Di mana saat ia memesan kue kepada ibuku. Aku memberikan kue itu kepadanya, secara tiba-tiba ia memintaku untuk menikah dengan cucunya.
Cucunya? Cucu nenek itu. Tuan Raka? Astaga. Siapa yang harus kucekik? Nenek itu atau diriku sendiri.
“Kau, kue tart?” Uh. Tidak, aku lebih cocok menjadi keripik pisang. “Kau anak pembuat kue tart?”
“Halo nenek.” Aku membungkuk. Mencoba ramah. Argh, tetap saja aku kesal dengannya.
“Ada apa? Apa cucuku memesan kue?” Ia meraih tote bag yang Tuan Raka bawa. Ia sedikit kecewa saat melihat kotak perhiasan yang ada di dalamnya. “Mana kuenya?”
“Tidak ada kue, Nek. Itu hadiah untukmu.” Tuan Raka mencoba menjelaskan kepada neneknya. “Jadi, kedatangan aku dan dia ke sini—" Dokter memasuki ruangan. Tuan Raka menahan obrolannya.
“Maaf mengganggu. Nyonya disuntik vitamin dulu ya,” ujar dokter itu mengambil jarum suntik. Melihat hal tersebut membuat nenek merasa ketakutan. Ia meronta-ronta tak ingin disuntik. Hingga dokter menjatuhkan jarum suntiknya ke lantai dekat kakiku. Tidak bisa di gunakan lagi. Tidak steril. Ia mengambil yang baru dan mencoba menyuntik nenek. Nenek terus melakukan perlawanan.
Kuambil jarum suntik tadi di lantai. Bugh!~ Kepalaku menabrak pantat dokter itu. Seketika, jarum suntik menancap di lengan nenek. Nenek terbelalak. Vitamin itu masuk dengan sangat lancar ke dalam tubuhnya.
“Sudah selesai, Nyonya.” Dokter itu tersenyum mencabut suntikan.
Nenek masih dengan posisi terbelalak. Tuan Raka terkejut melihat ekspresi neneknya. “Apa dia tidak serangan jantung, Dok?” tanyanya.
Dokter itu tersenyum mengemasi perlengkapannya. “Tidak. Dia hanya sedikit terkejut.”
Apa yang baru saja kau jelaskan, Dokter?! Itu bukan hanya sedikit. Sangat mengejutkan.
Dokter itu berlalu meninggalkan ruangan. Tuan Raka kembali ke tujuan utamanya.
“Jadi, kami datang ke sini—"Tiba-tiba seorang perawat membuka pintu.
Argh, mengganggu saja.
“Apa Nyonya sudah menerima Vitamin?” tanyanya. Berdiri di depan pintu. Melihat ekspresi nenek yang masih terbelalak.
“Sudah!” Dengan nada meninggi, Tuan Raka mulai kesal. Bagaimana tidak? ini momen yang bagus, tetapi waktunya yang tidak bagus. Perawat itu menutup pintunya kembali.
“Jadi...” Ia menggantung kalimatnya. Menoleh ke arah pintu. Tidak ada yang akan membukanya lagi. “Kami. Akan—" Brag~ Pintu itu terbuka. Seorang pria memasukinya.
Tuan Raka mengepal tangannya. Wajahnya seolah berkata ‘Sialan! B*bi! Baj*ngan! Dajjaaal!’ ya, seperti itu yang aku lihat.
“Wahhh sepupu!” panggil Pria itu melambaikan tangan pada Tuan Raka. Melihat wajahnya yang sudah berapi-api. Tanpa berdosa, ia menghampiri dan memeluk Tuan Raka. “Lama tidak bertemu. Makin tampan saja.”
“Diamlah!” teriak Tuan Raka. Ia adalah orang ketiga yang mengacau kejutan untuk nenek.
“Kenapa kau ini? Apa kau tidak bahagia bertemu denganku?” Pria itu melihatku. “Siapa ini?”
“Dia calon istriku!” teriak Tuan Raka.
Ya, aku calon istrinya! Akhirnya kalimat itu terucap juga. Susah sekali memberi kejutan kepada nenek.
Ia menjauh. Mendekat ke arah nenek. “Nek! Cucu kesayanganmu, cu—cucumu! Akan menikah!” Mata nenek lebih terbelalak lagi dan jatuh pingsan. “Nek! Nenek! Panggil dokter!” perintah pria itu.
Argh, wanita tua ini. Sepertinya, tak lama lagi wanita tua itu akan mati setelah menatap mata sialku ini.
Kami semua menunggu dokter yang sedang memeriksa nenek. Duduk di luar ruangan. “Aku sudah pernah mengatakannya. Nenekmu akan mati setelah bertemu denganku," bisikku pada Tuan Raka.
“Tidak ada yang seperti itu. Nenek hanya terkejut,” bantahnya.
Uh terus saja mengelak, sampai nenekmu benar-benar mati.
“Apa kau serius dengan ucapanmu, sepupuku?” Pria itu memastikan berita yang membuat neneknya pingsan. “Apa kau sudah tahu latar belakang wanita itu?”
Latar belakang? Aku tidak memiliki latar belakang. Hanya ada kata ‘Sial’ di dalam hidupku.
“Aku akan mengadakan pernikahan di rumah sakit. Tolong sampaikan ini pada ibuku.”
“Uh Kau masih saja sombong. Telepon dia jika kau ingin mereka hadir.”
Tuan Raka terdiam. Dokter keluar dari ruangan nenek dengan kepala menunduk. Tuan Raka berdiri menunggu penjelasan dari dokter. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”
Deg~
Benar? Nenek mati? Astaga, baru beberapa menit bertemu. Aku sudah memberi nenek itu kesialan.
Tuan Raka dan sepupunya terkejut. Kaki Tuan Raka melemah. Dokter itu tertunduk sedih. Tiba-tiba. “Saya harus mencoba casting untuk sinetron azab. Apa akting saya sudah cukup bagus?”
Tuan Raka mendongak. Melongok menatap dokter.
Casting sinetron azab? Akting? Itu hanya akting? Aarghhh. Semoga kau dan keluargamu yang kena azab, Dokter.
Tuan Raka berlari membuka pintu ruangan. Disusul oleh sepupunya. Aku berdiri di hadapan dokter sinting ini. “Apa aktingku sebagus itu, kenapa ia terlihat panik sekali?”
“Arghh, semoga harimu menyenangkan, Dokter.” Kutepuk pundaknya. Mari kita lihat, kesialan apa yang akan tanganku tularkan kepada dokter sialan ini.
“Iya iya, Nona. Semoga harimu juga menyenangkan.” Dokter itu terus tersenyum. Berlalu. Kuputar pandanganku menatapnya. Mari kita lihat.
Satu. Dia berjalan menyusuri lorong.
Dua. Masih menyusuri lorong.
Tiga! Brak!~ Para perawat yang membawa mayat menabrak dokter itu. Mayatnya terpental dan mendarat tepat di punggung Dokter.
“Aaarghhhhh Aaarrghhh Arrghhhh!! Ibu Ibu tolong aku!” Ia menjerit terkejut sekaligus terbebani oleh tubuh mayat tersebut. Ia mencoba bangkit. Menarik bed cover yang ada di sebelahnya. Brak!~ Kantong air seni bekas mayat tersebut terjatuh tepat di atas kepalanya.
Aku tidak membunuhnya, bukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
ira rodi
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-13
0
Nie
Ngakak …bener” halu yg sangat menghibur
2022-10-16
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
aslii... ngakak.. 😄😄
2022-01-07
0