“Fau! Astaga anak sialan itu! Kenapa dikunci pintunya?!"
Indahnya hidupku, serapah itu sudah kutelan dan kujadikan sarapan di hari se-pagi ini. “Fauziah! Ada Tuan Raka!”
Aku berlari membuka pintu. Plak!~ Satu pukulan mendarat di pundakku.
“Ibu!” teriakku menahan sakit.
“Cepat mandi dan ganti bajumu!” Ibu menyeretku ke dalam kamar mandi. Ia terpeleset. Siapa yang akan disalahkan? Tentunya—
“Fauziah!” teriak Ibuku. Dia memukulku, menyeretku, dan terjatuh sendiri. Aku yang salah. Bagus sekali. “Aku berharap kau cepat-cepat menikah dengan Tuan Raka!” Dengan kesal ia keluar dari kamar mandi.
Terserah kau saja ibu!
Aku dan Tuan Raka pergi menuju rumah sakit. Sumpah demi apa pun, aku bergetar sepanjang jalan. Mungkin saja aku mendapat kesialan semacam bertabrakan atau tertimpa roket?
Kukeluarkan wajahku dari jendela mobil dan menatap langit. Cerah, tidak akan ada roket yang bisa menimpaku. Bagaimana dengan yang lainnya?!
Benar! Hal itu benar-benar terjadi. Untungnya Tuan Raka memutar setirnya dan singgah di toko perhiasan. Sehingga mobil yang berada di sebelah kami yang menjadi target kesialanku. Mobil itu ditabrak oleh mobil yang hendak menyeberang.
Aku terdiam menatap mobil itu terpental ke depan, terbakar lalu meledak. Bagaimana jika Tuan Raka tak memutar setirnya? Mungkin aku sudah mati saat ini.
“Itu bukan salahmu. Itulah yang disebut takdir.” Tuan Raka menarikku keluar dari mobilnya dan menyeretku ke dalam toko perhiasan. “Sudah jangan dipikirkan,” ucapnya.
Bagaimana bisa aku tak memikirkannya? Jika saja ia melaju lurus. Pastinya aku sudah tak bernyawa sekarang.
“Aku akan membeli perhiasan untuk nenek. Bantu aku memilih.” Ia melihat-lihat perhiasan yang ada di etalase. “Pilihlah mana yang kau suka. Itu hadiah dariku.”
Untuk menjenguk neneknya? Pastinya nenek ini bukan sembarang nenek. Cucunya saja sudah sekaya ini. Apa lagi neneknya?
Jangan biarkan aku memilih, Tuan. Aku bisa membuatmu bangkrut dalam sekejap.
“Ini bagus!” jeritku menunjuk kalung permata berwarna putih. Dengan bulir-bulir berlian di sepanjang talinya. Pelayan itu mengeluarkannya. Kutunjukkan kepada Tuan Raka.
“Kau suka yang itu?” tanyanya. Tentu saja. Tidak ada wanita yang membenci perhiasan. Aku mengangguk. “Ambillah sebagai hadiah.”
“Tidak Tuan. Berikan ini kepada nenekmu.”
“Kenapa?”
“Harganya terlalu mahal untukku.” Berpura-pura menolak. Itulah ciri khas wanita. Bukan berarti aku munafik. Karena memang seharusnya wanita bertingkah seperti itu. Agar tak terlihat Matre.
“Ambilkan 2 kalung seperti ini!” perintahnya pada pelayan toko.
Apa? Dua? Satu untuk nenek dan satu untukku. Humm, merepotkan saja. Tetapi aku suka merepotkan yang menguntungkan.
Pelayan itu memberi 2 Tote bag. Tuan Raka membayarnya. “Ini untukmu.” Ia memberikan salah satu Tote bag kepadaku. Aku sudah menduga itu. Kuambil alih tote bag-nya. “Apa kau ingin aku memasangkannya untukmu?”
Aaaaa boleh boleh, lakukan hal semacam ini lebih sering di tempat umum. Agar semua orang tau bahwa pria kaya sepertimu adalah calon suamiku.
Aku mengangguk. Tuan Raka mengeluarkan kalungnya dan memasangkan kalung itu di leherku.
Aww! Apa lagi ini. Kalungnya susah dikaitkan. Tuan Raka menariknya lebih kuat, namun tetap sulit terkait.
"Aaaaaww!” Demi kesialan yang ada di hidupku! Kalungnya terputus dan melukai leherku. Tuan Raka terjatuh karena kaget.
“Awww.” Kupegangi leherku yang terluka. “Maafkan aku!” ucapku membungkuk.
Astaga, aku tidak peduli kau terjatuh atau apa pun. Tetapi, kalungnya. Aaa permata itu putus!
“Maafkan aku Tuan.” Aku terus membungkuk.
“Tak apa.” Ia berdiri dan memasukkan kalung tersebut ke dalam tote bag. Berjalan hendak membuangnya ke tong sampah.
“Tuaan!” Kuhentikan gerakannya dengan teriakan itu. “Biarkan aku menyimpannya.” Mungkin saja kalung ini bisa dijual lagi. “Aku ingin menyimpannya.” Terus aku beralibi.
Dia bergeming. Ayo keluarkan jurus lidah peletmu Fauziah.
“Akan kusimpan. Itu adalah hadiah pertama yang kau berikan untukku.” Kena kau!
“Baiklah.” Ia memberikan tote bag itu kepadaku. Kupegang dengan erat. Bagaimana tidak, isinya adalah barang berharga.
Kami kembali melaju ke rumah sakit. Kakiku tak henti-hentinya bergetar. Rasanya seperti ditodongkan pedang di seluruh urat leherku. Salah bergerak sedikit saja. Kematian sudah pasti terjadi.
Mataku terbelalak. Satu mobil melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan. Brag!~ Ia menabrak tiang pembatas jalan. Tepat di hadapan kami. Kuputar pandanganku ke belakang. Mobil itu terbakar. Untungnya tiang itu menyelamatkan nyawaku.
Kuputar kembali pandanganku. Mataku kembali terbelalak. Truk yang mengangkut drum minyak di depan kami, secara tiba-tiba drumnya berhamburan ke luar. Aneh, tak satu pun drum itu mengenai kami. Tuan Raka cukup lihai mengendarai mobil.
Akhirnya, kami sampai di rumah sakit. Sangat mewah. Hanya itu yang bisa menggambarkannya. Aku baru pertama kali melihat rumah sakit ini. Mungkin saja rumah sakit ini berskala bintang 10. Ini rumah sakit, bukan hotel!
Tempat tidurnya dilapisi emas. Sterilisasi yang terjaga ketat. Uhhh, seperti ratu saja. Secara otomatis terbayang di benakku.
Kami masuk ke ruangan nenek. Humm, tak sesuai ekspektasi. Hanya bagus luarnya saja. Isinya sama seperti rumah sakit biasa.
Nenek yang sedang tertidur. Tiba-tiba terbangun karena suara berisik tapak kakiku. Ia menoleh ke arahku. Menatap dan terbelalak. Aku pun sama.
Nenek itu —Nenek—Sialan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
eh... kok nenek sialan?
2022-01-07
0
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
Kalo difilm kn, satu rumah bakalan ribut saking lucunya ketawa ketiwi terooosss🤣🤣🤣
2021-09-07
5
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuut baca
2021-07-19
0