Bab 18: Luka di Jalan yang Salah

Malam di Puncak begitu dingin. Angin malam menyentuh kulitku, membawa aroma embun dan dedaunan basah. Aku duduk di atas batu besar di tepi jalan, memandang jauh ke arah lampu-lampu kota yang terlihat seperti kunang-kunang di kejauhan. Suara teman-temanku yang bercanda dan tertawa sayup-sayup terdengar di belakangku, tapi aku tidak ingin bergabung.

Kepalaku penuh dengan Galaksi. Wajahnya, suaranya, tatapannya yang hangat, semua itu terus berputar di pikiranku. Aku tahu aku sedang marah, tapi jauh di dalam hatiku, aku rindu.

"Dingin banget, Sen," Raka mendekat, menyodorkan jaket tambahan miliknya.

"Aku nggak apa-apa," kataku datar, mencoba menutupi gejolak di dalam hati.

"Kamu nggak pernah kayak gini sebelumnya," katanya, menatapku dengan sorot mata penuh perhatian.

Aku menghela napas panjang, menatap ke bawah. "Orang berubah, Rak. Kadang tanpa sadar, kadang karena keadaan."

Dia tidak menjawab. Raka mengenalku cukup lama untuk tahu kapan aku butuh waktu sendiri. Dia berdiri dan berjalan kembali ke teman-teman kami.

Aku tahu aku berubah sejak bertemu Galaksi. Aku yang biasanya cuek dan tomboy, mulai memperhatikan hal-hal kecil. Aku yang dulu tidak peduli dengan penampilan, mulai belajar menyisir rambut lebih rapi atau memilih kaos yang lebih sopan. Semua itu karena Galaksi—pria yang membuatku merasa ingin menjadi lebih baik.

Namun, sekarang semuanya terasa sia-sia.

Di kampus, Galaksi tidak tenang. Hari kedua tanpa kabar dari Senja membuatnya gelisah. Bahkan tugas kelompok yang biasanya ia selesaikan dengan mudah menjadi berantakan.

"Galaksi, fokus dong," kata Maya sambil meletakkan buku di meja dengan sedikit keras.

Dia hanya melirik Maya sekilas. "Aku fokus."

"Tapi nggak kelihatan," katanya dengan nada manja.

Galaksi mendengus, lalu berdiri. "Aku nggak bisa terus di sini. Aku ada urusan."

Maya mengerutkan kening. "Urusan apa? Ini tugas kelompok kita, tahu."

"Tugas ini bukan alasan buat aku mengabaikan hal yang lebih penting," jawabnya dingin.

Maya terdiam, tapi dalam hati dia kesal. Dia tahu apa yang sebenarnya penting bagi Galaksi, Senja.

Sementara itu, aku masih di Puncak. Kami menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling dan berhenti di beberapa tempat. Meski suasananya menyenangkan, aku merasa ada yang kosong.

Saat kami berhenti di sebuah kedai kecil untuk makan siang, aku duduk sendirian di sudut. Aku tidak ingin bergabung dengan yang lain.

"Sen, kamu nggak makan?" tanya Raka, mendekat dengan wajah khawatir.

"Aku nggak lapar," jawabku singkat.

Dia menghela napas. "Kamu mau cerita? Aku tahu ada sesuatu yang berat di kepalamu."

Aku hanya menggeleng. Raka adalah teman yang baik, tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan rasa sakit ini.

Hari ketiga tanpa kabar dari Senja, Galaksi mengambil keputusan besar. Dia tahu Senja butuh waktu sendiri, tapi dia tidak bisa membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut.

Dengan sedikit usaha, dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Senja bahwa gadis itu sedang bersama geng lamanya di Puncak. Tanpa berpikir panjang, Galaksi memutuskan untuk menyusul. Ya, sedikit banyak Galaksi tahu cerita masa lalu Senja.

Malam itu, aku duduk di tepi jalan, jauh dari keramaian teman-temanku. Angin malam kembali membawa dingin, tapi aku tidak peduli. Hatiku masih terasa beku, dan aku tidak tahu bagaimana mencairkannya.

"Senja!" sebuah suara memecah keheningan.

Aku menoleh, dan di sana, di tengah jalan yang gelap, berdiri Galaksi. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya menunjukkan campuran antara marah dan lega.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku tajam, berdiri dari dudukku.

"Aku nyari kamu!" jawabnya, berjalan mendekat.

"Kenapa? Bukannya kamu sibuk sama Maya?" sindirku, suara penuh emosi yang sudah kutahan beberapa hari ini.

Dia berhenti beberapa langkah di depanku. "Itu bukan seperti yang kamu pikirkan, Sen."

"Jadi aku salah lihat? Maya nggak meluk kamu dari belakang waktu itu?" tantangku, menatap matanya dengan marah.

Galaksi terdiam. "Dia memang meluk, tapi aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

Aku tertawa sinis. "Kamu pikir aku bakal percaya? Aku nggak bodoh, Galaksi. Kalau kamu emang nggak punya perasaan ke dia, kenapa kamu diam aja waktu dia meluk kamu?"

Dia menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. "Aku kaget, Sen. Aku nggak tahu dia bakal ngelakuin itu. Aku cuma suka sama kamu, nggak pernah yang lain."

Aku ingin mempercayainya, tapi rasa sakit itu terlalu besar. "Kalau kamu cuma suka sama aku, kenapa kamu biarin orang lain masuk ke ruang yang harusnya cuma buat aku?"

Dia tidak menjawab, dan keheningan itu membuatku semakin sakit.

Beberapa teman gengku mulai memperhatikan kami. Raka berjalan mendekat, menatap Galaksi dengan curiga.

"Ini siapa, Sen?" tanyanya, nada suaranya jelas menunjukkan perlindungan.

"Dia nggak penting," jawabku tanpa berpikir.

Galaksi menatapku dengan luka di matanya. "Nggak penting, Sen?"

Aku mengalihkan pandangan, tidak sanggup melihatnya. "Kamu harus pergi, Galaksi."

Dia menggeleng. "Aku nggak akan pergi sampai kamu tahu semuanya."

Raka melangkah maju. "Bro, kalau dia bilang kamu pergi, ya pergi. Jangan bikin masalah di sini."

Galaksi menatap Raka dengan tajam, tapi dia tidak menjawab. Dia hanya menatapku, menunggu sesuatu, mungkin kata-kata yang bisa meyakinkannya untuk tetap tinggal.

Tapi aku tidak memberinya apa pun. Aku hanya berdiri di sana, diam, membiarkan rasa sakitku menguasai segalanya.

Akhirnya, Galaksi menghela napas berat dan berbalik pergi. Tapi sebelum dia benar-benar pergi, dia berkata pelan, "Aku nggak akan nyerah, Sen. Aku tahu kamu lebih dari ini."

Dan dengan itu, dia menghilang ke dalam gelapnya malam, meninggalkanku dengan hati yang semakin remuk.

Malam itu, aku tidak bisa tidur. Kata-kata Galaksi terus terngiang di kepalaku, membuatku semakin bingung. Aku tahu aku tidak bisa terus seperti ini, tapi aku juga tidak tahu bagaimana memperbaiki semuanya.

Hidupku yang dulu sederhana sekarang terasa begitu rumit. Aku tidak pernah menjadi gadis baik, tidak pernah lembut atau penuh perhatian. Tapi saat aku bertemu Galaksi, aku mulai berubah. Aku ingin menjadi lebih baik, bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuknya.

Namun sekarang, semua itu terasa sia-sia. Mungkin, aku memang tidak pantas untuknya.

To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Nanik Arifin

Nanik Arifin

lari dari masalah, bukan sesuatu yg baik senja.
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi

2024-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Aku, Senja
2 Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3 Bab 3: Misteri yang Terkuak
4 Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5 Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6 Bab 6: Suasana di Kampus
7 Bab 7: Api dalam Diam
8 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9 Bab 8: Langit yang Mengerti
10 Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11 Bab 10: Langkah Baru
12 Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13 Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14 Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15 Bab 14: Memantapkan Hati
16 Bab 15: Orang Ketiga
17 Bab 16: Klarifikasi
18 Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19 Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20 Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21 Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22 Bab 21: Keputusan Hati Senja
23 Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24 Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25 Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26 Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27 Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28 Bab 27: Langkah Baru
29 Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30 Bab 29: Gagal Romantisan
31 Bab 30: Malam yang Dinanti
32 Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33 Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34 Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35 Bab 34: Kisah yang Terungkap
36 Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37 Bab 36: Keberanian Bersama
38 Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39 Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40 Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41 Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42 Bab 41: Pertemuan Keluarga
43 Bab 42: Kehebohan di Kafe
44 Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45 Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46 Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47 Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48 Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49 Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50 Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51 Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52 Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53 Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54 Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55 Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56 Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57 Bab 56: Perjalanan Bersama
58 Bab 57: Langkah Baru
59 Bab 58: Kabar Bahagia
60 Bab 59: Mama Senja
61 Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62 Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63 Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64 Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65 Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66 Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67 Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68 Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69 Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70 Bab 69: Keputusan Senja
71 Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72 Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73 Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74 Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75 Bab 74: Rumah Kedua
76 Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77 Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Aku, Senja
2
Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3
Bab 3: Misteri yang Terkuak
4
Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5
Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6
Bab 6: Suasana di Kampus
7
Bab 7: Api dalam Diam
8
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9
Bab 8: Langit yang Mengerti
10
Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11
Bab 10: Langkah Baru
12
Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13
Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14
Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15
Bab 14: Memantapkan Hati
16
Bab 15: Orang Ketiga
17
Bab 16: Klarifikasi
18
Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19
Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20
Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21
Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22
Bab 21: Keputusan Hati Senja
23
Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24
Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25
Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26
Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27
Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28
Bab 27: Langkah Baru
29
Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30
Bab 29: Gagal Romantisan
31
Bab 30: Malam yang Dinanti
32
Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33
Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34
Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35
Bab 34: Kisah yang Terungkap
36
Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37
Bab 36: Keberanian Bersama
38
Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39
Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40
Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41
Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42
Bab 41: Pertemuan Keluarga
43
Bab 42: Kehebohan di Kafe
44
Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45
Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46
Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47
Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48
Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49
Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50
Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51
Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52
Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53
Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54
Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55
Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56
Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57
Bab 56: Perjalanan Bersama
58
Bab 57: Langkah Baru
59
Bab 58: Kabar Bahagia
60
Bab 59: Mama Senja
61
Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62
Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63
Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64
Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65
Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66
Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67
Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68
Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69
Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70
Bab 69: Keputusan Senja
71
Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72
Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73
Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74
Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75
Bab 74: Rumah Kedua
76
Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77
Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!