Bab 10: Langkah Baru

Galaksi dan Aku duduk berdampingan di bangku taman bunga, menikmati suasana yang tenang setelah beberapa waktu berbicara. Di depan kami, danau kecil berkilauan diterpa sinar matahari sore, sementara angin sepoi-sepoi menambah kesan damai. Suasana ini memberi Aku ketenangan, meski pikiranku masih dibayangi kerisauan tentang apa yang akan datang. Apa yang sebenarnya Aku harapkan dari semua ini?

“Senja,” suara Galaksi memecah keheningan. “Ada yang pengen gue bicarakan.”

Aku menoleh ke arah Galaksi, mataku sedikit menyipit karena sinar matahari yang menyentuh wajahku. “Apa?”

Galaksi menarik napas panjang, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. “Gue tahu hubungan kita mungkin terdengar aneh bagi orang lain. Tapi buat gue, lo beda. Gue nggak peduli apa yang orang lain pikirkan."

Aku terdiam, mataku menatap Galaksi dengan tatapan penuh pertanyaan. Jantungku mulai berdebar lebih cepat. Aku ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata itu terasa berat, seakan terjebak di tenggorokanku. Apa yang aku rasakan? Apakah ini sesuatu yang bisa Aku tangani? Sungguh, itu perasaan yang membingungkan.

Galaksi melanjutkan dengan suara lembut, “Gue cuma pengen lo tahu kalau gue serius. Gue nggak mau jadi bagian dari drama kampus, gue cuma mau... lebih dekat sama lo. Gue tahu, gue memang sempat meminta waktu sama Lo dan enggak akan memaksakan perasaan gue, tapi gue nggak bisa menahannya terlalu lama."

Aku merasa jantungku berdetak lebih kencang. Ada sesuatu dalam kata-kata Galaksi yang menyentuhku. Mungkin, inilah pertama kalinya Aku merasa seseorang melihatku lebih dari sekadar teman biasa. Tapi, di sisi lain, ketakutan juga menyergap. Bagaimana jika ini hanya sementara? Bagaimana jika akhirnya kami berdua kecewa?

“Galaksi...” Aku memulai kalimatku, suaraku pelan dan sedikit ragu. “Gue... gue cuma takut. Takut kalau gue nggak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Takut kalau gue terlalu banyak masalah dan lo bakal merasa terbebani.”

Galaksi menatap diriku dengan tatapan yang penuh pengertian, dan senyumannya menghangatkan suasana. “Senja, semua orang punya kekurangan. Gue nggak berharap lo jadi sempurna. Gue cuma pengen lo jadi diri lo sendiri, seperti yang lo lakukan sekarang. Sama halnya seperti ummi yang langsung menyukai Lo saat pertama bertemu. Itu tandanya ada yang spesial dari dalam diri Lo."

Aku merasa, hatiku sedikit berdegup lebih tenang. Galaksi benar, tak ada manusia yang sempurna. Dan mungkin yang dia butuhkan selama ini bukanlah seseorang yang sempurna, melainkan seseorang yang bisa menerima dia apa adanya.

Aku dan Galaksi duduk dalam keheningan, hanya saling menikmati kebersamaan, tanpa perlu berbicara lebih banyak. Aku merasa ada sesuatu yang lebih ringan, seolah-olah beban yang ada di pundakku mulai terangkat. Beberapa saat kemudian, Aku merasa lebih tenang. Aku menyadari, meskipun ini adalah langkah baru yang tidak mudah, ini adalah langkah yang benar.

Setelah beberapa lama, Aku berdiri dan meraih tasku. “Ayo pulang, sudah sore. Besok gue masih ada banyak kerjaan di kafe.”

Galaksi mengikuti, berdiri dan tersenyum. “Lo pasti capek, ya? Ayo gue antar pulang.”

Aku mengangguk. “Terima kasih.”

Kami berdua berjalan berdampingan ke arah motor Galaksi. Suasana yang semula terasa canggung kini mulai terasa lebih hangat. Meskipun Aku merasa sedikit bingung, ada secercah harapan yang muncul di dalam diriku. Mungkin ini adalah awal dari perjalanan yang baru, meskipun Aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi nanti.

Sesampainya di apartemen, Aku langsung masuk dan melemparkan tasku ke sofa. Aku duduk sejenak, merenung. Pikiranku kembali berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Perasaan yang sulit dijelaskan masih bergejolak dalam hatiku. Bagaimana mungkin seseorang yang semula hanya teman dekat kini tiba-tiba menjadi sosok yang begitu penting?

Ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Hanan.

"Senja, lo baik-baik aja? Gue denger gosip baru lagi soal lo sama Galaksi. Ini udah jadi pembicaraan orang-orang di kampus."

Aku mendengus kecil, membaca pesan itu. Gosip di kampus memang tak pernah habis, apalagi kalau berkaitan dengan hal pribadi. Tapi kali ini, Aku merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi semua itu. Apakah ini berarti Aku dan Galaksi harus menyembunyikan hubungan kami? Tentu tidak. Setidaknya, Aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa Aku harus berani menghadapi apapun yang datang, meskipun itu berarti menjadi bahan pembicaraan orang lain. Memikirkan hubungan, hubungan apa yang sebenarnya kami jalani.

Aku membalas pesan Hanan dengan singkat. "Gue baik-baik aja, Han. Jangan khawatir. Biarin aja mereka ngomong."

Aku meletakkan ponselku di meja dan memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan. Lagipula, hidupku adalah milikmu, bukan milik orang lain. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk belajar lebih banyak tentang diriku sendiri. Apa yang benar-benar Aku inginkan dan bagaimana caraku mencapainya.

Hari berikutnya, Aku kembali ke kafe, yang selalu penuh dengan pelanggan setiap harinya. Ada anak-anak jalanan yang datang, beberapa pelanggan tetap yang selalu menyapa, dan wajah-wajah baru yang datang untuk mencoba menu. Aku tersenyum sambil menyapa mereka, meski hatiku masih sedikit terganggu oleh pesan Hanan semalam. Gosip-gosip di kampus seringkali membawa masalah, tapi Aku bertekad untuk tidak terlalu mempermasalahkanku. Hari ini, Aku akan fokus pada pekerjaanku.

Hanan datang lebih awal dari biasanya. Ia langsung melangkah menuju mejaku yang sedang sibuk menyiapkan kopi di belakang konter.

"Senja, lo oke-oke aja?" tanya Hanan dengan tatapan waspada, jelas terlihat dari raut wajahnya yang penuh kecemasan.

Aku tersenyum lembut, mencoba menenangkan temanku. "Lo kayaknya lebih khawatir dari gue, Han."

"Tapi gue tahu lo bukan tipe orang yang suka dibicarakan orang," jawab Hanan, masih dengan ekspresi khawatir. "Gue cuma takut ini bakal jadi masalah buat lo."

Aku menatap Hanan, merasa sedikit terharu dengan perhatian temanku itu. "Gue udah belajar untuk nggak terlalu peduli sama apa yang orang pikirkan. Yang penting, gue bisa jadi diri gue sendiri."

Hanan menghela napas lega. "Gue bangga sama lo, Senja. Lo akhirnya menemukan cara buat lebih tenang."

Aku hanya tersenyum, merasa sedikit lebih kuat dengan dukungan Hanan. Memang, terkadang kita perlu diingatkan oleh orang terdekat kita untuk tetap teguh pada apa yang kita yakini.

Hari itu berlalu dengan cepat. Kafe tetap ramai dengan pelanggan yang datang dan pergi. Namun, di dalam hatiku, Aku merasa lebih ringan. Mungkin apa yang dikatakan Galaksi memang benar, hidup ini tentang menjadi diri sendiri dan menerima segala konsekuensinya. Tidak mudah memang, tetapi Aku merasa siap.

Saat matahari terbenam, Aku menatap langit yang mulai menggelap. Sepertinya malam ini, Aku bisa tidur dengan sedikit lebih tenang. Aku tahu, langkah selanjutnya adalah menghadapinya dengan lebih berani, tidak peduli apa yang orang lain katakan. Karena kali ini, Aku memilih untuk mengikuti hatiku.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Aku merasa bahwa hidupku tidak sekadar rutinitas, tetapi sebuah perjalanan yang penuh dengan kemungkinan baru. Seiring waktu, Aku tahu bahwa Aku akan lebih mengenal diriku, lebih menghargai keberanianku, dan mungkin, lebih siap menghadapi apa pun yang datang.

Dan mungkin, di ujung perjalanan itu, Aku akan menemukan kebahagiaanku sendiri.

To Be Continued...

Episodes
1 Bab 1: Aku, Senja
2 Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3 Bab 3: Misteri yang Terkuak
4 Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5 Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6 Bab 6: Suasana di Kampus
7 Bab 7: Api dalam Diam
8 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9 Bab 8: Langit yang Mengerti
10 Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11 Bab 10: Langkah Baru
12 Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13 Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14 Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15 Bab 14: Memantapkan Hati
16 Bab 15: Orang Ketiga
17 Bab 16: Klarifikasi
18 Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19 Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20 Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21 Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22 Bab 21: Keputusan Hati Senja
23 Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24 Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25 Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26 Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27 Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28 Bab 27: Langkah Baru
29 Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30 Bab 29: Gagal Romantisan
31 Bab 30: Malam yang Dinanti
32 Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33 Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34 Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35 Bab 34: Kisah yang Terungkap
36 Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37 Bab 36: Keberanian Bersama
38 Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39 Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40 Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41 Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42 Bab 41: Pertemuan Keluarga
43 Bab 42: Kehebohan di Kafe
44 Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45 Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46 Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47 Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48 Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49 Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50 Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51 Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52 Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53 Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54 Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55 Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56 Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57 Bab 56: Perjalanan Bersama
58 Bab 57: Langkah Baru
59 Bab 58: Kabar Bahagia
60 Bab 59: Mama Senja
61 Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62 Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63 Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64 Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65 Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66 Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67 Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68 Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69 Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70 Bab 69: Keputusan Senja
71 Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72 Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73 Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74 Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75 Bab 74: Rumah Kedua
76 Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77 Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Aku, Senja
2
Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3
Bab 3: Misteri yang Terkuak
4
Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5
Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6
Bab 6: Suasana di Kampus
7
Bab 7: Api dalam Diam
8
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9
Bab 8: Langit yang Mengerti
10
Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11
Bab 10: Langkah Baru
12
Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13
Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14
Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15
Bab 14: Memantapkan Hati
16
Bab 15: Orang Ketiga
17
Bab 16: Klarifikasi
18
Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19
Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20
Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21
Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22
Bab 21: Keputusan Hati Senja
23
Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24
Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25
Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26
Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27
Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28
Bab 27: Langkah Baru
29
Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30
Bab 29: Gagal Romantisan
31
Bab 30: Malam yang Dinanti
32
Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33
Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34
Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35
Bab 34: Kisah yang Terungkap
36
Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37
Bab 36: Keberanian Bersama
38
Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39
Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40
Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41
Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42
Bab 41: Pertemuan Keluarga
43
Bab 42: Kehebohan di Kafe
44
Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45
Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46
Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47
Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48
Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49
Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50
Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51
Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52
Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53
Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54
Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55
Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56
Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57
Bab 56: Perjalanan Bersama
58
Bab 57: Langkah Baru
59
Bab 58: Kabar Bahagia
60
Bab 59: Mama Senja
61
Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62
Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63
Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64
Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65
Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66
Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67
Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68
Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69
Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70
Bab 69: Keputusan Senja
71
Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72
Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73
Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74
Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75
Bab 74: Rumah Kedua
76
Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77
Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!