Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi

Pagi itu, kafe-ku cukup ramai. Anak-anak jalanan yang sering mampir ikut memenuhi sudut ruangan sambil menikmati cokelat panas yang kubuat khusus untuk mereka. Aku sibuk bolak-balik dari dapur ke meja pelanggan, hingga akhirnya sebuah suara familiar terdengar dari balik pintu kaca.

“Senja! gue udah bilang berkali-kali, itu meja bukan buat berdiriin gelas, apalagi perasaan!” suara Hanan, salah satu pelanggan tetap yang juga teman sekampusku, membuat semua orang menoleh.

Aku melotot ke arah Hanan yang sudah duduk dengan santainya sambil menggoyang-goyangkan kaki. “Gue bakal tendang lo keluar kalau mulut lo nggak dijaga!” balasku.

Dia tertawa terbahak-bahak, sementara pelanggan lain ikut tersenyum mendengar celotehan kami.

“Eh, lo tau nggak?” kata Hanan lagi sambil mendekat ke konter. “Ada gosip di kampus kalau lo pacaran sama Galaksi.”

Aku menghentikan langkahku, lalu memandangnya tajam. “Hanan, serius, lo cari mati?”

Hanan pura-pura terkejut. “Wih, galak amat, Mbak Senja. Kalau nggak bener, kenapa marah?”

Aku mendekat, lalu menepuk bahunya dengan sendok besar yang kupakai untuk mengaduk kopi. “Udah, balik sana ke kampus. Bikin macet suasana aja lo di sini.”

Dia ngakak, lalu berdiri sambil membawa pesanannya. “Oke, oke. Tapi serius, kalau Galaksi jadi pacar lo, gue dukung. Dia satu-satunya cowok yang bisa tahan sama kelakuan lo yang mirip abang-abang ojek.”

...***...

Setelah Hanan pergi, suasana kembali normal. Tapi perkataannya tadi masih terngiang di kepalaku. Gosip? Pacaran? Aku dan Galaksi? Ah, rasanya terlalu jauh.

Namun, pikiranku buyar ketika seseorang muncul di pintu kafe. Galaksi. Dengan hoodie abu-abu dan celana jeans, dia terlihat sederhana tapi tetap membuatku kikuk.

“Eh, lo ngapain ke sini pagi-pagi?” tanyaku sambil mengalihkan pandangan.

“Gue cuma pengen bantu,” katanya sambil tersenyum. Dia langsung berjalan ke arah dapur, mengenakan celemek yang biasanya kupakai.

“Bantu? Galaksi Malik Hadyan mau jadi tukang cuci piring?” candaku.

Dia hanya tertawa kecil. “Lebih baik bantu cuci piring daripada lihat lo kewalahan.”

Aku mendengus, tapi sebenarnya merasa lega. Kehadirannya di kafe selalu membawa semangat, meskipun dia sering membuatku gugup dengan perhatian kecilnya.

Sore itu, ketika kafe mulai sepi, Galaksi dan aku duduk di salah satu meja. Dia membawa sepiring kue cokelat yang baru saja dibuatnya.

“Coba, kasih nilai,” katanya sambil menyodorkan garpu.

Aku mencicipinya dengan skeptis, lalu mengangguk pelan. “Not bad. Lo cocok jadi koki cadangan kalau gue sakit.”

Dia tertawa. “Gue serius, Senja. Kalau lo butuh bantuan kapan pun, bilang aja. Jangan pura-pura kuat sendirian.”

Aku terdiam sejenak, lalu menatapnya. “Lo serius banget ngomong gitu. Lo nggak capek ngurusin gue?”

Dia menggeleng. “Nggak. Justru gue belajar banyak dari lo. Lo bikin gue sadar kalau hidup itu nggak selalu harus sempurna buat bahagia.”

Aku tersenyum kecil. “Tapi tetap aja, gue ini banyak minusnya. Gue nggak ngerti kenapa lo betah.”

Galaksi menatapku lama, lalu tersenyum. “Karena gue yakin, di balik semua ‘minus’ itu, ada sesuatu yang nggak dimiliki orang lain. Lo.”

Jantungku berdebar. Aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku hanya memalingkan wajah sambil pura-pura sibuk dengan kue di depanku.

...***...

Malam itu, aku kembali ke apartemenku. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku duduk di sofa sambil memeriksa buku catatan kafe. Pendapatanku bulan ini cukup bagus, tapi aku tahu aku perlu bekerja lebih keras untuk menjaga konsistensinya.

Ketika aku sedang fokus menghitung angka, ponselku berbunyi. Pesan dari Galaksi.

“Besok ada waktu? Gue pengen ngajak lo ke suatu tempat.”

Aku membaca pesan itu beberapa kali, mencoba mencari arti tersembunyi di baliknya. Tapi akhirnya aku membalas dengan singkat.

“Oke. Jam berapa?”

...***...

Keesokan harinya, Galaksi menjemputku di depan apartemenku. Dia mengendarai motor, dan aku harus meminjam helm tambahan dari tetanggaku karena helmku rusak.

“Ayo, naik,” katanya sambil menyerahkan helm.

Aku naik dengan ragu. “Lo yakin nggak bakal bikin kita nyasar?”

Dia tertawa. “Percayalah sama navigator terbaik ini.”

Kami melewati jalanan kota yang padat, hingga akhirnya tiba di sebuah tempat yang tidak pernah kukunjungi sebelumnya, taman bunga yang luas dengan danau kecil di tengahnya.

“Ini tempat apa?” tanyaku sambil turun dari motor.

“Tempat gue sering datang kalau lagi butuh ketenangan,” jawabnya.

Aku terdiam, lalu berjalan di sampingnya menyusuri taman. Suasananya begitu damai, jauh dari kebisingan kota.

“Tapi kenapa ngajak gue ke sini?” tanyaku.

Dia tersenyum. “Karena gue pengen lo juga punya tempat buat merenung. Lo terlalu sering menyimpan semuanya sendiri, Senja. Gue pengen lo tahu kalau nggak apa-apa buat berbagi.”

Aku menatapnya lama. Kata-katanya membuat hatiku hangat. Mungkin untuk pertama kalinya, aku merasa ada seseorang yang benar-benar peduli padaku tanpa pamrih.

Kami duduk di tepi danau, menikmati angin sepoi-sepoi. Aku merasa tenang, seolah semua beban hidupku menghilang untuk sementara.

“Galaksi,” panggilku pelan.

Dia menoleh. “Ya?”

“Terima kasih.”

Dia tersenyum. “Untuk apa?”

“Untuk semuanya. Untuk selalu ada, meskipun gue sering nyebelin,” jawabku sambil menunduk.

Dia tertawa kecil. “Itu udah tugas gue, Senja. Lo nggak perlu terima kasih.”

Aku hanya tersenyum, lalu menatap danau di depan kami. Hari itu, aku merasa hidupku perlahan berubah menjadi lebih baik.

...****************...

...To Be Continued...

Jangan lupa like, komen, and vote

Episodes
1 Bab 1: Aku, Senja
2 Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3 Bab 3: Misteri yang Terkuak
4 Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5 Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6 Bab 6: Suasana di Kampus
7 Bab 7: Api dalam Diam
8 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9 Bab 8: Langit yang Mengerti
10 Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11 Bab 10: Langkah Baru
12 Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13 Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14 Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15 Bab 14: Memantapkan Hati
16 Bab 15: Orang Ketiga
17 Bab 16: Klarifikasi
18 Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19 Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20 Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21 Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22 Bab 21: Keputusan Hati Senja
23 Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24 Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25 Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26 Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27 Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28 Bab 27: Langkah Baru
29 Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30 Bab 29: Gagal Romantisan
31 Bab 30: Malam yang Dinanti
32 Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33 Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34 Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35 Bab 34: Kisah yang Terungkap
36 Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37 Bab 36: Keberanian Bersama
38 Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39 Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40 Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41 Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42 Bab 41: Pertemuan Keluarga
43 Bab 42: Kehebohan di Kafe
44 Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45 Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46 Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47 Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48 Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49 Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50 Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51 Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52 Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53 Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54 Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55 Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56 Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57 Bab 56: Perjalanan Bersama
58 Bab 57: Langkah Baru
59 Bab 58: Kabar Bahagia
60 Bab 59: Mama Senja
61 Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62 Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63 Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64 Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65 Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66 Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67 Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68 Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69 Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70 Bab 69: Keputusan Senja
71 Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72 Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73 Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74 Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75 Bab 74: Rumah Kedua
76 Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77 Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Aku, Senja
2
Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3
Bab 3: Misteri yang Terkuak
4
Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5
Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6
Bab 6: Suasana di Kampus
7
Bab 7: Api dalam Diam
8
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9
Bab 8: Langit yang Mengerti
10
Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11
Bab 10: Langkah Baru
12
Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13
Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14
Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15
Bab 14: Memantapkan Hati
16
Bab 15: Orang Ketiga
17
Bab 16: Klarifikasi
18
Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19
Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20
Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21
Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22
Bab 21: Keputusan Hati Senja
23
Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24
Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25
Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26
Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27
Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28
Bab 27: Langkah Baru
29
Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30
Bab 29: Gagal Romantisan
31
Bab 30: Malam yang Dinanti
32
Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33
Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34
Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35
Bab 34: Kisah yang Terungkap
36
Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37
Bab 36: Keberanian Bersama
38
Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39
Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40
Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41
Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42
Bab 41: Pertemuan Keluarga
43
Bab 42: Kehebohan di Kafe
44
Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45
Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46
Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47
Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48
Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49
Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50
Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51
Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52
Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53
Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54
Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55
Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56
Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57
Bab 56: Perjalanan Bersama
58
Bab 57: Langkah Baru
59
Bab 58: Kabar Bahagia
60
Bab 59: Mama Senja
61
Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62
Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63
Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64
Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65
Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66
Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67
Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68
Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69
Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70
Bab 69: Keputusan Senja
71
Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72
Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73
Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74
Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75
Bab 74: Rumah Kedua
76
Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
77
Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!