Cit.....
Et...
“Mundur dong! “
Mobil mundur yang semula terlampau jauh dari posisi Claudia berdiri.
“Yuk....“
“Kemana?“
“Jalan.“
“Lo....“
“Iya.“
“Kemarin tak jadi tur. Makanya sekarang aku mengajak jalan.“
“Mumpung mobilnya menganggur,“ ujar Antony sembari membawa mobil mewahnya.
“Aku malas kalau mesti ada kasus mengerikan begitu,“ ujar Claudia sedikit bergidik, kalau mengingat peristiwa yang sudah-sudah.
“Kita keliling saja sambil menghabiskan waktu mumpung masih senja dan cuaca enak begini. Kalau hujan kan tak bisa demikian, kita akan kebasahan.“
“Dalam mobil juga.“
Mereka pun keliling kota.
“Makan...“ ujar Ant mengajak.
“Tak usahlah."
“Ini restoran mahal. Banyak makanan yang enak-enak. Ada minuman soda dingin. Makanan tongseng kambing muda, pizza, martabak, spaghetti, cendol dawet, sate.“
“Ya sudah, hanya beli minuman sama makan pizza saja.“
Mereka hanya membeli makanan demikian saja. Kemudian duduk-duduk selama setengah jam demi menghabiskan makanan itu.
Lalu kembali.
“Dari mana kalian?“ ujar Nenek yang tahu-tahu ada di teras menemui mereka yang memasukkan mobil.
“Ini Nek, jalan-jalan.“
Jalan tak kenal capek, selalu ada nafas panjang, guna menjajaki satu pengalaman, yang bisa menjadi kenangan buat masa mendatang, dan akan tersaji pada kisah. Kisah manis kisah pahit. Semua itu hanya pada rasa. Rasa pahit yang tak tertahankan. Rasa manis andai senang. Bukan dari manisnya gula. Namun dari manisnya kenangan. Akan selalu membumbui cerita pada berbagai kisah. Tentang petualangan nyata. Dari masa ke masa. Yang tak hilang meskipun diri lenyap. Tapi kisah tersebut akan mengena. Andai benar-benar menyentuh. Pada hati seseorang. Dan bersedia, memperpanjang uraian. Demi tertuju nya suatu akhir. Yang membingungkan. Namun diharapkan. Dan akhir itu akan menjadi manis. Jika berakhir manis. Tapi menjadi pahit. Jika tak segera berakhir.
“Maklum masih muda, Nek.“
Masa muda sungguh indah, jiwa yang penuh dengan cita-cita dimana ada masa untuk memikirkan segala sesuatu yang demikian menarik. Enggan menjadi lanjut. Ingin tetap pada masanya. Dimana muda itu di nikmati oleh suatu senyum. Yang sanggup menghargainya. Dan memberi ruang. Bagi jiwa muda nya agar tak usai. Terus membara. Seiring jiwa satria. Dan masa yang bertabur mimpi. Untuk segera mewujudkan. Dan berapi-api, untuk gelora membara nya. Dan kembali, pada suatu awal, itu pada masa muda nya.
“Sebelum kita nikah dan hamil. Dinikmati dulu nek.“
Menunggu kelahiran itu. Yang terkadang menjadi suatu penantian dimana ada suatu kedatangan yang diinginkan oleh dua pasang yang mengerti bagai bukit layaknya perut yang menjadi besar pertanda akan ada sesuatu yang hadir dan masih menunggu waktu datangnya keinginan indah itu.
Asam, semakin masam. Dan akan bertambah masam, jika senyum yang tersungging demikian masam. Berubah. Jika pemanisnya ada. Apakah itu....
Garam, yang menggarami. Jadi asin petualangan. Asam garamnya hidup. Berbagai pengalaman yang mesti nampak. Dalam perjalanan manusia. Demi mengarungi kehidupannya.
Kehidupan yang indah. Akan lebih bermakna. Jika ada bumbu pelengkap. Apa itu? Pengalaman. Dan pengalaman akan bertambah lengkap. Apa itu? Perbuatan. Perbuatan baik yang mengiringinya.
Indahnya akan tampak. Jika itu terbagi pada sesama. Yang menggulir diantara kepingan asa. Asa yang selalu penuh. Dari ketulusan hati. Hingga berbuah indah. Kenyataan dari harapan itu.
“Iya Nek.“
“Pulang ya, Nek.“
Claudia pamit.
Antony mau mengantar sang kekasih, tapi Claudia bilang “nggak usah, sudah biasa kok.“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
W.Willyandarin
Antony itu sepertinya modus sama claudia🤭
2020-10-19
1
Andrias CPC
ok
trims 🙏
2020-09-27
1
🎙️Yeny
lanjuuuttt Kak ...
2020-09-27
1