“Mampir restoran ini yuk,“ ajak Antony. Dia pandangi daerah sekitarnya. Dimana banyak tempat yang menawarkan berbagai keunggulan jualannya. Namun hanya pada warung makan yang tempat duduknya melebihi 40 kursi itu yang dipilihnya.
Claudia hanya mengangguk saja. Biasa nanti akan mengobrol santai sembari makan-makanan yang asik, sehingga tak akan terasa sampai larut nanti.
Diparkirnya mobil. Belum banyak yang datang mungkin sebentar lagi akan penuh. Bahkan tempat tersebut biasanya tak akan cukup. Mana tukang parkirnya tidak ada. Malahan sibuk melayani mobil orang. Dicarinya tempat sendiri. Nanti kalau keluarnya meminta bayaran, akan digetok kepalanya.
“Memesan tempat dulu.“
Dipandangnya sekitar, masih banyak yang luang jadi akan bisa menempati tanpa mesti berebut dengan banyak pengunjung.
Dibawah lampu temaram dan lilin di meja sangat romantis pada suatu sudut dekat jendela dan bisa menikmati suasana luar dengan asik juga.
“Kau mau makan apa?“ ujar Antony sembari melihat menu yang ada di buku menu itu. Banyak sekali. Bahkan kalau dipesan semua, perutnya lah yang tak akan muat. Tapi ingin. Karena gambar-gambarnya juga keren.
“Kau?”
“Sandwich, burger, kebab dan timun.“
“Aku hmmmm... takoyaki sama tortila. Itu saja sudah cukup, sama nasi goreng, mie goreng dan spaghetti daging sapi... sudah,“ kata Claudia sembari melemparkan buku menunya.
“Minumnya campur, moccacino sama black jablay.“
“Serem ya namanya,“ ujar Antony.
“Tapi enak. Itu hanya nama dari minuman yang hanya berupa es campur di tambah cream yang nikmat berwarna hitam,“ terang Claudia yang sangat menyukai minuman aneh tersebut.
Lumayan lama mereka menunggu. Maklum namanya makanan cepat saji, ya menunggunya lama. Mesti meracik yang sesuai dengan pesanan. Apalagi banyak sekali masakan yang disajikan. Dan kesemuanya itu mesti siap. Jika tidak sesuai, atau keliru dalam penyajian, maka para pengunjung akan kecewa, serta menjadi satu temuan bagi mereka yang nantinya membuat para pelanggan beralih pada tempat rumah makan yang lain.
Sambil menunggu itu mereka mengobrol santai diselingi dengan main HP.
Tak berapa lama keluar apa yang dipesan. Persis, sesuai. Tidak kelewat sedikitpun.
“Asik ya....“
“Yuk habiskan.“
“Mumpung masih panas.“
“Iya....“
Habis sudah semua dicicipi, tak bisa dihabiskan dan masih ada sisa. Paling yang habis nasi goreng sama tortila doang.
Tinggal bayar. Biasanya kalau di kota besar, membayar dulu makanan. Tapi ini sebaliknya, makan dulu, baru bayar. Mereka sudah percaya sama pelanggan. Karena kalau makan yang sudah dibayar namu habis atau tidak itu sudah menjadi hak pembeli. Tapi kali ini mereka sebaliknya. Biar menikmati dulu apa yang mesti dinikmati. Enak bisa dibayar, kalau tidak enak bisa dimuntahkan. Meskipun begitu kebanyakan mereka akan membayar sesuai dengan tarifnya. Meskipun masakan yang dimakan tak sesuai selera. Tapi karena sudah budayanya demikian, maka apa yang sudah mereka nikmati mesti dipertanggungjawabkan diakhirnya. Dalam kasus ini tentu saja mengenai pendanaannya. Mereka juga akan sedih, kalau hal itu terjadi padanya, dimana para pelanggan tak mau membayar, apa kata dunia. Bakalan tekor nanti.
“Mahal?“
“Nggak terlalu, masih cukup kok uangnya,“ ujar Antony sembari merogoh sakunya yang penuh dengan uang. Dan beberapa diantaranya jatuh berserakan di lantai serta menggelinding, namun dibiarkan saja.
“Sudah ah pulang.“
“Ya.“
“Nanti kau ditunggu sama keluargamu kalau sampai larut malam.“
Mobil meluncur cepat dan langsung masuk ke rumah dalam kondisi aman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
mutoharoh
👍👍👍👍👍👍👍
2021-07-19
1
Sis Fauzi
triple likes 👍👍👍 comments and rate 🌟🌟🌟🌟🌟
2021-05-01
3
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
semangatt aku aku suka ceritanya
2020-09-15
1