“Kau pacaran kah sama orang tua itu?“ ujar Antony saat bertemu dengan Claudia, pada suatu waktu di seputaran menuju sekolah.
“Sih, apaan...” kata Claudia tak jelas akan kata-kata temannya itu yang seakan tertutup oleh suatu rasa aneh.
“Biar ku kempisi bannya, kalau tidak ku coret catnya pakai paku, atau aku lepas mur bawahnya, biar bunyi cetak –cetak tak nyaman dipakai. Jadi kau tak suka ikut dia lagi.”
“Kebangetan kau.”
“Biarin, cemburu sih,” kata si Ant dengan geram, terutama pada pacarnya dan terutama lagi pada gurunya yang sok centil itu.
Kendaraan terus melaju.
“Mau kemana kita?“
“Terserah.“
“Ya sudah kita duduk saja di tepi telaga,“ ujar mereka sembari memarkir kendaraan dinasnya di tepi tempat asik itu.
Lalu menuju ke daerah yang teduh dan enak untuk memandang pemandangan telaga dengan pepohonan yang banyak mengelilingi tepiannya sebagai tempat menyimpan air dan menjadi cadangan kala kemarau datang sehingga disitu tak kekurangan air dalam menghadapi panjangnya musim mengerikan tersebut.
Disitu mereka hanya memandang orang mancing yang asik, meskipun tak dapat-dapat. Akibat ikan tak berselera hanya makan cacing saja. Beda dengan kalau memancing menggunakan minuman karbonasi dan durian yang banyak untuk membuat ikan mual-mual dan keluar dari sarangnya.
Sambil main lempar batu sembunyi tangan. Itu kalau tengah bosan. Batu itu hanya diambil pada seputaran tempat mereka duduk. Kalau besar segumpal tangan dan bentuknya tak merata, maka mereka hanya puas jika menimbulkan suara dari air yang kejatuhan batu tersebut. Dan semburat airnya hingga jauh. Serta mengagetkan ikan didalamnya untuk enggan makan lagi sama kail si pemancing.
Lalu dilempar lagi yang agak pipih atau dari pecahan genting. Makanya posisi lempar juga sedikit beda. Dia lempar secara horisontal. Dan jatuhnya sangat jauh pada permukaan air. Dia memandang asiknya batuan pipih yang melompat berkali- kali saat jatuh ke air. Dan baru terhenti saat kekuatannya habis, atau sampai tepi seberang danau juga saat mendarat di jidat orang.
Lalu menatap enceng gondok yang gondokan dan membikin hati gondok karena terus tumbuh bahkan hampir menutup seluruh permukaan ar dengan cepatnya. Padahal bunganya bagus. Tapi sangat mudahnya tumbuh menjadikan gulma ini begitu membahayakan pemilik tempat air. Bahkan dalam berbagai kasus, tumpukan enceng tersebut bisa membuat pulau buatan yang lebih banyak merugikan daripada menguntungkannya. Meskipun bisa saja tumbuhan tersebut menjadi rumah bagi ikan, dan makanannya sehari-hari semacam sayuran bagi manusia, dan bisa juga sebagai campuran makanan ternak.
Berikutnya pulang setelah capek hanya duduk-duduk menikmati indahnya panorama tepi telaga yang sangat indah dengan hembusan angin alami yang juga nikmat. Terkadang bisa membuatnya tertidur sejenak. Hanya karena posisinya terbuka terkadang membuat malu kalau mesti rebahan disitu. Apalagi jika pada tempat duduk yang sengaja dibuat demi nyamannya para pengunjung agar tak kotor kala ingin duduk akibat letih memutari tepian telaga, atau bosan mengayuh akibat capek mendayung dengan air perahu yang dibuat dengan bentuk unik-unik itu.
Sambil motornya digoyang perlahan diambil kencang-kencang kemudian gas di kendor kan, lalu dikebut kuat dan tiba-tiba di rem secara mendadak.
“Nakal kau yah!“ si Claudia mencubit pinggang Antony sampai meringis sampai posisi tubuhnya bergeser ke samping dan badannya terus bergerak hingga motornya jalan meliuk-liuk menjelang celaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Neti Jalia
boom like untukmu🤗🙏
*hujan dibalik punggung
*suamiku ceo ganas
2021-06-22
1
anggita
mampir baca bwa like👍
2020-12-27
1