"Jadi maksudmu papa aku yang bohong? Hah? Papa aku nggak mungkin melakukan hal itu kalau bukan karena gadis licik itu yang terlebih dulu genit. Aku tau itu, papaku nggak mungkin begitu. Aku kenal papa aku. Nggak mungkin dia begitu kepada putrimu yang gila itu. Jelas dia bukan level papaku," ujar Olivia tegas.
"Sekarang kau lebih percaya anakmu daripada suamimu sendiri? Lihatlah, kau seorang diri sekarang. Aku, papa dan juga Oliv jadi saksi. Nggak mungkin papa aku melakukan itu. Aku yakin Rayana ah yang lebih dulu menggoda papaku." Bella menunjuk-nunjuk wajah Indi dengan jari telunjuknya.
"Seharusnya kau sebagai seorang istri lebih percaya sama suami daripada orang lain. Itulah hasil didikanmu itu, tak becus. Lihatlah dia sudah berani menggoda papaku. Ibu macam apa kau?" Bella mulai membentak.
"Bella, jaga ucapanmu. Aku bukan temanmu atau anak seusiaku ataupun dibawahmu. Aku mamamu," tukas Indi tegas. Amarahnya mulai naik ke ubun-ubun. Selama ini ia sudah cukup berdiam diri dengan semua perlakuan mereka kepadanya maupun kepada Rayana.
Tangannya mengepal seperti ingin meninju sesuatu namun masih tertahan.
"Nggak, kau bukanlah mamaku. Mamaku hanya satu yaitu yang melahirkan ku dan juga Oliv. Sementara kau hanya orang luar. Aku benci kau." Bella berteriak kencang.
Amarah yang tadi menggebu di hati Indi kini melunak bersamaan dengan air mata yang jatuh berderai. Hanya satu yang dia pikirkan saat ini, Rayana. Fitnahan mereka terhadap putrinya itu. Ia yakin dengan sangat kalau semua kata yang diucapkan tentangnya salah.
Sementara Bella berlari meninggalkan Indi dan menghempaskan pintu kamar dengan keras. Hingga membuat yang mendengar terkejut.
"Kau harus tau ya, kau disini bukan siapa-siapa. Kau hanyalah seorang pembantu yang akan menyediakan segala kebutuhan kami. Kerajaanmu hanyalah memasak, bersih-bersih dan lain-lain. Aku nggak akan pernah sudi memanggilmu sebagai mama. Camkan itu," celetuk Olivia tegas kemudian menyusul Bella ke kamar dan melakukan hal yang sama-mengempaskan pintu dengan keras.
"Kau lihat kan, mereka semua jadi saksi. Aku nggak mungkin melakukan hal yang tidak senonoh kepada Raya. Dia anakku, aku nggak mungkin merusaknya." Reynhard menegaskan sekali lagi.
"Bohong, aku telah mendengar semuanya. Kalian benar-benar biadab. Aku nggak akan terima atas semua perlakuan kalian. Aku akan melaporkan kalian ke polisi. Lihat saja." Indi mengancam.
"Berani kau melaporkan suami kamu sendiri ke kantor polisi? Jelas kau dengar sendiri kalau aku tidak bersalah. Kau bisa mendengar apa yang diucapkan Bella dan Oliv tadi. Mereka bisa jadi saksi buat aku nanti. Aku yakin aku pasti menang," kata Reynhard ketus.
"Kalau nanti sampai ke kantor polisi, bisa-bisa mereka tau kalau aku yang sengaja melakukan nya. Oh, tidak. Aku nggak mau aku dipenjara. Aku harus melakukan sesuatu nih," gumam Reynhard dalam hati.
Ia mulai memutar otak untuk menghentikan niat Indi melaporkannya kepihak yang brwajib. Bisa hancur reputasinya begitu juga dengan kedua putrinya. Mereka akan malu berhadapan dengan teman-temannya. "Tidak, aku tak akan biarkan kedua putriku malu atas semua ini. Aku harus membereskannya segera," ucapnya dalam hati geram.
Ia melihat Indi yang sudah keluar kamar dengan tas ditangannya, sepertinya dia benar-benar serius dengan ucapannya. Ia berjalan tergesa-gesa keluar rumah itu, rasa tak percaya masih saja menggerogoti dirinya. Ia sangat yakin bahwa ada kebohongan dibalik semua apa yang dia dengar dari anak dan bapak itu.
"Halo, aku ada tugas untukmu," katanya dengan tegas lewat handphone nya. Lalu mengakhiri panggilan tersebut.
Ditengah perjalanan menuju kantor polisi, beberapa preman setempat menghadang taksi yang ditumpangi oleh Indi. Sang supir tak punya keberanian untuk melawan, akhirnya ia meninggalkan Indi-menurunkannya ditengah jalan.
Para preman itu mengejar Indi hingga Indi tak tau hendak lari kemana, alhasil ia melarikan diri ke hutan dan terjatuh di jurang. Untung saja ia bisa lolos dari kejaran preman itu meskipun dengan lebam-lebam yang ada di tubuhnya. Akhirnya ia mengurungkan niatnya ke kantor polisi.
"Ma, mama." Rayana mengagetkan mamanya yang sedang melamun. "Mama kenapa? Kok melamun?"
"Mama nggak apa-apa kok, sayang," kilahnya. Padahal ia baru saja teringat tentang kejadian antara dirinya yang mendengar semua fitnahan dari anak dan suaminya itu tentang putrinya yang ada di hadapannya sekarang. Sampai kecelakaan yang menyebabkan leban-lebam di tubuhnya. Ia sangat ingat jelas kejadian itu.
"Apa sebaiknya kutanyakan Raya tentang kejadian ini?" tanyanya dalam hati bimbang.
"Raya, mama ingin menanyakan satu hal padamu." Indi menggenggam jemari tangan putri mungilnya itu.
"Apa, ma? Apa yang ingin mama tanyakan?" celetuk Rayana penasaran. Ia memperbaiki posisi duduknya. menghadap mamanya itu. Lalu menaikkan dagu serta menajamkan telinganya.
"Ma, itu, eh, itu nenek mau bicara sama mama," celetuk Bella tiba-tiba. Ia langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Bella, sayang seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk kamar seseorang. Nggak baik loh sayang langsung nyelonong gitu. Nggak sopan," ujar mama Indi lembut.
"Apaan sih? Sayang sayang, nggak sudi aku kau panggil sayang. Apalagi mama. Aih, kalau bukan karena akting aku akan memanggilmu seperti biasanya," gumam Bella dalam hati kesal.
Mama Indi akhirnya turun ke bawah meninggalkan Rayana dan Bella didalam kamar.
"Apa lo lihat? Hah?" bentak Bella kepada Rayana.
"Apa yang uda lo lakuin ke mama gue? Hah? Kasitau sekarang, atau nggak siap-siap gue bakal buat perhitungan sama lo," ancam Rayana.
"Jadi lo kesini mau ngancam gue? Lo kira gue takut sama lo, no no no. Tidak ada tuh di kamus gue takut sama lo ataupun nyokap lo itu. Cihh. Kalian berdua sama aja, sama-sama menjijikkan." Bella mengumpat Rayana dan mamanya.
"Terserah lo mau bilang apa tentang gue maupun mama gue. Yang jelas gue nggak akan pernah maafkan lo semua kalau sampai terjadi sesuatu dengan nyokap gue. Paham lo?" Rayana mulai membentak juga. Kemudian ia meninggalkan Bella yang sedang komat-kamit nggak jelas.
Rayana melewati Bella dan menyentuh lengannya dengan kasar hingga membuat Bella hampir terjatuh. "Sialan lo! Dasar cewek gatel, penggoda suami mamanya sendiri." umpatnya kepada Rayana.
Lantas Rayana menghentikan langkahnya. Emosi sudah ia mendengarkan hinaan yang dilontarkan Bella kepadanya. Telinganya terasa panas, wajahnya memerah dan memanas seketika itu juga.
"Ulangi sekali lagi!" pintanya kasar. Ia menahan suaranya agar sampai tak kedengaran keluar kamar.
"Kan betul, lo memang menggoda suami nyokap lo. Bahkan lo dan bokap gue sampai tidur bareng. Padahal selama ini lo sok suci. Hahahaha." Bella tertawa puas. Sepertinya ia baru memenangkan undian.
Plak Plak
Dua buah tamparan keras mendarat di pipi Bella. Dari mana lagi kalau bukan dari Rayana yang sudah emosi akibat makian yang dilontarkan Bella padanya.
"Apaan sih lo? Sakit tau, awww!" Bella meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya yang terasa panas dan sekarang sudah memerah.
"Itu nggak seberapa dibanding makian lo ke gue dan mama gue. Paham lo? Sekali lagi gue ingatin, kalau lo berani mengatakan ini lagi, maka gue nggak akan segan-segan berbuat yang lebih parah dari ini. Camkan itu!" Rayana mendorong tubuh Bella dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dengan kuat. Bella nyaris terjatuh ke lantai. Beruntung dia masih bisa menyeimbangkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
smiling04
rayanaa aku dukung kamu
2021-02-14
1
Rozh
🌹🌹
2021-02-13
0
S_P astuti
semangat rayana..😍😍
2021-01-30
0