"Hai," sapa Ardi lewat aplikasi michatnya.
"Hai," balas Rayana singkat.
"Kamu masih marah sama aku?" tanyanya.
"Nggak," balas Rayana singkat.
"Terus?" tanya Ardi.
"Nggak apa-apa," balas Rayana lagi.
"Kenapa kamu banting pintu kemarin? Apa salah aku?" tanya Ardi.
"Makasih, ya kadonya kemarin. Aku suka" balas Rayana.
Bukannya menjawab pertanyaan dari Ardi, ia malah mengalihkan pembicaraan. Dia malu membahas kejadian kemarin. Makanya ia membahas topik lain.
"Kamu suka?" tanya Ardi.
"Iya, aku suka banget," balas Rayana sambil tersenyum lebar.
"Oh, ya sudah, dipakai, ya." ucapnya lewat voice note.
"Oke." jawab Rayana lewat pesan teks nya.
"😍" ia menambahkan emoticon dalam pesan teksnya.
Ardi tersenyum melihat emoticon yang dikirim Rayana.
"Ya sudah. Aku mau tidur. Kamu tidur juga ya." ucap Ardi lagi dengan voice note-nya.
"Ok." jawab Rayana tersenyum pada layar ponselnya.
Tok, tok, tok.
Tok, tok, tok.
Suara pintu diketuk dari luar.
"Ray, kamu di dalam? Apa mama bisa masuk?" tanya Indi yang sudah berdiri dari tadi di depan pintu kamar Rayana.
Ia sengaja tidak masuk terlebih dahulu karena ia mendengar Rayana tertawa sesekali, akhirnya ia menunggu sampai suara itu hening.
Diputarnya engsel pintu, ternyata nggak dikunci.
"Ray, kamu sudah tidur?" tanya Indi yang sudah masuk ke dalam kamar itu tanpa persetujuan dari pemilik kamar.
Dilihatnya Rayana sudah tertidur pulas, lalu ia menyelimuti tubuh gadis itu sampai ke lehernya.
"Perasaan tadi kudengar dia masih ketawa-ketawa kok sekarang malah uda nyenyak? Padahal aku mau bahas sesuatu dengannya. Besoklah aku coba ngomong baik-baik dengannya," batin Indi.
Indi Lestari duduk di pinggir ranjang empuk Rayana. Ia memandangi wajah putri semata wayangnya itu. Tak terasa air matanya yang bening mengalir membasahi pipinya. Ia menutup mulutnya yang mulai terisak, takut isak tangisnya membangunkan putrinya itu.
Indi berusaha mengontrol dirinya agar tidak hanyut dalam keadaan. Lalu ia menggenggam tangan Rayana.
"Seandainya kamu tau nak, mengapa mama menikah lagi. Itu semua untuk kamu, sayang. Tolong jangan benci mama. Mama nggak kuat Ray. Mama nggak sanggup kalau harus berkelahi terus denganmu. Bagaimana pun kamu adalah putri kesayangan mama. Rasa sayangku tak kan pernah berubah untukmu....." lirih Indi.
Kembali lagi air matanya mengalir.
Rayana terenyuh ketika mendengar semua ungkapan hati mamanya itu. Selama ini ia mengira bahwa Indi Lestari tak memperdulikannya, ternyata asumsinya salah. Ia merasa bersalah kepada Indi.
Selama ini waktu yang ada mereka gunakan hanya untuk masalah yang tidak jelas. Sebenarnya hanya komunikasi yang kurang lah membuat ibu dan anak itu menjadi seperti anjing dan kucing saat bertemu.
Tak terasa air mata Rayana berhasil jatuh menggenangi wajahnya yang mulus. Rasa bersalah yang amat dalam kini bergelut dalam dirinya.
Ya, Rayana bukannya tidur dari tadi. Ia hanya malas bicara dengan Indi kalau hanya untuk adu mulut yang nggak ada ujungnya. Makanya Rayana berpura-pura tidur.
Mau bangun sekarang, rasanya nggak mungkin, udah nanggung.
"Selamat tidur putri kecil mama, mimpikan lah supaya hari-hari kita ke depan semakin membaik. Mama akan selalu menyayangimu walau apapun yang terjadi. Mama akan selalu membawamu didalam doa mama. Mama harap kamu bahagia, sayang....." lirih mama Indi lagi.
Dibenahinya selimut yang menutupi tubuh Rayana sampai ke leher, lalu dikecupnya kening Rayana.
Indi Lestari pun meninggalkan kamar putrinya itu dengan pikiran yang mantap. Ia memutuskan satu hal yang menurutnya yang terbaik buat Rayana.
Pagi harinya suasana di ruang makan, mereka sedang sarapan pagi.
"Ray, mama mau ngomong sama kamu," ucap Indi saat Rayana hendak pergi meninggalkan meja makan karena sudah selesai dengan sarapan paginya.
"Minggu depan kan kamu sudah selesai ujian semester. Jadi mama ingin Ardi dan Keluarganya datang ke rumah kita ini. Mama mau membicarakan satu hal dengan mereka," ucap Indi serius.
Sementara Rayana duduk kembali di kursinya dan membetulkan posisi duduknya. Kini ia dan Indi serta ayah tirinya duduk berhadapan.
"Mau ngomong apa dengan mereka?" tanya Rayana penasaran. Kembali ia meninggikan suaranya. Entah mengapa saat melihat Reynhard, Rayana pasti terbawa emosi.
"Kecilkan suara kamu. Kami di sini sebagai orang tua kamu. Tak bisa kah kau sedikit sopan?" bentak Reynhard balik. Matanya melotot menatap Rayana marah.
"Sudahlah, bang. Nggak usah diperpanjang. Dari dulu kan Ray memang seperti ini, bang. Tolong kau mengerti dia ya, bang," ucap Indi menenangkan suaminya itu.
"Alah, kau selalu saja bela dia. Mentang-mentang dia anak kandungmu. Kau keterlaluan Indi, kau membeda-bedakan anak-anakku dengan Rayana," ucap Reynhard lagi. Ia kembali emosi, terbawa suasana.
Rayana hanya bisa melongo dengan sikap Reynhard yang selama ini menurutnya terbalik.
"Wah, wah, wah, ternyata ini orang penuh sandiwara. gue baru liat dia kali ini bentak mama. Apakah selama ini hanya pura-pura lembut? Apakah ia mempermainkan gue dan mama? Lihat saja, gue nggak akan pernah membiarkan mama gue dilukai oleh siapapun." batin Rayana.
"Bang, bukan gitu maksudku," ucap Indi serba salah. Ia berusaha untuk menjelaskan agar suasana mencair.
"Udahlah. Terserah mu saja. Aku udah muak dengan tingkah kalian berdua. Anak sama mama sama saja. Nggak ada bedanya," bentak Reynhard kasar.
Ia meninggalkan Indi dan Rayana begitu saja dengan emosi yang menyala-nyala seperti api.
"Sudahlah ma, urus saja dia. Aku nggak mau gara-gara aku kalian terus berdebat. Lebih baik aku pergi dari rumah ini biar kalian tenang," ucap Rayana dengan mata berkaca-kaca.
"Ray, Ray, kamu mau kemana, nak. Tolong jangan tinggalin mama. Mama nggak bisa hidup tanpa kamu, sayang" ucap Indi mulai terisak.
"Husss, pergi sana!" ucap Bella saudari tiri Rayana. Ia datang hendak mengambil air minum dan kemudian tanpa sengaja mendengarkan obrolan Indi dan Rayana.
"Aku pun malas punya saudaro kayak lo. Udah kuper, kere, jelek lagi. Nggak sudi! Lihatlah kami nih, cantik-cantik. Coba kau bandingkan dengan dirimu sendiri. Apa kata orang bila mereka tau? " ucap Bella ketus.
Hati Rayana kini sangatlah sakit bagai dicambuk, lalu ia benar-benar pergi meninggalkan ibunya yang sedang menangis.
"Anak sama ibu sama saja. Sama-sama cengeng dan suka melawan. Kamu pikir aku mau menganggapmu sebagai mama bagi aku dan adikku? Kamu salah. Tak ada orang yang berkeinginan menerima kamu sebagai mama kami. Camkan itu," ancam Bella kepada Indi yang sekarang menjadi mama tiri baginya dan Olivia.
Ruangan yang tadinya ramai kini sudah sepi. Semua orang meninggalkan Indi di meja makan dengan isak tangis yang tak dapat dibendung.
Bibi Hanum hanya bisa menatap Indi dengan pilu. Ia merasa iba dengan majikannya itu. Tapi bibi Hanum tak bisa berbuat apa-apa. Ia menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya di dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Bintang Malam
kok bella nya jahat😭😭
2021-02-16
2
Rozh
🌹🌹🌹
2021-02-03
0
BELVA
aku absen pagi nih Kaka
2021-02-02
1