Matahari bersinar cerah dari ufuk timur memantulkan cahaya nan indah dan menghangatkan jiwa yang bergelora karena dinginnya malam sebelumnya.
Hiruk pikuk keramaian kota kini telah menghiasi relung-relung jiwa manusia yang masih sibuk menyelami pulau kapuknya. Seolah-olah pantulan sinarnya berniat membangunkan insan manusia dan berharap menyapa sang mentari dengan suara merdu mengucapkan 'selamat pagi sang mentari'.
Rayana terbangun dari tidur lelapnya karena tubuhnya sudah dipenuhi dengan keringat akibat pantulan sinar matahari yang masuk lewat jendela yang kini tirainya sudah terbuka lebar.
Rayana menggeliat seperti ular. Lalu karena merasa kegerahan ia duduk dan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Dilihatnya tubuhnya yang masih terbalut pakaian lengkapnya.
Ia mencari-cari keberadaan Ardi di sekeliling kamar dengan manik matanya, namun yang dicari tak ada. Rayana berdiri lalu merapikan selimutnya dan merapikan seprey tempat tidur. Lalu ia berjalan ke kamar mandi.
"Kemana dia, ya?" gumamnya perlahan sambil masuk ke kamar mandi.
"Ardi, kemana Rayana?" tanya nenek Asima nenek Ardi yang kini sudah duduk di meja hendak menikmati hidangan yang sudah tersedia di meja makan.
"Masih tidur, nek," jawab Ardi sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Lho, kenapa nggak kamu bangunin?" tanya kakek Imran, kakeknya Ardi. Ia menyambung pertanyaan nenek Asima.
"Sudah, nek, kek tapi dianya tidur pulas banget." jawab Ardi.
Kakek Imran dan nenek Asima hanya ber'o' ria atas jawaban Ardi. Namun di bibir mereka sudah tersenyum-senyum ria. Entah apa yamg membuat mereka tersenyum riang seperti itu.
"Kakek dan nenek kenapa tersenyum-senyum seperti itu?" tanya Ardi heran.
"Nggak, nggak apa-apa. Lanjut saja makanmu!" titah nenek ke Ardi yang menghentikan makannya karena melihat tingkah kakek dan neneknya yang berbeda hari ini nggak seperti biasanya.
Ardi pun melanjutkan kembali makannya. Ia meraih kerupuk yang ada di tengah-tengah meja itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ardi sangat menyukai kerupuk. Ada yang kurang bila makan tapi tidak ada kerupuk. Makanya nenek selalu meminta kepada asisten rumah tangga untuk selalu menyediakan kerupuk di atas meja.
"Pagi nek, pagi, kek," sapa Rayana kepada kakek dan nenek sambil mengeluarkan jurus senyumnya.
"Pagi, Raya. Baru bangun kamu?" tanya nenek.
"Iya, nek," ucap Rayana singkat.
Nenek Asima hanya tersenyum melihat cucu mantunya itu.
"Ayo, makan!" ucap nenek Asima.
"Iya, nek." Rayana menjawab singkat.
Rayana menarik kursi untuk dia duduki tepat di samping Ardi.
"Kamu nggak sekolah?" tanya Ardi ke Rayana dengan mulut yang penuh makanan.
"Telan dulu makanan kamu, baru ngomong." timpal nenek.
Uhuk uhuk uhuk.
Ardi terbatuk.
"Itukan, makanya ditelan dulu baru ngomong." ulang nenek lagi.
Rayana buru-buru memberikan minum kepada suaminya itu. Ia menghentikan aktifitasnya yang hendak menyendokkan nasi ke dalam mulutnya karena mendengar Ardi batuk.
Kakek dan nenek tersenyum melihat tingkah cucu dan cucu mantunya itu. Jauh di lubuk hati mereka sangat mengharapkan kehadiran anak-anak di rumah ini. Namun mereka menguburnya dalam-dalam karena Rayana masih muda. Untuk melahirkan masih terlalu dini baginya. Namun mereka percaya bahwa suatu saat Rayana akan memberikan keramaian di rumah ini lewat rahimnya tentunya.
"Kenapa kamu nggak sekolah, Ray?" tanya nenek lagi?
"Raya masih capek nek. Besok saja Raya sekolahnya ya." ucap Rayana.
"Ya sudah, terserah kau saja." ucap nenek Asima lagi.
"Ayo, makan sarapannya." timpal kakek Imran.
"Iya kek." jawab Rayana.
Suasana di meja makan kembali hening. Mereka semua sibuk dengan sarapan masing-masing.
Setelah sarapan pagi usai, Rayana membereskan meja makan dan mencuci piring yang sudah mereka pakai. Awalnya nenek Asima sudah melarangnya namun Rayana tak mau. Dia tetap ingin melakukannya.
"Aku mau pergi dulu ya sayang. Hari ini aku mau daftar ke universitas." ucap Ardi ke Rayana yang sedang melipat baju yang teronggok di ruang ganti.
"Kamu jadi kuliah, beb? Ambil jurusan apa rencana?" tanya Rayana penasaran. Ia menghentikan pekerjaannya dan menghampiri suaminya itu.
"Iya, aku kuliah ambil jurusan manajemen bisnis. Aku ingin meneruskan usaha kakek." jawab Ardi.
"Ambilkan aku formulir yang itu!" pinta Ardi ke Rayana sambil menunjuk formulir yang terletak di atas tempat tidur.
"Oke boss." jawab Rayana tersenyum.
Ia meraih kertas itu dan memberikannya pada Ardi.
"Aku boleh ikut nggak?" tanya Rayana.
"Kemana?" tanya Ardi balik.
"Ikut kamu lah. Sekalian jalan-jalan." jawab Rayana asal.
"Tapi kamu bilang tadi capek? Masa kamu mau ikut aku?
"Iya aku sebenarnya malas sekolah. Jadi kubilang aja tadi ke nenek aku capek," jawab Rayana cemberut.
"Kamu pinter ya bohongnya," ucap Ardi menoyor pelan kepala Rayana.
"Sakiiiit," jeritnya.
"Isss, pelan pun. Berlebihan kamu." ucap Ardi lagi.
"Iya, kenapa kamu malas sekolah?" tanya Ardi.
"Malu aku, bang." jawab Rayana singkat.
"Malu kenapa?" tanya Ardi penasaran.
"Malu lah bang. Gimana kalau seluruh sekolah tau kalau aku uda nikah?" tanya Rayana.
"Kan nggak ada yang tau sayang. Kamu ada undang mereka?' tanya Ardi balik.
"Ya nggak sih, tapi kan orang tua teman aku ada yang datang kemarin itu bang. Kebetulan dia temannya mamak aku. Pasti lah diceritain itu ke anaknya.
"Kamu banyak alasan. Belum lagi kamu injakkan kaki kamu ke sekolah udah sampai pikiranmu ke sana." ucap Ardi nggak terima dengan jawaban Rayana yang menurutnya tak masuk di akal.
"Uda kamu ke sekolah sana!" suruh Ardi.
"Iiih, udah telat kali bang. Uda jam berapa ini," jawab Rayana.
"Ya sudah. Kalau gitu besok kamu ke sekolah!"ucap Ardi yang siap-siap untuk pergi.
"Iya deh. Besok aku sekolah, tapi aku ikut sekarang ya, bang?" rengek Rayana manja.
"Ikut gimana kamu aja belum siap-siap. Nanti aku terlambat." ucap Ardi.
"Tunggu aku sebentar. Aku akan siap-siap dengan cepat. Lima belas menit saja. Kasih aku waktu lima belas menit saja." ucap Rayana penuh semangat.
Ardi hanya bisa mematung mendengar ucapan istri kecilnya itu. Mau tak mau ia harus menunggu Rayana beres-beres. Diliriknya arloji yang ada di tangan kirinya.
"Masih ada waktu setengah jam lagi. Semoga nggak terlambat." gumam Ardi.
Ia duduk di tepi tempat tidur sambil membaca formulir yang ada di tangannya sembari menunggu Rayana siap-siap.
"Ayo, beb." ucap Rayana mengejutkan Ardi yang sibuk dengan aktifitasnya.
"Sudah selesai kamu?" tanya Ardi tanpa melirik.
"Uda, yuk." ajak Rayana.
Ia merangkul lengan Ardi dengan kedua tangannya.
Mereka menuju ke garasi mobil lalu masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh pak supir untuk kedua tuan dan nyonya itu.
Pak supir pun mulai menjalankan mobil kemudian membawa mobil itu keluar dari garasi dan berbelok untuk meninggalkan rumah Ardi menuju tempat yang sudah diberitahukan Ardi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Nasi Kaput
ini mau nikah, tapi masih belum umur.
2022-01-20
0
Kenzia Keyza Keyla
Pasti sakit tuh kerongkongan kan, pas banget terbatuk-batuk saat makan...
perih banget rasanya.
aku pernah, sampe ngeluarin air mata
2021-03-07
0
Rozh
Boom datang🌹👀
2021-02-13
0