"Kenapa sih kau selalu mengungkit masalah itu? Lagian pernikahan itu sudah terjadi... dan mereka saling mencintai. Dimana salahnya coba?" Mama Indi berkata kesal dan geram. Selalu saja suaminya, Reynhard membahas masalah pernikahan Rayana. Seolah ia tak rela anak tirinya itu menikah dengan lelaki pilihannya.
"Salah lah. Jelas salah. Dia masih muda, cita-citanya masih panjang. Apakah kau tak memikirkan semuanya? Hah? Katanya kau seorang ibu, bukankah ibu harus mendukung anaknya untuk menggapai cita-citanya kelak?" Reynhard memukul sofa dengan telapak tangannya.
"Bisa nggak sih kalian jangan berdebat terus. Sakit kupingku mendengarnya." Tiba-tiba Bella sudah berada diantara mereka. Dengan memegang sebuah buku pelajaran di tangannya. "Aku sedang belajar, besok aku ujian. Kalian menggangguku saja. Kalau mau bertengkar, jangan di rumah ini. Biasakan?"
Reynhard dan Indi terperanjat melihat Bella yang sudah berdiri memelototi mereka. "Ma-maaf, sayang. Mama, mama tidak bermaksud mengganggumu belajar." Indi sampai gelagapan mengucapkan beberapa kata untuk Bella.
"Hallah, hentikan omong kosong mu. Lebih baik kau nasehati putri kesayanganmu itu. Dia sudah tak sopan kepada papaku, dia telah menggoda papaku," ketus Bella.
"Bella, apa yang kau ucapkan?" Papa Reynhard membentaknya. "Sini kau," katanya lagi sembari menyeret kasar Bella dan membawanya masuk ke kamar, lalu mengunci kamar itu. "Kau ngomong apa barusan? Bukannya kita sudah buat perjanjian?" Papa Reynhard membentaknya sekali lagi.
"Maaf, pa aku keceplosan. Aku nggak sengaja, pa," ucap Bella ketakutan.
"Seharusnya kata-kata itu nggak keluar dari mulutmu. Papa udah bilang sama kamu kalau rahasia antara aku dan Raya nggak boleh sampai ada yang tau. Kita harus tetap menjaganya. Jangan sampai mama tiri kamu, maupun Oliv tau. Paham?"
"Ba-baik, pa. Aku nggak akan menceritakan bagaimana papa meniduri Rayana saat itu. Ini hanya akan menjadi rahasia kita sampai kita tiada nanti," ucap Bella sembari kepalanya tertunduk. Tubuhnya merapat ke pintu. Ia menjadikan pintu itu sebagai tumpuannya berdiri karena ia sangat ketakutan melihat papanya yang marah bagai singa yang hendak menerkam mangsanya.
Reynhard menjambak rambutnya kasar. Ia kesal dengan perbuatan putrinya itu namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Dua kalimat yang keluar dari bibir Bella sudah cukup membuat Indi curiga. Ia yakin suatu saat Indi akan menanyakan hal itu. Dan saat ini Reynhard sedang memutar otak untuk mencari jawaban yang akan dia ketuskan apabila Indi menanyakan padanya.
"Sial, semoga saja dia nggak dengar dengan jelas apa yang baru saja diucapkan Bella," gumamnya dalam hati. Kemudian Reynhard memukul keras pintu itu hingga membuat Bella terkejut.
"Papa, ada hubungan apa papa dengan gadis sialan itu? Hah? Apa yang papa dan Kaka sembunyikan dari Oliv? Apa aku tidak salah dengar, pa, kak?" Olivia tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya berharap yang ia dengar barusan adalah mimpi buruk. "Aku mimpi kan?"
"Sayang, kamu dengar apa?" tanya Reynhard lembut.
"Aku dengar dari Kak Bella kalau papa sudah tidur dengan gadis gila itu. Apa ini, pa? Apa maksud semua ini, pa? Tolong jelasin kepada Oliv. Disini hanya Oliv kah yang nggak tau, pa? Dan kakak juga tau?" Olivia marah dan kesal. Ia melemparkan guling nya hingga terjatuh di lantai.
"Bu-bukan begitu, sayang. Kamu salah dengar. Bella nggak bilang gitu. Kamu pasti mimpi itu, papa nggak ada hubungan apa-apa kok sama Rayana. Kau tau sendiri kan papa membencinya," kilah Reynhard.
"Nggak, aku nggak mimpi. Sangat jelas tadi terdengar oleh kupingku kalau bapak sudah tidur dengan Rayana si gadis brengsek itu. Kurang ajar dia. Itu cewek ganjen banget ya," gumamnya geram. Ia menggigit bibirnya.
"Lihat saja, Raya. Aku nggak akan pernah membiarkan hidupnya nyaman. Aku akan membuka kedokmu didepan suamimu. Aku nggak akan biarkan kau hidup bahagia, sementara kau menggoreskan luka kepada ku dan juga kakakku. Bahkan kau menggoda papaku. Lihat saja," gumamnya lagi.
"Sayang, kau, kau mau kemana? Ini sudah sore, loh. Sebentar lagi hari gelap." tanya Reynhard penasaran.
"Aku mau ketemu dengan Rayana. Aku ingin melampiaskan semua sesal dan marahku padanya. Aku akan ke rumahnya, pa. Tolong jangan halangi Oliv!" ujarnya. Ia menarik pintu yang sedang berada di sandaran Bella. "Minggir, kak. Aku mau keluar," pintanya kasar.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan kau bertemu dengan gadis sialan itu. Itu sama saja kau sudah mempermalukan papa kita. Bagaimana bisa kau melakukan ini? Coba pikirkan baik-baik, Oliv.
"Aku nggak perduli. Dia harus aku buat sampai hancur," ucapnya dengan ketus dan marah.
"Oliv, apa kau tau? Mereka sangat mencintai Rayana. Mana mungkin mereka percaya dengan semua omong kosong yang akan kau ciptakan kelak. Pasti mereka akan berpikir kalau Rayana nggak mungkin melakukan itu. Mereka akan curiga sama papa dan menyalahkan papa. Aku nggak mau itu terjadi, Oliv. Tolong pikirkan lagi!" ucap Bella mencoba membujuk adiknya itu.
"Tapi, kak. Dia sudah keterlaluan. Dia sudah berani menggoda papa bahkan tidur bareng papa. Itu sama saja dia mempermalukan dengan dirinya sendiri. Bukan kita yang merugi kak, tapi dia. Kita harus membeberkan semua ini kepada orang-orang. Biar dia malu menunjukkan mukanya di sini," tukas Oliv masih kesal.
Ia menarik kasar tubuh Bella yang masih bersandar di pintu, lalu ia pun membuka pintu itu dengan paksa. Saat marah tiba-tiba tenaga Olivia bertambah sepuluh kali lipat. Bahkan papanya pun tak bisa menghentikannya.
"Kamu? Ng-ngapain kau disini? Kau ngpluping ya? Olivia mengerjap saat melihat Indi sudah berdiri di depan pintu. "Apa yang kau dengar?" tanyanya memastikan.
"Siapa, Liv?" tanya Bella lembut. Ia menghampiri adiknya itu ke depan pintu. Sama halnya dengan Olivia, Bella terperanjat juga. Kemudian ia menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Papa, wanita sinting itu ada di sini, pa." Bella berbisik kepada papanya.
"Apa?" Reynhard tak kalah terkejut dengan kedua putrinya itu. "Apa yang k-kau l-lakukan disini? Bukankah kau masih di sana tadi? Hah?" tanya Reynhard gugup.
"Ada apa kau ke sini? Bukankah kau tau ini kamar papaku? Dan kamar papaku serta kamar kami, tidak boleh sembarangan orang yang masuk. Termasuk kau, Indi," ujar Bella sinis dan kasar.
"Kau nguping? Kau dengar apa barusan?" tanya Olivia bingung
"Itu, ehhm.. anu. Ak-aku hanya ingin mendengar kan penjelasan dari kalian. Apa sebenarnya yang dilakukan putrimu pada kalian. Tolonglah!" pintanya memelas
Wajahnya memerah karena amarah. Bahkan airmatanya turut andil mewakili pilu yang ia tahan di dalam dadanya.
Indi merasa kalau dirinya telah dipermainkan dengan anak dan bapak itu.
"Tidak, tidak ada. Kami hanya sedang memainkan peran. Jadi kami, kami mempraktekkannya sekarang," Bella dan Olivia mulai berkilah. Bahkan keduanya serentak mengucapkannya.
"Bohong, kalian semua bohong. Aku mendengar dengan sangat jelas tadi tentang putriku. Aku yakin aku tidak salah dengar. Dan aku sangat yakin kalau kalian berpura-pura sekarang. Tolonglah, ceritakan apa yang sudah dilakukan putriku di rumah ini. Aku mohon," pintanya.
Air matanya berderai bebas meskipun ia tak mengijinkannya. Bibirnya bergetar begitupun dengan tangannya.
"Dan apa yang kalian bilang barusan? Gadis kecilku menggoda papa kalian? Tidak, itu tidak mungkin," katanya sambil terisak-isak. "Aku sangat mengenal gadis kecilku. Aku yang membesarkan dan mendidiknya. Tak mungkin dia melakukan hal yang menjijikkan seperti itu. Kalian bohong," teriaknya sembari menangis tertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ade Manis
😍😍😍😍😍😍
2021-02-04
0
TUYUL
semangat terus ana
sukses nulis novelnya
2020-12-25
0