"Ihhh, ganteng banget tuh cowok. Apa dia kuliah di sini juga?" gumam Reina. Seorang gadis yang ingin melanjutkan kuliahnya di kampus swasta yang sama dengan Ardi.
"Woy, bengong aja, kau!" ucap Candy di telinganya.
"Aihh kaulah, buat orang kaget saja," celetuk Reina terperanjat.
"Lagi mikirin apa sih?" tanya Candy penasaran.
Candy mengikuti ekor manik Reina. Tapi tak menemukan sesuatu yang menarik dalam pandangannya.
"Nggak ada. Aku lagi nungguin kau aja. Lama kali kau dari kamar mandi," ujar Reina bohong.
"Hilih, namanya juga cewek. Kayak kau nggak gitu aja kalo di kamar mandi," celetuk Candy sinis.
"Ya uda nyok!" ujar Reina. Ia merangkul lengan Candy.
"Yuk." Candy mengikuti Reina kemana pergi.
Mereka meninggalkan ruangan yang dikhususkan untuk penyerahan berkas calon mahasiswa baru.
Ruangan itu sangat padat kini. Sampai-sampai Rayana dan Ardi harus rela menunggu lama.
"Nomor berapa beib?" tanya Rayana ke Ardi.
"Nomor 173." jawab Ardi singkat sambil menunjukkan nomor antriannya.
"Buset, masih lama," gerutu Rayana. Dengan pasrah ia melipat tangannya di dada.
"Siapa suruh minta ikut tadi? Hmmm?" Ardi menegaskan kembali.
Sementara antrian yang baru dipanggul masih sampai nomor 29. Rayana kesal karena antriannya sangat panjang. Ia menendang-nendang lantai dengan tumit sepatunya.
Kebiasaan yang selalu dilakukannya apabila dia bosan. Entah kenapa tadi dia minta ikut. Seandainya Rayana tau suasana seramai ini, mungkin dia akan mundur. Tapi udah terlanjur dia di sini.
Nggak mungkin lagi balik.
"Aku ke toilet bentar ya, bang?" ujar Rayana.
"Hmmm," gumam Ardi singkat.
"Dimana sih toilet perempuannya? Ini kan toilet laki-laki, kenapa sih nggak berdampingan saja toiletnya. Bikin gue bingung saja," batin Rayana kesal.
"Kak, kak," panggil Rayana pada seorang perempuan yang lewat dari hadapannya.
"Ya," sahut perempuan itu. Perempuan itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah suara yang memanggil.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah dan lembut.
Perempuan itu adalah Reina, yang tadi memandangi Ardi begitu terpesona. Sementara Candy sahabatnya sedang sibuk menyerahkan berkas pendaftarannya. Jadinya Reina sendirian. Karena bosan menunggu giliran, Reina pun jalan-jalan.
Dan kebetulan berjumpa dengan Rayana di sini.
"Tunggu dulu, inikan perempuan yang bersama dengan cowok tampan tadi," batin Candy. Ia memandangi Rayana dari bawah sampai ke atas.
"Kamar mandi cewek di sebelah mana ya kak?" tanya Rayana.
"Oh, itu di sana." Rayana mengejutkannya. "Kamu lurus aja terus belok kiri nanti. Langsung kelihatan nanti itu," jawab Reina gugup.
"Makasih ya, kak," ucap Rayana cepat.
Reina mengangguk menjawab Rayana.
Buru-buru Rayana pergi ke toilet yang sudah ditunjukkan oleh Reina tadi.
Sementara Reina mengikuti Rayana dengan ekor matanya.
"Itu perempuan siapa nya yah. Kayaknya masih kecil. Apa dia adik laki-laki itu?
Tapi dimana laki-laki itu? Kalau cewek itu masih di sini berarti laki-laki itu pasti masih di sini juga, tapi dia pergi kemana?" batin Reina.
Reina mencari-cari keberadaan lelaki yang dia maksud, Ardi.
"Tu dia orangnya," gumam Reina tersenyum bahagia.
Reina memandangi Ardi lekat-lekat dari ujung kepala hingga kaki.
"Gila. Ganteng banget tuh cowok," gumam Reina.
"Tunggu, tunggu, sepertinya dia memang calon mahasiswa di sini deh," ucap Reina penuh harap.
Reina masih belum beranjak dari tempatnya. Ia masih asyik memperhatikan Ardi. Sampai ia tak sadar Rayana sudah ada di sampingnya.
"Kakak mahasiswa di sini juga?" tanya Rayana memecah lamunan Reina.
"Ng-ng-nggak. Eh maksudku iya. Aku baru mau jadi mahasiswa di sini," ucap Reina gugup hingga ia terbata-bata menjawab Rayana.
Reina kaget karena Rayana sudah berdiri di sampingnya dan mengajaknya mengobrol.
"Oya kak, kenalkan. Aku Rayana, panggil saja Raya," ucap Rayana menyodorkan tangannya.
"Re-Reina," balas Reina menyambut uluran tangan Rayana.
"Kamu mau kuliah di sini juga?" tanya Reina penasaran.
"Nggak, kak. Tapi itu." Rayana menunjuk seseorang dengan bibir mungilnya. "Dia yang mau kuliah di sini," jawab Rayana.
"Dia siapa?" tanya Reina penasaran.
Ia berpura-pura mencari-cari sosok yang dimaksud Rayana. Pada hal sebenarnya dia sudah tau. Tapi Reina ingin tau Rayana itu siapa bagi cowok itu.
"Ray." Tiba-tiba Ardi memanggil Rayana dari kejauhan.
Ardi melihat Rayana mengobrol dengan seseorang yang dia tidak kenal. Makanya buru-buru memanggil Rayana.
"Hadir," ujar Rayana sambil melambaikan tangannya.
Rayana pun berlalu meninggalkan Reina yang masih mematung karena ia tak berhasil mendapatkan jawaban apa pun.
"Kamu dari mana saja?" tanya Ardi.
"Ya dari toilet lah. Masa dari rumah," celetuk Rayana.
"Dari toilet tapi lamanya minta ampun. Emang kamu naik kereta ke toilet?" sarkas Ardi.
"Apaan sih kamu. Aku tadi dari sana. Habis ngobrol sama kakak-kakak," jawab Rayana mencoba menjelaskan.
"Tuh orangnya." Rayana mengarahkan telunjuknya ke tempat dimana tadi Candy berada. "Eh dimana dia?" gumam Rayana.
"Nggak enak nunggu sendirian tau. Nggak ada kawan ngobrol," ujar Ardi nggak perduli dengan orang yang dimaksud Rayana.
"Iya maaf," ujar Rayana singkat.
"Hmmmm," gumam Ardi.
Kini antrian sudah sampai di nomor 172, artinya giliran Ardi yang akan maju menyerahkan semua berkas pendaftaran ulang calon mahasiswa baru.
Ardi melangkah ke depan lalu memberikan berkas-berkasnya kepada petugas.
Petugas memperhatikan satu persatu berkas Ardi. Setelah di cek dan tak ada yang kurang, petugas itu mempersilakan Ardi kembali ke tempat duduknya untuk menunggu lagi.
Ardi pun mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya. Di sana Rayana menunggunya dengan setia sambil melipat kedua tangannya ke dadanya.
"Udah selesai, bang?" tanya Rayana.
"Belum." Ardi menjawabnya sjngkat.
"Kok belum?" tanya Rayana heran.
"Ya belum. Karena masih ada pembagian NIM nanti," sambung Ardi.
"NIM itu apa?' tanya Rayana.
"Nanti pasti kamu akan tau kalau kamu kuliah." ujar Ardi.
Ruangan yang tadinya ramai, perlahan sudah mulai sepi. Para pengunjung sudah banyak yang berpulangan. Tinggal beberapa orang yang masih menunggu diberikannya NIM.
Sama halnya dengan Ardi dan Rayana. Mereka masih menunggu nama Ardi dipanggil untuk pengambilan NIM.
"Beb, capek. Makan yok," pinta Rayana manja setalah mereka selesai dengan urusannya. Entah sudah ke berapa kalinya ia mengeluh, tapi tetap saja mengikuti kemana Ardi pergi.
Ardi memasukkan kertas bertuliskan NIM dan seragam almamater ke dalam tasnya.
"Iya bentar," jawab Ardi singkat dan datar.
Mereka pun pergi meninggalkan kampus dan masuk ke dalam mobil hendak mencari makanan karena mereka sudah lapar. Jam makan siang sudah mereka lewatkan karena lamanya menunggu antrian tadi.
Mereka memilih kafe dekat kampus saja, karena rasa lapar sudah mulai merajai perut mereka yang sibuk bernyanyi dan bergoyang dari tadi minta segera diisi oleh tuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Rozh
Bikin rusuh
2021-02-13
0
BELVA
pelakor mewarnai dunia novel 😂😂😂😂
2021-02-04
0
Candra Dewi DP
Rayana jagain Ardi ya, jgn sampe diembat ce lain di kampusnya
2021-01-19
0