"Siap. Akan saya laksanakan." ucap Mitha manja.
"Weeeek, mau muntah gue liat nih cewek. Sok manja. Cihh. Coba saja kalau lo tau kalau abang ganteng gue sudah punya istri. Pasti mundur lo jauh-jauh," batin Rayana lagi. Dari tadi ia kebanyakan bicara dengan batinnya.
Mitha mengerjakan soal yang diberikan Ardi dengan serius.
"Selesai!" ujar Mitha tersenyum bangga.
Ardi yang sedang sibuk membaca bukunya, menghentikan sejenak dan langsung mengecek tugas Mitha. "Bagus!" ujar Ardi singkat.
"Benarkah?" tanya Mitha tidak percaya.
Ardi hanya mengangguk sebagai jawaban. Seperti biasa, cool.
"Dingin banget sih ini cowok? Hmmmm, tapi gue senang deh, karena dia sudah memuji hasil pekerjaan gue, batin Mitha.
"Minum dulu tehnya!" titah Ardi santai.
Mitha mengangguk dan langsung meraih gelas uang ada di depannya. Ia langsung meneguk segelas minuman yang dibawakan oleh Rayana.
Uhuk, uhuk
Mitha tersedak.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ardi penuh selidik.
Ditatapnya Mitha hingga tatapan mereka bertemu.
Dag dig dug see bunyi jantung Mitha tak karuan.
"Ijinkan aku ke kamar mandi!" pinta Mitha.
"Oke. Kamar mandinya di sebelah sana, nona." ucap Rayana tiba-tiba dengan tatapan sinisnya. Tapi ucapannya terdengar ramah di telinga.
"Perlu ku antar, nona?" ucap Rayana menawarkan bantuan.
"Tidak, tidak perlu," jawab Mitha malu-malu.
Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Ia malu mengatakan kepada Ardi kalau minuman yang baru saja diminumnya pedas. Hingga ia sampai buang angin tanpa ia sadari.
Dengan langkah cepat dan wajah yang sudah memerah, Mitha berlari ke kamar mandi sambil memegangi perutnya.
Rayana tersenyum puas karena sudah merasa diri menang. Ia pun meninggalkan Ardi yang sedang sibuk dengan bukunya.
"Pasti ini ulah kamu, kan?" tanya nenek Asima saat Rayana sudah sampai di dapur.
"Iya, nek. Maafkan Raya. Raya hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yang sudah mencuri perhatian bang Ardi," ucap Rayana memohon.
Nenek Asima terkekeh dengan sikap polos dan manja Rayana.
"Nenek menertawai Raya?"
"Iya. Habisnya kamu lucu banget!" seru nenek Asima. "Kamu nggak salah, sayang. Nenek pasti akan selalu mendukungmu," ujar nenek Asima lagi.
"Terimakasih, nek," ujar Rayana sembari memeluk si nenek.
Sementara Ardi yang masih berkutat dengan bukunya, tiba-tiba saja melirik ke arah nenek dan Rayana.
Nenek Asima hanya mengacungkan jempolnya kepada Ardi. Dan Ardi menundukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Sudah selesai?" tanya Ardi kepada Mitha yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Mitha mengangguk.
"Hmmm, aku pulang dulu, ya. Mamaku menelepon barusan dan memintaku pulang untuk menemaninya berbelanja." ucap Mitha gugup.
Ardi melirik ponsel Mitha yang terletak di atas tumpukan buku. "Perasaan dia nggak ada dapat panggilan dari tadi, batin Ardi.
Rasa malu Mitha semakin besar. Pipinya memerah kembali. Sambil tertunduk, ia membereskan buku-bukunya dan langsung beranjak dari sana tanpa permisi kepada yang empunya rumah.
"Yeyyy! Gue berhasil membuat lo angkat kaki dari sini. Bagus Raya, lo sudah melakukan tugasmu dengan baik," sorak kemenangan Rayana dalam hati.
Ia menyunggingkan senyum kemenangannya. Nenek Asima memandangnya heran.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya nenek Asima.
"Karena aku bahagia, nek. Aku sudah berhasil mengusir kuman tanpa aku harus mengotori tanganku," ucap Raya dengan bangga.
Ia tak menyadari kalau Ardi sudah ada di sana dari tadi.
"Sudah kuduga. Ternyata kamu dibalik semua ini," gumam Ardi.
Rayana tak mendengar gumaman Ardi karena sangat pelan.
"Oya, nenek uda mandi?" tanya Rayana kepada nenek Asima yang mematung.
Ia terkejut karena melihat Ardi yang sudah berada di sana. Ia merasa tertangkap basah. Ibarat maling yang tertangkap basah karena mencuri sesuatu, seolah-olah nenek telah mencuri sesuatu dari Ardi.
"Nenek kenapa diam saja? Apa Raya ada salah?" tanya Rayana bingung.
Nenek Asima menggelengkan kepalanya. Lalu menyunggingkan bibirnya memberi kode agar Rayana menoleh ke belakang.
Rayana lalu menoleh.
"B-b-bang, se-sejak kapan ada di sini?" tanya Rayana terkejut.
"Aku sudah mendengar semua yang kalian bicarakan."
Rayana sangat malu. Bahkan ia tak sanggup menatap mata indah milik Ardi. Ia hanya bisa tertunduk malu. Tapi tak sedikitpun ada penyesalan dalam dirinya.
"Ya sudah, nenek mau mandi dulu," ujar si nenek lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
"Aku juga mau mandi," ucap Ardi.
Ia meninggalkan Rayana yang masih mematung sambil mendekap nampan di dadanya.
"Huhf, sial! Kenapa sih gue sampai ketahuan?" gumamnya pada dirinya sendiri. Rayana sampai memukul pelipisnya sendiri karena merasa diri teledor.
"Harusnya gue lebih hati-hati tadi," gumamnya lagi.
"Semoga saja bang Ardi nggak marah sama gue. Gue kan hanya ingin melindungi rumah tangga gue dari cewek-cewek centil, seperti Mitha salah satunya," batin Rayana penuh harap. Ia menyimpan gelas kotor yang baru digunakan oleh Ardi dan Mitha tadi. Dan mencucikan nya di wastafel.
"Hmmm, mandi jugalah. Udah gerah banget nih," celetuknya. Seolah ada temannya mengobrol di dapur.
Rayana yang baru saja tiba di kamar terkejut karena melihat dada bidang dan perut sixpack Ardi.
Tubuh atletis itu hanya dibalut oleh handuk kecil yang hanya menutupi bagian bawah saja.
"Aaaaaaaa!" pekiknya sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
Ardi juga melakukan hal yang sama. Karena ia juga sangat kaget.Cepat-cepat Ardi berlari ke ruang ganti untuk berpakaian.
Rayana berlari ke kamar mandi karena sangat malu. Ia mengunci pintu kamar mandi. Lalu berdiri membelakangi pintu itu sambil membayangkan kejadian barusan.
Setelah selesai dengan ritual melamunnya, Rayana pun akhirnya mandi.
"Kok lama banget dia di kamar mandi?" gumam Ardi.
"Ahh, sudahlah. Mungkin dia lagi asyik dengan air sekalian, namanya juga bocah," imbuhnya lagi.
Ardi hendak keluar dari kamar karena perutnya sudah berkonser ria minta diisi. Ia meraih gagang pintu dan hendak keluar. Tapi tiba-tiba ia teringat akan Rayana yang belum juga keluar dari kamar mandi. .
"Ray! Buka pintunya!" ujar Ardi.
Tak ada sahutan dari dalam.
"Haduh, mampus gue. Jangan sampai bang Ardi lihat gue. Gue lupa lagi bawa handuk," batin Rayana.
Ia bersembunyi di balik pintu.
"Yana! Kamu nggak apa-apa?" tanya Ardi dari luar.
"Ng-nggak. Aku nggak apa-apa. Aku lupa bawa handuk," ujarnya malu-malu.
Ardi langsung mengambil handuk dari lemari dan meminta Rayana untuk membuka pintu kamar mandi.
Rayana mengulurkan tangannya dari pintu yang sedikit terbuka itu. Lalu ia menutupkan kembali pintunya setelah handuk sudah berada dalam genggamannya.
Ia langsung keluar setelah membalutkan handuk di tubuhnya.
"Aaaaaaaa!" jerit Rayana lagi.
Ternyata Ardi menunggunya di depan pintu. Ia ingin memastikan Rayana baik-baik saja makanya dia tak beranjak dari sana. Sekalian menunggu Rayana untuk turun meikmati makan malam bersama kakek dan neneknya.
Ia juga terkejut melihat tubuh istri mungilnya itu yang hanya berbalutkan handuk. Tubuh itu sangat bersih dan putih. Terlihat bulir-bulir air masih setia bertengger di tubuhnya.
"Ehemmm, aku menunggumu untuk makan malam." ucapnya cepat..
"Kamu duluan saja. Aku mau pakai baju dulu," ucap Rayana.
Ia mendorong tubuh Ardi sampai keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
ʰᵅᶯᶯᵅ
astagee jahara kau rayanya 😌
minuman pedas sampai buang angin😉 ada baunya gak tuhh😂😂😂
semangat ay📢📢
2021-02-07
1
BELVA
kaka cantik aku datang lagi nih
2021-02-06
0
🕊️ℰʀᷞᴠͥɪͦɴᷠᴀⷹªᶰᵃᵗᵃˢʸᵃ🕊️
lucuuuu ,,seru juga
2021-01-11
1