Ardi berlari ke dapur untuk mengambil air minum kepada Rayana. "Bikin repot saja," gerutunya. Masih sempat ia menggerutu sementara Rayana masih saja belum bangun.
Setelah ia kembali dengan membawa segelas air, ia mengusapkan tangannya yang basah ke pipi halus Rayana, lalu sambil memanggil-manggil namanya. Alhasil Rayana terbangun dan langsung memeluknya.
Ia terisak masih, bahkan semakin kuat sambil mengeratkan dekapannya. Sauminya itu pasrah dan hanya bergeming. Meskipun ia sangat penasaran dengan isi mimpi wanitanya itu.
"Kamu mimpi apa, Ay?" Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya setelah bungkam beberapa saat.
"Aku mimpi Buruk, bang." Rayana menjawab singkat. "Kalau aku kasitau sama bang Ardi, bisa-bisa dia membuangku. Bisa-bisa aku dikembalikan ke rumah yang begitu mengerikan itu. Tidak, aku tidak mau masuk kesitu lagi," batinnya.
"Mimpi buruk yang bagaimana? Coba jelaskan."
"Aku mimpi digigit anjing," ucapnya.
"Hilih, kukira mimpi apa. Ternyata gitu doang " Ardi mendengus kesal. Kesal karena tiurnya sudah terganggu akibat teriakan dan Isak tangis Rayana. "Mimpi itu doang kok nangis ya?" tanyanya dalam hati.
"Ya sudah, tidur lagi." Ia menarik selimut dan menutupi tubuh Rayana sampai ke leher. Lalu ia melakukan hal yang sama kepada dirinya sendiri. Lalu tidur dengan membelakangi Rayana, sementara Rayana masih sibuk memandangi langit-langit kamar.
Ia bergidik ngeri mimpinya barusan, karena mengingatkannya kembali akan hal yang pernah dilakukan papa tirinya itu kepadanya. Dan semua itu kenyataan, pernah terjadi dalam hidupnya.
"Mau kemana kamu?" tanya papa Reynhard kepadanya saat mencoba kabur dari kamarnya sendiri lewat jendela yang sudah terbuka lebar.
"Lebih baik aku bunuh diri daripada tubuhku kau kuasai. Aku nggak ingin melihatmu lagi di dunia ini. Jadi, lebih baik aku pergi." jawa kob gadis itu cepat dengan bibir yang bergetar karena merasa takut.
"Nggak semudah itu, sayang. Aku masih haus, aku masih ingin tubuhmu. Kalau kau pergi, maka hancurlah hati mamamu. Kamu mau itu tejadi?"
Rayana langsung bengong dengan penuturan lelaki yang berstatus sebagai papa tirinya itu. Niatnya ingin melompat ia urungkan, karena teringat dengan sang mama tercinta. Senggaknya dia masih sadar kalau bunuh diri itu sangat tidak diperbolehkan.
"Aku nggak boleh putus asa begini. Aku harus tetap bertahan demi mama. Karena saat ini hanya dia yang kupunya, dan hanya akulah satu-satunya orang yang benar-benar perduli padanya. Kalau Bella dan Olivia tidak sama sekali. Apalagi papa Reynhard, entah kenapa dia menikah dengan mama."
"Tapi aku harus kemana? Aku malu, aku sdah tak berharga lagi. Aku ternoda oleh pria brengsek yang sudah semena-mena kepadaku." Ia terisak. "Adakah yang mau menerimaku nanti apa adanya?" batinnya.
Luka itu menancap tajam tepat diulu hatinya, membuat dirinya tak sanggup lagi berkata-kata. Karena baginya, itulah satu-atunya harta yang paling berharga yang harus ia jaga dan pertahankan. Namun apa, semuanya sirna sudah.
Setiap wanita pasti sependapat dengan Rayana, sebisa mungkin menjaga tubuhnya agar jangan sampai ternoda. Namun Rayana sudah tidak bersih lagi ia rasa, ia sudah kotor, penuh noda dan kuman. Keperawanannya sudah direnggut oleh orang yang tak berkelas seperti Reynhard. Padahal Rayana sendiri adalah anaknya, meskipun anak tiri. Tapi anak tetaplah anak. Hal yang begitu hanya layak dilakukan oleh sepasang suami istri.
Malam ini, Rayana sudah tak bisa lagi melanjutkan tidurnya. Bayang-bayang masa lalu yang mengerikan masih terngiang jelas dalam benaknya. Suara itu, ikatan itu, hantaman itu masih sangat jelas. Jelas sekali.
"Apa yang harus kulakukan? Aku nggak mau mimpi itu terus datang menghantuiku. Aku takut bila mengingat kejadian itu." Rintihnya dalam batinnya. Kedua tangannya bergetar hebat, juga dingin. Ia sembunyikan tangan itu dibalik selimut, berharap akan kembali hawanya seperti sediakala.
Sementara Ardi, dia belum juga tidur. Namun ia masih memunggungi Rayana, jadi dia tidak tau bagaimana kondisi Rayana saat ini. Ia berusaha untuk tidur, karena paginya ia akan ke kampus seperti biasa.
"Kau kenapa, Ray? Kenapa wajahmu sangat pucat?" Ardi terperanjat saat berbalik menemukan wajah Rayana begitu pucat. Dibukanya selimut yang menutupi tubuh Rayana dengan kasar, lalu diraihnya tangan itu. Digenggamnya erat. "Kenapa tanganmu dingin, Ray? Apa yang terjadi? K-kau nggak mimpi dikejar anjing kan?"
"Ya Tuhan, gimana ini? Apa aku harus menceritakan segalanya padanya? Tapi... aku malu, Tuhan. Tolong aku, Tuhan akau mohon," batin Rayana.
Udara diluar semakin dingin saja, karena hari sudah berganti, subuh sudah menyongsong. Disebuah kamar yang remang-remang seorang wanita sedang menggeliat-geliat berusaha untuk tidur. Meskipun beberapa kali ia sudah memejamkan mata, namun gagal.
Entah apa yang melandanya saat ini, sesuatu hal yang tak bisa ia jelaskan. "Rayana apa kabarnya, ya? Apa dia baik-baik saja disana? Apa mereka memperlakukannya dengan baik? Apakah dia makan terartur disana?" Begitu banyak pertanyaan yang ia simpan didalam hatinya, dan berharap suatu saat pertanyaan itu akan menyembul keluar saat bertatap muka dengan putri kandungnya itu.
Mama Indi bangkit dari ranjang, ia keluar dari kamar untuk minum. Susana di rumah itu begitu sepi. Sepertinya Bella dan Olivia tertidur sangat lelapnya. Mama Indi melihat kedua putrinya itu kedalam kamar mereka sebelum memutuskan untuk kembali ke dapur.
Sementara di kamar, Rayana berusaha menjelaskan kepada Ardi kalau dirinya masih kepikiran dengan mimpinya itu. Ternyata ia tak menceritakan apa yang terjadi dimasa lalunya itu. Ia lebih memilih berbohong, tak tau sampai kapan.
"Aku tau kamu bohong, Ray. Mana mungkin mimpi digigit anjing sebegitu parahnya. Bahkan kami sangat pucat." Ardi meletakkan punggung telapak tangannya di kening Rayana, "dingin banget," gumamnya. Ia membawa Rayana kedalam pelukannya Lalu menyelimuti mereka berdua dengan dua lapis selimut yang baru saja ia ambil dari lemari selimut satunya.
Wajah Rayana kini mendarat di ceruk lehernya. Dirinya sendiri kepanasan, karena ditutupi selimut tebal itu. Namun semuanya ia tahan, ia ingin mengembalikan suhu tubuh istrinya itu. "Tenanglah, aku ada bersamamu. Aku akan menjagamu dan membuatmu nyaman." Ia mengeratkan pelukannya.
Sikapnya yang biasanya dingin, kini berubah total tigaratus enam puluh serajat. Hahaha. Sebenarnya Ardi orangnya cuek, dingin. Tapi kalau untuk orang yang ia sayang, kecuekan maupun sikap dingin itu bisa luntur suatu saat. Yah, seperti sekarang ini.
"Tidurlah, pejamkan matamu," tukasnya lagi. Ia mengusap-usap punggung Rayana pelan-pelan. Berharap itu bisa membuatnya tenang dan terlelap. "Aku nggak akan membiarkan kau seperti ini terus. Aku akan mencari tau apa yang terjadi sebenarnya. Kan kutemukan bila memang ada orang yang sudah membautmu terluka begini." Ardi bertekad dalam hatinya.
"Kamu sudah tidur?" tanyanya penasaran. Tapi tak ada suara yang menyahutinya. Lalu ia mengibaskan tangannya ke wajah Rayana, tapi tetap juga tak ada respon. "Sepertinya dia sudah terlelap," gumamnya. Ia meletakkan perlahan-lahan tubuh Rayana diatas ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
ʰᵅᶯᶯᵅ
jadi penasaran sama reaksi nya Ardi🙄 gimana nanti kalo dia tau 🤔🤭
2021-02-17
1
ʰᵅᶯᶯᵅ
aiisshh ,, emosi aku bacanya😤 dasar papa tiri gak bermoral, gak ada akhlak, mata hatinya udah tertutup 😤🤭
entah ada apa dibalik perlakuan papa tiri rayana terhadapnya,,.sampai tega seperti itu🤔
pelan² aku menuju eps² selanjutnya🤗🤗
semangat ay📢📢
2021-02-17
1
Rozh
💗
2021-02-13
0