"Lepaskan aku. Aku mohon." Gadis itu terisak. Air matanya mengucur deras bak air sungai menghiasi malam yang sangat kelabu karena terdengar dari balik jendela kalau langit sedang menangis.
Hawa dingin malam itu menembus sampai ke pori-pori hingga membuat bulu kuduk merinding. Tubuhnya yang terbaring lemaph diatas ranjang dengan tanpa sehelai kain pun turut menggigil merasakan sentuhan dingin yang bergelora. Ia tak bisa melakukan apa-apa karena kaki dan tangannya diikat ke tiang sudut tempat tidur menggunakan kain.
Awalnya ia berusaha meronta, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melepaskan diri dari cengkraman kasar lelaki bringas yang ada ditepian tempat tidur itu. Matanya menatap liar tubuh gadis belia itu. Membuat gadis itu semakin merinding.
Hanya isak tangis yang keluar dari mulutnya, namun lelaki itu tak perduli dengan semua itu. Mungkin hatinya terbuat dari batu. Tak ada rasa kasihan sama sekali dengan seorang gadis yang masih kecil, yang seharusnya saat ini gadis itu sedang bermain dengan teman-temannya menghabiskan masa remajanya.
"Apa? Lepaskan kau bilang? Hahaha." Lelaki itu malah tertawa lepas. Benar ia seperti tak punya hati, atau mungkin hatinya tertutupi oleh nafsu jahatnya. "Kalau kau ingin lepas, maka kau harus mau melakukannya. Jangan membantah," ucapnya santai.
"Cihh." Wanita itu melemparkan liurnya kepada pria brengsek itu. "Bahkan sampai aku mati pun ditanganmu, takkan pernah aku merelakan semua ini kepadamu lelaki biadab," makinya kepada pria yang kini berada diatasnya.
"Oh, jadi kau berani membantahku. Baiklah, lihat saja. Aku akan berbuat lebih sampai kami benar-benar dengan rela menyerahkannya padaku. Tanpa harus aku minta."
"Tidak. Itu sangat tidak mungkin. Bunuh saja aku, agar kau puas."
"Membunuhmu? Mungkin saja, tapi aku belum mendapatkan apa yang kumau," celetuk lelaki itu.
"Aku nggak perduli apa maumu. Yang aku mau lepaskan aku, aku mohon"
"Dan aku juga nggak perduli dengan apa maumu. Ya, sama sepertimu, aku juga begitu," ucapnya datar.
"Aku akan memberitahukan mama tentang kejahatanmu ini. Lihat saja," ancam gadis itu.
"Coba saja. Aku nggak berani, tapi apa kau yakin orang-orang akan percaya padamu. Secara kau ini adalah hanya seorang gadis remaja yang lugu dan polos. Mereka nggak akan percaya dengan semua yang kau ucapkan. Malah sebaliknya, aku yang akan menjelaskan semuanya kepada penghuni rumah ini." Lelaki itu mengancam gadis itu.
Sementara gadis remaja itu ketakutan, ia memejamkan matanya karena tak ingin melihat pria yang sudah berada diatasnya itu tanpa mengenakan pakaian sehelai pun.
"Mamaaa. Mamaaaa." Gadis itu berteriak dengan air mata yang masih menetes. Tak sengaja tangan kirinya menyentuh kasur yang ia tiduri tepat dibelakang punggungnya. Ada noda darah yang sudah menempel ditangannya.
"Mama, tolong Raya," mohonnya dalam hatinya. Air matanya tak jua berhenti mengalir. "Mama, aku butuh mama. Mama dimana? Mama," batinnya lagi dengan rintihan yang terdengar sangat menyayat hati.
"Bisa nggak sih kau jangan ribut? Bisa nggak sih jangan menangis? Sudah, nikmati saja," celetuk lelaki itu dengan entengnya.
Ingin rasanya Rayana melemparkan tinjunya kepada pria brengsek itu, namun ia tak mampu. Tenaganya sudah terkuras habis akibat perlakuan lelaki yang kini menyandang status sebagai papa tirinya. Ikatan ditangan dan kakinya pun tak kuasa ia melepaskannya.
"Mama, tolong Raya ma. Raya mohon." Rayana sekali lagi merintih dan berdoa. Namun menit demi menit berlalu, tapi yang ditunggu tak datang pula. "Mama, aku mohon. Datanglah," pintanya dalam hatinya. Ia kirimkan lewat hembusan angin, berharap mamanya akan mendengarkan dan merasakan apa yang terjadi pada putrinya itu.
Tiba-tiba suara pintu kamar terbuka. Sontak membuat Rayana dan juga lelaki itu terperanjat. Seorang perempuan masuk kedalam tanpa mengetuk pintu. "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya ikut terkejut. "Papa? Raya?" Matanya terbelalak, tak pernah ia menduga keadaan sekeji ini ia saksikan sendiri.
Lelaki yang berstatus sebagai papa perempuan itu langsung beranjak dan menghampirinya setelah ia mengenakan cepat-cepat pakaiannya. "Dia yang duluan menggoda papa. Kau tau kan sayang papa gimana, nggak mungkinlah papa berbuat begitu kepada gadis sepantaranmu." Ia berdalih.
"Bohong." Rayana mengerjap cepat. "Itu tidak benar," katanya sambil terisak. Berusaha melepaskan diri dari ikatan itu namun gagal. Alhasil air matanya pun tumpah ruah lagi dan lagi.
"Aku nggak nyangka Raya, ternyata kau seperti ini. Kukira selama ini kau wanita yang polos dan lugu. Ternyata aku salah. Kau bahkan lebih busuk dari sampah," umpat gadis yang bernama Bella itu padanya. "Selama ini aku mencoba menerimamu sebagai temanku juga sebagai saudariku, yah meskipun aku nggak pernah bisa menerimanya, tapi ternyata kau begini dibelakang ku. Cihh." Dia menatap jijik kepada Rayana.
"Bel, ini nggak seperti yang kau pikirkan. Aku nggak mungkin melakukannya terlebih dahulu. Dia yang paksa aku, Bel," ucapnya berusaha membela diri. Ia berusaha menunjuk papa Reynhard, namun tangannya tak bisa bergerak karena ikatan itu.
"Jadi maksudmu apa, ha? Kau menuduh papa aku yang memulai?"
Rayana mengangguk sambil air matanya tetap menjuluri pipinya, hingga sampai ke belakang telinganya. Ia bisa merasakan kalau air itu sudah membanjiri rambutnya.
"Tidak. Itu sangat tidak mungkin. Aku mengenal papa aku. Papa aku orangnya sangat baik, nggak akan mungkin dia melakukan hal sekotor itu kalau bukan karena ada orang lain yang menggodanya terlebih dahulu. Dasar gadis pembawa sial," makinya kepada Rayana.
"Assist, jangan keras-keras. Nanti ketahuan sama mama kamu," ucap papa Reynhard.
"Biarkan saja, pa. Biar dia dihukum sekalian, senggaknya dia tau gimana sifat asli anak kesayangannya ini. Selama ini kan dimata wanita itu, gadis ini sangat murni. Jadi biarkan saja, pa," timpalnya lagi.
"Apa kamu nggak kasihan, sayang sama dia. Nanti dihukum oleh mama Indi, kamu mau dia menderita?" Entah apa lagi niat lelaki yang bernama Reynhard itu.
"Lihat dan dengar baik-baik. Papaku bahkan masih membelamu, bahkan ia berusaha menutupi kegilaan yang kau ciptakan ini. Inikah balasanmu atas kebaikannya?"
"Tidak, Bel. Itu salah, Bel. Tolong percaya padaku, Bel. Aku bukanlah orang yang seperti itu. Dia yang memaksa aku," ucapnya dengan terisak-isak.
"Kamu lebih percaya dia atau papa, sayang?" Reynhard memotong pembicaraan Rayana. Kemudian ia tersenyum puas karena merasa bahwa Bella lebih mempercayai dirinya.
"Yuk, bantu papa membuka ikatannya," ajak papa Reynhard kepada anak gadisnya itu.
"Biarkan saja, pa. Biar tau rasa dia sekalian." Bella sudah sangat membenci Rayana sejak dia melihat kejadian yang sangat tidak mengenakkan dipandang ini. Sampai-sampai ia gelap mata dengan semua keadaan yang dia lihat. Menurutnya Rayanalah yang memang bersalah.
"Sayang, nanti kalau dilihat mama gimana? Bisa-bisa dia dihukum. Kamu mau? Tolong ya, dengarkan papa. Papa mohon," sergahnya.
"Apaan sih, pa? Kenapa papa malah memohon demi dia. Iya, iya, deh. Aku bantu," ucapnya cemberut. Dan langsung naik ke atas kasur.
"Ya, Tuhan terimakasih. Seenggaknya masih mau mereka untuk melepaskan ikatan ini." Rayana membatin didalam doanya.
Mereka berdua kemudian meninggalkan Rayana yang masih lemah sambil memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kamar. "Auw," pekiknya saat melangkah karena merasakan perih yang amat sangat di daerah kewanitaannya. "Aduh, sakit banget," Rintihnya.
Kembali lagi air matanya tumpah tanpa seijin darinya. "Dasar lelaki brengsek, entah mengapa mama mau menikahinya. Malah aku yang jadi korban begini. Tega-tegabya dia melimpahkan semua kesalahan padaku."
Rayana terduduk lemas ditepian Ranjang, belum sempat ia memakai semua pakaiannya, masih ada yang tersisa ditangannya. "Mama, kau dimana? Apakah kau juga nanti menyalahkan ku bila kau tau semua ini? Apakah kau juga akan seperti mereka?"
"Raya, Raya, kau kenapa? Hei, Raya, bangun!" Ardi mengguncang-guncang tubuh istrinya itu sambil memanggil-manggil namanya. "Kenapa kau menangis, Ray? Kau mimpi apa?"
Rayana masih saja belum bangun dari mimpi buruknya. Air matanya menetes membasahi rambutnya yang tergerai diatas bantal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
BELVA
absen di hari minggu
2021-02-07
0
Tyas
kok papa tiri begini.apa suami rayana tw
2021-01-15
1
🕊️ℰʀᷞᴠͥɪͦɴᷠᴀⷹªᶰᵃᵗᵃˢʸᵃ🕊️
Astagaaaaaaaaa
2021-01-11
1