Di perusahaan Javier Alexander.
Sepulang dari pertemuan Javier dan Pak Handoko, dia sama sekali tidak memerintah Alea sesuka hati lagi. kali ini dia bersikap hangat, tidak ada wajah angkuh dan dingin. Yang ada hanyalah senyuman hangat, membuat Alex dan Andre heran, seperti saat ini.
"Lo kenapa senyum-senyum terus?. Sudah dapat calon istri lo?". Tanya Alex yang sedari tadi merasa heran dengan sahabat sekaligus bosnya itu.
"Ia, lo kenapa si?. Lo gak sedang kasmaran kan?". Tutur Andre yang sedari tadi juga merasa bingung dengan tingkah Javier yang tidak berhenti tersenyum sejak tiga jam yang lalu.
"Ah, gue sangat senang hari ini. Mau gue traktir ke club ga?" Tanya Javier dengan wajah seyum hangatnya. Seolah melupakan karakter dingin yang sudah melekat pada dirinya.
"Wah... Sepertinya bos kita menang tender". Tutur Andre sembari menatap Alex.
"Yah begitulah. Lo tau gak, tadi gue bertemu dengan Tuan Handoko, kalian tau gak hasilnya apa? hasilnya sangat memuaskan. Tadinya gue pikir beliau menolak kerjasama dengan kita, tapi semua di luar dugaan, dia dengan senang hati menerima tawaran gue. Kalian tau sendiri kan bagaimana selektifnya Tuan Handoko dengan setiap calon kliennya. Ini semua berkat Alea". Tutur Javier sambil menatap kosong kedepan masih dengan senyuman kebahagiaan".
"Alea?". Tanya Alex dan Andre secara bersamaan.
"Ia, berkat dirinya Tuan Handoko menerima kerjasama dengan kita. Alea dengan kecerdasan yang dimiliknya dia mampu meyakinkan Tuan Handoko". Jelas Javier dengan wajah yang sulit di artikan oleh kedua sahabatnya itu. Namun hal itu tidak membuat Alex dan Andre kehilangan pikiran,
"Lo udah nyaman ya sama sekretaris lo itu?. setau gue empat hari yang lalu lo menyuruh Alea mengundurkan diri hanya karena dia terlambat 30 menit setelah makan siang, apa sekarang lo udah berubah pikiran?". Tanya Alex dengan senyum mengejek. Yah, saat itu Alex tidak sengaja mendengar perdebatan kecil Alea dan Javier ketika Alex hendak ke ruangan Javier. Bukannya masuk, dia justru mendengarkan Perdebatan sahabatnya itu dengan sekretarisnya.
"Sialan lo". Javier melemparkan pena pada sahabat yang sudah di anggap sodara olehnya.
"Itu hanya kebetulan saja, gue yang memenangkan tender itu, dia hanya penengah disana. Ya, anggap saja dia hanya figuran saat itu". Terang Javier dengan wajah angkuhnya. Ya, Javier kini mulai menunjukkan wajah angkuhnya jika itu mengenai keberhasilan yang di bantu oleh orang lain.
"Ya.. Ya.. Ya.. Terserah lo deh. Yang jelas lo harus traktir kita malam ini di tempat biasa". Jawab Andre dengan memutar bola matanya merasa jengah dengan keangkuhan Javier.
"Pasti". Tutur Javier sambil tersenyum.
"Lo harus berterimakasih sama Alea. Minimal ajak bersamanya ke club". Usul Andre yang di setujui oleh Alex.
"Gak, kalian gak lihat penampilannya itu?. Dia gak mungkin menyukai tempat seperti itu. Dia sangat cupu. Kalo bukan karena dia cerdas gue gak mau jalan sama sekretaris cupu seperti dia". Terang Javier dengan wajah datarnya.
"Wah, gila lo. Jadi lo terima kerja dia disini itu karena apa?. Sejak awal kan lo udah tau penampilannya. Kalo lo tidak suka dengan penampilannya kenapa lo tolak aja lamarannya waktu itu?". Tanya Alex dengan wajah penasaran.
"Ah, sudahlah. Mau gue traktir gak?". Javier mengalihkan pembicaraan, dia tidak ingin memberitahu alasan kenapa dia menerima Alea menjadi sekretarisnya. Baginya Alea hanyalah mainan dalam perusahaan. Jika merasa jenuh dia akan membuat kesal Alea, dan jika suasana hatinya tenang maka dia akan mendiamkan Alea. Begitulah Javier.
"Tentu saja mau. Kita akan merayakan keberhasilan perusahaan kita. Gue duluan ya, mau sekalian ajak Naura". Jawab Andre dengan bahagia, membuat Javier dan Alex menggeleng-gelengkan kepala.
"Vir, gue mau ngomong sama lo". Alex membuka pembicaraan setelah beberapa saat diam pasca kepergian Andre dan hanya Javier yang sedang asiknya memainkan jarinya di atas laptop miliknya.
"Mau ngomong apa?".
"Vir, apa lo udah ketemu sama dia?". Tanya Alex ragu-ragu. Dia paham betul perasaan Javier jika harus membahas masalah sensitif, dan dia harus menunggu Andre pergi karena dia juga tau jika sahabat satunya itu tidak akan mendukung dirinya.
"Gue gak mau bahas tentang dia Lex. Suasana hati gue lagi tenang sekarang". Jawab Javier dengan wajah datarnya.
"Tapi paling tidak lo harus mendengarkan penjelasan dia Vir". Tutur Alex yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari bos sekaligus sahabatnya itu.
"Gue udah bilang Lex jangan bahas dia. Jangan ubah gua jadi bad mood. Atau lo udah bosan kerja sama gue, ha?. Lo boleh mengundurkan diri". Tutur Javier dengan wajah yang emosi.
"Baiklah, terserah lo saja. Pikirkan baik-baik ucapan gue ini. Mungkin lo akan berubah pikiran". Tutur Alex dan dia mulai berlalu berlalu pergi meninggalkan Alex dengan kemarahannya.
*****
Di sebuah club Golden
Terdengar suara musik yang sangat kertas. musik DJ yang kuat membuat orang yang berada di dalamnya bergoyang. Ada pula yang sedang asiknya meminum alkohol, dan ada pula yang sedang menikmati gemerlapnya dunia malam dengan menggoda wanita pekerja malam di tempat itu.
Sedangkan dalam ruangan VVIP, ada tiga orang pria yang sedang menikmati minumannya dan di temani oleh dua wanita. Meraka adalah Javier, Alex, dan Andre serta Naura kekasih Andre bersama salah seorang wanita pekerja dalam club malam itu. Wanita itu menemani Alex, sedangkan Javier hanya asik dengan minuman bersodanya.Ya, Javier tidak suka meminum alkohol meski hampir tiap malam mereka menghabiskan malam di club.
Javier terus meminum minumannya hingga habis. Dia meletakan gelas minumannya yang telah kosong dan berinisiatif untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari.
"Gue duluan ya. Gue udah beresin semuanya. silahkan nikmati". Javier mulai beranjak pergi menyisakan empat orang yang masih asik menikmati suasana gemerlapnya dunia malam.
******
Javier melangkah keluar dari club sambil membetulkan jas miliknya, dan tiba-tiba saja..
'Bug.
Javier menabrak seseorang di club itu.
"Ma----". Javier tidak melanjutkan ucapannya, dia terkejut dengan seseorang yang di tabraknya itu.
"Wah, ternyata Tuan Javier Alexander. Senang bertemu dengan anda Tuan Javier Alexander". Sapa seseorang itu, seseorang yang sangat di benci oleh Javier. Dia adalah Aditya Pratama, seorang pria sombong yang menjadi salah satu alasan Javier bersikap dingin dan angkuh serta tak kenal ampun pada seseorang yang berusaha menjatuhkan dirinya. Javier tidak menjawab orang itu, dia berlalu pergi dengan perasaan marah yang berkecamuk di hatinya. dia mengeratkan rahangnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hm, dasar aneh". Aditya bermonolog sambil menaikan kedua bahunya.
*******
Sementara di tempat lain di kediaman Alea. Alea sudah tertidur pulas hingga masuk ke alam mimpinya, sampai suara dering di ponsel membangunkan dirinya membuat matanya terpaksa untuk terbuka.
Drt... Drt... Drt...
"Siapa sih?" Alea mengambil kacamatanya yang di letakan di atas nakas. Matanya seketika membulat melihat siapa yang sedang menelpon dirinya. Bos kura-kura. Ya, dia adalah bos Alea, Javier Alexander.
Bos kura-kura Is calling...
"Hal---".
"Kenapa kamu kembali ha? Untuk apa?. Untuk memporak-porandakan hidupku lagi?. Apa kau tau? Aku sangat muak denganmu. Aku membencimu. Hiks... Hiks... Hiks...". Javier mulai terisak tanpa menyadari siapa yang sedang dia hubungi. Javier sedang mabuk, ini pertama kalinya dia menyentuh barang haram itu setelah tanpa sengaja dia bertemu dengan orang yang menjadi alasannya berubah.
Sementara Alea menatap bingung ponsel miliknya guna memastikan dia tidak salah melihat dan mendengar.
"Mengapa dia menangis?. Ini sudah kedua kalinya dia menangis sambil menelponku. Apa kekasihnya mencampakkan dirinya?". Alea bermonolog dengan sambil menatap ponsel miliknya yang ternyata masih tersambung dengan Javier.
"Astaga, dia masih saja menangis". lanjut Alea yang telah sadar jika ponselnya masih tersambung dengan Javier.
"Halo, pak, Apa bapak mendengarku?. Bapak dimana sekarang?. Apa bapak baik-baik saja?". Tanya Alea dengan wajahnya yang mulai gusar.
"Kenapa suaranya berubah jadi suara si Mata Empat?". Javier mulai meracau dengan heran, di lihatnya ponsel miliknya dan mengocok matanya perlahan untuk memastikan nama yang tertera pada panggilannya, dan betapa terkejutnya Javier jika yang baru saja di hubunginya adalah Alea, sekretarisnya Mata Empatnya.
"Ah, sialan". Javier membuang sembarang ponselnya di atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.
*Dede...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Eti Guslidar
hhhhhh maluuuuuu
2021-01-22
2
IThinkThatILoveYou
Harusnya ponsel ituh jangan dicampak di atas tempat tidur loh. Campakkan aja diluar jendela . Baru bikin seru nihhh hahaha😂😂😂
2020-10-28
2
Dahfianda Irsandi
😍😍nah kena batunya tu thor lanjut
2020-10-28
1