Lindungan sangat suami

Pagi yang baru menyapa Evelyn dengan kehangatan. Ia menggeliat pelan dalam pelukan Jazziel, merasakan dekapan erat suaminya yang tak ingin melepasnya. Sejak malam pertama mereka bersama, tidur dalam satu ranjang sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, ada satu hal yang selalu menemani Evelyn setiap malam selain Jazziel—boneka Moci Strawberry kesayangannya.Ah, boneka ini juga yang membuat Jazziel tak bisa memeluk Evelyn leluasa karna terhalang si Moci, si boneka Mochi beraroma strawberry.

Boneka itu kini terselip di antara mereka, terhimpit oleh tubuh Jazziel yang sejak tadi enggan melepaskan Evelyn dari pelukannya. Evelyn membuka matanya perlahan dan mendapati wajah tampan Jazziel begitu dekat. Napas suaminya terasa hangat di wajahnya, dan tangan lelaki itu masih erat melingkar di pinggangnya.

“Mmhh…” Evelyn mengerang pelan, mencoba bergerak, tetapi Jazziel malah mengeratkan pelukannya lebih erat.

“Jangan bangun dulu,” gumam Jazziel dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Evelyn mengerjap pelan, mengangkat wajahnya sedikit untuk menatap suaminya. “Tapi kita harus ke sekolah, Kak Ziel.”

Jazziel membuka matanya sedikit, lalu menatap istrinya dengan tatapan lembut bercampur malas. “Sekolah bisa menunggu… Aku masih ingin memeluk istriku.”

Evelyn mengerucutkan bibirnya, lalu meraih boneka Moci Strawberry yang terselip di antara mereka. “Kalau begitu, Eve akan memeluk Moci saja.”

Jazziel mengangkat alisnya, lalu dengan gerakan cepat, ia merebut boneka itu dan melemparkannya ke ujung ranjang. “Kamu punya aku. Tidak perlu boneka.”sebal sekali rasanya ketika memeluk Evelyn rasanya kurang puas walaupun mereka tidur satu ranjang tapi terhalang si Mochi.

Evelyn terperangah. “Kak Ziel! Itu Moci kesayangan Eve Aaaaa.....!” Ia mencoba meraih bonekanya, tetapi Jazziel kembali menariknya ke dalam pelukan.

Jazziel terkekeh, lalu mengecup puncak kepala Evelyn. “Aku lebih besar, lebih hangat, dan lebih nyaman daripada boneka itu.”dan meninju boneka Moci Evelyn.

"Ih kak Ziel nakal" kesal Evelyn.

"Mochi yang nakal.sayang, bikin aku tiap tidur ngak puas meluk kamu gara-gara terhalang Mochi.

Evelyn mendengus kesal, tetapi pipinya memerah. “Tetap saja, Moci selalu menemani Eve tidur.Kan sekarang Eve sudah tidak tidur bersama Mommy jadi gantinya ada Mochi. ”

Jazziel memutar bola matanya. “Sekarang kau punya suami yang bisa memelukmu setiap malam. Kasihan Moci kalau terus-terusan menjadi penghalang.”

Evelyn cemberut. “Tapi aku sayang Moci…”

Jazziel akhirnya menghela napas, lalu melepaskan pelukannya sedikit. Ia meraih boneka Moci yang tergeletak di ujung ranjang dan menaruhnya di dada Evelyn. “Baiklah, kamu boleh memeluknya sebentar. Tapi hanya lima menit.”

Evelyn tersenyum puas. “Terima kasih, suami yang baik.”

Jazziel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah manja istrinya. “Ayo bangun, atau kita akan terlambat.”

Setelah akhirnya bangun dan bersiap, mereka turun untuk sarapan. Evelyn menikmati roti panggang selalu coklat dan susu hangat, sementara Jazziel lebih memilih kopi hitam seperti kebiasaannya.

Saat Evelyn menyuapkan potongan terakhir rotinya, Jazziel mengulurkan tangannya untuk menghapus remah yang tersisa di sudut bibir istrinya. Evelyn terdiam sejenak, lalu tersenyum malu.

“Kamu selalu seperti anak kecil,” Jazziel berkomentar sambil tersenyum kecil.

Evelyn meringis. “Aku tidak seperti anak kecil! Aku hanya… suka manis.”

Jazziel mencubit hidungnya pelan. “Tapi tetap saja, aku harus merawat istriku dengan baik.”

Setelah sarapan, Jazziel menggenggam tangan Evelyn dan membawanya ke mobil mereka. Perjalanan ke sekolah terasa menyenangkan karena Jazziel selalu memastikan istrinya nyaman.

 

Kehidupan di Sekolah

Ketika mereka tiba di Alaric High School, semua mata langsung tertuju pada mereka. Jazziel dan Evelyn memang bukan pasangan biasa. Semua orang tahu bahwa Jazziel adalah pewaris sekolah ini, dan Evelyn adalah gadis yang ia pilih untuk menjadi istrinya.

Sebagian orang mengagumi mereka, tetapi ada juga yang iri. Salah satunya adalah Clarissa dan gengnya.

Begitu Evelyn melangkah di koridor, Clarissa langsung menghampiri dengan senyum sinis. “Oh, lihat siapa yang datang. Nyonya Jazziel.”

Evelyn menghela napas. Ia sudah lelah menghadapi Clarissa setiap hari. “Apa lagi, Clarissa?”

Clarissa melipat tangannya. “Aku hanya ingin tahu, bagaimana rasanya menikah dengan pewaris sekolah ini? Apa kau tidak takut dia akan bosan dan meninggalkanmu?”

Evelyn mengepalkan tangannya. Sebelum ia sempat menjawab, Jazziel sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam.

“Clarissa,” suara Jazziel terdengar dingin. “Jangan coba-coba berbicara buruk tentang istriku.”

Clarissa menelan ludah. Ia tahu Jazziel bukan orang yang bisa dianggap remeh. Namun, ia tetap berusaha menjaga gengsinya. “Aku hanya bercanda.”

Jazziel menatapnya tajam. “Bercanda atau tidak, jangan pernah ganggu Evelyn lagi.”

Clarissa akhirnya memilih mundur, pergi bersama gengnya. Evelyn menatap Jazziel dengan rasa terima kasih.

Jazziel meraih dagu Evelyn, menatapnya lembut. “Kau baik-baik saja?”

Evelyn mengangguk. “Aku hanya lelah dengan mereka.”

Jazziel mengusap rambutnya. “Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu.”

Evelyn tersenyum kecil. “Terima kasih, Jazziel.”

Jazziel mengecup keningnya lembut. “Ayo, kita masuk kelas.”

 

Sepanjang hari itu, Jazziel selalu berada di dekat Evelyn. Ia bahkan menemaninya saat istirahat dan memastikan Evelyn tidak diganggu oleh siapa pun.

Di kantin, Evelyn duduk bersama sahabatnya, Luna.

“Jazziel benar-benar protektif, ya,” kata Luna sambil mengunyah makanannya.

Evelyn tersenyum malu. “Dia hanya tidak ingin aku diganggu.”

Luna terkekeh. “Aku tahu. Tapi kau beruntung memiliki suami yang sangat mencintaimu.”

Evelyn mengangguk. Ia menatap Jazziel yang duduk di sampingnya, dengan tangan yang selalu menggenggam tangannya.

Jazziel menoleh dan tersenyum. “Ada apa?”

Evelyn menggeleng. “Tidak, aku hanya merasa beruntung.”

Jazziel menatapnya dalam, lalu mengecup punggung tangannya. “Aku yang lebih beruntung.”

Luna tertawa kecil. “Astaga, kalian terlalu manis!”

Evelyn tersipu, sementara Jazziel hanya tersenyum bangga.

 

Sepulang Sekolah

Setelah sekolah usai, Jazziel membawa Evelyn pulang ke mansion mereka. Ia tidak ingin istrinya terlalu lelah, apalagi setelah hari yang melelahkan di sekolah.

Begitu sampai di kamar mereka, Evelyn langsung melemparkan dirinya ke tempat tidur dan memeluk boneka Moci Strawberry-nya.

Jazziel duduk di tepi ranjang, menatapnya dengan ekspresi geli. “Lelah?”

Evelyn mengangguk pelan. “Aku ingin tidur…”

Jazziel menarik selimut dan menyelimuti Evelyn dengan lembut. “Tidurlah. Aku akan menjagamu.”

Evelyn menatapnya dengan mata mengantuk. “Kau tidak akan pergi, kan?”

Jazziel tersenyum. “Tentu saja tidak.”

Evelyn tersenyum puas, lalu memeluk Moci dan Jazziel sekaligus sebelum akhirnya tertidur.

Jazziel menatap istrinya yang tertidur dengan damai. Ia mengusap lembut pipi Evelyn sebelum mengecup keningnya.

“Aku akan selalu menjagamu, Evelyn,” bisiknya.

Ia lalu berbaring di samping istrinya dan memeluknya, memastikan bahwa gadis itu tidur dengan nyaman dalam pelukannya.

Dan malam pun berlalu dengan damai, seperti malam-malam sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!