Pagi di mansion keluarga Jazziel terasa begitu cerah dan segar. Matahari bersinar lembut, burung-burung berkicau riang di halaman, dan angin bertiup sepoi-sepoi, membawa aroma bunga yang sedang bermekaran. Hari ini, Evelyn sangat bersemangat. Mereka akan pergi piknik, sesuatu yang sudah lama ingin ia lakukan bersama Jazziel.
Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Mommy tidak bisa ikut serta karena harus menemani Daddy dalam perjalanan bisnis, jadi sebagai gantinya, Winston, kakak laki-laki Evelyn, akan menemani mereka.
Evelyn sedang sibuk mempersiapkan perbekalan di dapur bersama para pelayan. Dengan celemek kecil yang melingkar di pinggangnya, ia dengan hati-hati menyusun sandwich dan menata buah-buahan di dalam keranjang piknik.
Jazziel yang baru turun ke dapur langsung terkekeh melihat istrinya yang sibuk berkutat dengan makanan. Ia menyandarkan diri di ambang pintu, menyilangkan tangan di dada, dan memperhatikan Evelyn dengan tatapan lembut.
"Kau serius ingin menyiapkan semuanya sendiri?" tanya Jazziel dengan nada menggoda.
Evelyn menoleh dengan pipi sedikit merona. "Tentu saja! Eve ingin piknik yang spesial!"
Jazziel melangkah mendekat dan mengacak rambut Evelyn dengan gemas. "Apa pun yang kau buat pasti terasa spesial, sayang."
Evelyn tersenyum malu. Ia tahu Jazziel tidak sering mengatakan hal-hal romantis, jadi saat pria itu mengatakannya, hatinya langsung meleleh.
Tak lama kemudian, Winston muncul di dapur dengan gaya santainya. Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung, dipadukan dengan celana chino krem. Dengan tubuh tinggi dan wajah tampannya, ia terlihat seperti model yang siap tampil di majalah fashion.
"Jadi, kita sudah siap?" tanya Winston sambil melirik ke arah keranjang piknik.
Evelyn mengangguk dengan penuh semangat. "Iya! Eve sudah menyiapkan semuanya!"
Jazziel menoleh ke Winston dengan tatapan datar. "Kenapa kau ikut?"
Winston terkekeh. "Mommy menyuruhku mengawasi kalian. Lagipula, aku juga ingin bersantai sebentar."
Jazziel hanya mendengus kecil sebelum menggandeng tangan Evelyn. "Ayo berangkat sebelum si tukang usil ini mengganggu rencana kita lebih lama."
---
Mereka tiba di sebuah taman luas yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Di tengah taman itu ada sebuah danau kecil dengan air yang jernih, dikelilingi oleh pepohonan rindang yang memberikan keteduhan. Evelyn memilih tempat yang paling nyaman di bawah pohon besar, dengan pemandangan langsung menghadap ke danau.
Jazziel membentangkan tikar piknik, sementara Evelyn mulai mengeluarkan makanan dari dalam keranjang.
"Winston, bantu aku menuang jus ke dalam gelas," pinta Evelyn.
Winston dengan sigap mengambil botol jus dan menuangkannya ke dalam gelas-gelas plastik. Jazziel hanya duduk bersandar di pohon dengan santai, memperhatikan Evelyn yang sibuk mengatur makanan.
"Kau benar-benar seperti ibu rumah tangga," komentar Jazziel sambil tersenyum kecil.
Evelyn langsung memanyunkan bibirnya. "Aku hanya ingin memastikan semuanya sempurna!"
Winston tertawa pelan. "Tenang saja, adikku yang manja ini memang suka mengurus hal-hal kecil."
Evelyn langsung mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak manja!"
Jazziel dan Winston saling bertukar pandang sebelum tertawa bersamaan.
Mereka mulai menikmati makanan sambil mengobrol santai. Evelyn sesekali menyuapkan potongan buah ke mulut Jazziel, sementara Winston hanya menggeleng melihat betapa manisnya pasangan itu.
"Kalian benar-benar pasangan yang aneh," komentar Winston.
Jazziel menatap Winston dengan santai. "Maksudmu?"
"Biasanya pasangan yang sudah menikah masih akan menjaga jarak jika mereka menikah muda. Tapi kalian berdua seperti pasangan yang sudah bersama selama bertahun-tahun."
Evelyn tersenyum kecil, lalu bersandar ke bahu Jazziel. "Kan Evelyn sama kak Ziel udah kenal dari kecil. Gimana sih kak Wins"
Jazziel menoleh ke arah Evelyn dan menatapnya dalam-dalam. Ada sesuatu di matanya yang sulit dijelaskan, sesuatu yang lebih dari sekadar kasih sayang biasa.
"Aku juga sangat menyayangimu," jawab Jazziel dengan suara rendah, membuat wajah Evelyn langsung merona.
Winston menghela napas panjang. "Ya ampun, aku jadi merasa seperti orang ketiga di sini."
"Makanya lo cari istri" ujar Jazziel.
"Istri dari hongkong, ah lu." balas Winston.
Evelyn tertawa kecil dan akhirnya mengajak Winston untuk bermain kartu bersama. Sementara itu, Jazziel hanya memperhatikan dengan ekspresi lembut. Ia memang bukan tipe pria yang suka bermain-main, tapi melihat Evelyn yang begitu bahagia, ia merasa puas.
Setelah beberapa saat bermain, Evelyn bangkit berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Eve ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar danau."
Jazziel langsung ikut berdiri. "Aku ikut."
Namun, sebelum Jazziel sempat melangkah, Winston menahan bahunya. "Biar gue yang menemani Evelyn. Lo bisa santai di sini dulu."
Jazziel menatap Winston dengan sedikit waspada, namun akhirnya mengangguk. "Jangan terlalu jauh," katanya.
Evelyn tersenyum dan mengangguk sebelum menggandeng tangan kakaknya.
---
Mereka berjalan di sepanjang tepi danau sambil berbincang ringan.
"Eve, bagaimana Jazziel setelah menikah?" tanya Winston tiba-tiba.
Evelyn terdiam sejenak sebelum tersenyum. "Aku bahagia, Kak. Jazziel mungkin terlihat dingin dan cuek menurut kakak, tapi dia sangat perhatian padaku."
Winston mengangkat sebelah alisnya. "Apa dia pernah membuatmu menangis?"
Evelyn menggeleng cepat. "Tidak pernah! Kak Ziel selalu menjaga perasaanku."
Winston tersenyum tipis. "Bagus. Kalau dia sampai menyakitimu, kakak yang pertama akan menghajarnya."
Evelyn tertawa kecil. "Evelyn yakin Jazziel tidak akan seperti itu."
Setelah beberapa saat berbincang, mereka kembali ke tempat piknik, di mana Jazziel sudah menunggu dengan ekspresi tidak sabar.
"Kalian lama sekali," protes Jazziel sambil melirik Winston dengan tajam.
Winston hanya mengangkat bahu. "Kami hanya mengobrol sebentar."
Evelyn tersenyum lebar. "Ayo makan lagi!"
Mereka kembali duduk dan menikmati sisa makanan sambil tertawa dan mengobrol.
Saat matahari mulai tenggelam, Evelyn merebahkan kepalanya di paha Jazziel, merasa sangat nyaman dan tenang. Jazziel mengusap rambutnya dengan lembut, sementara Winston hanya bisa menghela napas melihat betapa manja adiknya itu.
"Piknik ini benar-benar menyenangkan," gumam Evelyn dengan suara mengantuk.
Jazziel tersenyum kecil. "Kalau kamu suka, kita bisa melakukan ini lagi kapan-kapan."
Evelyn mengangguk pelan sebelum akhirnya tertidur dalam dekapan Jazziel.
Jazziel menatap wajah Evelyn yang tertidur dengan lembut sebelum menoleh ke Winston.
"Terima kasih sudah menemaninya hari ini," kata Jazziel.
Winston tersenyum. "Tentu saja. Evelyn adalah adik kesayanganku. Gue cuma ingin memastikan dia bahagia."
Jazziel menatap Evelyn sebentar sebelum mengangguk. "Dia bahagia. Gue ngak mungkin pernah membiarkannya merasa sebaliknya."
Winston tersenyum puas. "Bagus. Gue bakal selalu mengawasi kalian."
Dengan begitu, hari itu pun berakhir dengan damai, meninggalkan kenangan indah yang tak akan pernah dilupakan oleh mereka bertiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments