Mansion Jazziel

Cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai kamar Evelyn, menerangi wajah gadis itu yang masih terlelap di dalam pelukan Jazziel. Kepalanya bertumpu di dada bidang pria itu, sementara tangannya melingkar erat di pinggangnya, seolah tidak ingin terpisah.

Jazziel sudah terjaga sejak beberapa menit lalu, namun ia tidak berniat membangunkan Evelyn yang masih tidur nyenyak. Gadis itu terlihat begitu polos dan damai dalam tidurnya, bibirnya sedikit mengerucut, napasnya teratur, dan rambut panjangnya berantakan di atas bantal.

Jazziel menatap wajah istrinya dengan lembut, mengusap punggungnya perlahan. Betapa rapuh dan mungilnya gadis ini di dalam pelukannya, seakan-akan jika ia tidak menjaganya dengan baik, Evelyn bisa menghilang begitu saja.

Senyumnya merekah saat gadis dalam dekapannya menggumam manja, semakin merapatkan tubuhnya ke dalam pelukannya.

"Jazz… jangan pergi," Evelyn bergumam dalam tidur, suaranya terdengar seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggalkan.

Jazziel tertawa kecil sebelum mengecup keningnya lembut. "Aku di sini, sayang. Aku tidak akan ke mana-mana."

Mendengar suara Jazziel, Evelyn perlahan mengerjapkan matanya. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari posisi mereka yang begitu dekat. Saat menyadarinya, wajahnya langsung merona.

Jazziel yang melihat ekspresi itu justru tersenyum semakin lebar. "Kenapa? Malu?" godanya.

Evelyn menunduk, menyembunyikan wajahnya di dada pria itu. "Hanya… hanya sedikit."

Jazziel kembali mengusap punggung Evelyn dengan lembut. "Kita sudah tidur bersama sejak awal, Evelyn. Kau tidak perlu malu seperti ini."

Evelyn mengangkat kepalanya sedikit, menatap mata Jazziel dengan ekspresi polos. "Tapi… tetap saja. Eve masih belum terbiasa.Biasanya kan bersama Mommy"

Jazziel mendekatkan wajahnya ke wajah Evelyn, membuat gadis itu semakin gugup. "Mungkin aku harus membuatmu terbiasa," bisiknya dengan nada menggoda.

Evelyn langsung merona hebat. "Kak Ziel!" serunya dengan suara pelan, membuat pria itu tertawa kecil.

Jazziel akhirnya melepaskan pelukannya dan duduk di tepi tempat tidur, merenggangkan tubuhnya sebelum melirik Evelyn yang masih menggeliat malas di ranjang.

"Ayo, kita harus bangun sekarang. Kita akan kembali ke mansionku setelah sarapan," katanya.

Evelyn yang masih setengah mengantuk langsung mengerucutkan bibirnya. "Tapi Eve masih ingin tidur… Lima menit lagi?" pintanya dengan suara manja.

Jazziel menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kau tidak bangun sekarang, aku yang akan membawamu ke kamar mandi."

Evelyn langsung duduk tegak, wajahnya memerah. "Aku bisa jalan sendiri!"

Jazziel terkekeh sebelum beranjak menuju kamar mandi. "Aku akan menunggu di bawah. Jangan terlalu lama."

Evelyn mendesah pelan dan akhirnya turun dari ranjang, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan langkah malas.Haruskah ia mandi, ah padahal barbie uang yang ia tonton tak mandi.

---

Setelah bersiap, mereka turun ke ruang makan, di mana Mommy dan Daddy Evelyn sudah menunggu.

"Evelyn, sudah siap kembali ke mansion Jazziel?" tanya Mommy Evelyn dengan lembut.

Evelyn mengangguk, meski ada sedikit raut sedih di wajahnya. "Iya, Mommy… Tapi aku pasti akan merindukan rumah ini."

Mommy Evelyn tersenyum dan meraih tangan putrinya. "Sayang, rumah ini selalu terbuka untukmu. Kapan pun kau ingin pulang, kau bisa kembali ke sini."

Evelyn tersenyum manis, merasa lebih tenang.

Jazziel yang duduk di sebelahnya hanya diam, memperhatikan interaksi antara ibu dan anak itu. Ia tahu betapa Evelyn sangat disayangi oleh keluarganya, dan itu membuatnya berjanji dalam hati bahwa ia akan selalu melindungi gadis ini.

Setelah sarapan, mereka bersiap untuk pergi. Pelayan membawa koper kecil Evelyn berisi seragam sekolah mereka kemarin dan beberapa boneka Evelyn ke mobil, sementara Evelyn berpamitan dengan kedua orang tuanya.

Mommy Evelyn merapikan rambut putrinya sebelum berkata, "Evelyn, jaga diri baik-baik di sana, ya?"

Evelyn mengangguk pelan. "Iya, Mommy. Aku akan baik-baik saja."

Mommy lalu menoleh ke Jazziel. "Jazziel, tolong jaga Evelyn dengan baik."

Jazziel menatap ibu mertuanya dengan yakin. "Saya berjanji, Mommy. Saya akan selalu menjaga Evelyn."

Setelah perpisahan singkat, mereka akhirnya masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju mansion keluarga Jazziel.

---

Perjalanan terasa begitu nyaman. Evelyn bersandar pada bahu Jazziel, tangannya menggenggam lengan suaminya erat.

"Aku merasa seperti anak kecil yang pindah rumah," gumamnya pelan.

Jazziel tertawa kecil. "Itu karena kau memang masih seperti anak kecil."

Evelyn mendongak dengan wajah merajuk. "Aku sudah dewasa!"

Jazziel menatapnya dengan ekspresi menggoda. "Benarkah? Haruskah aku menguji kedewasaanmu?" bisiknya, membuat wajah Evelyn langsung memerah.

"Jangan ganggu Eve!" Evelyn membenamkan wajahnya ke dada Jazziel, membuat pria itu kembali tertawa kecil.

Setelah beberapa jam perjalanan, mobil mereka akhirnya memasuki area mansion keluarga Jazziel. Evelyn terbelalak saat melihat betapa besar dan megahnya rumah itu.

"Rumah Kak Ziel kok lebih besar daripada mansion Daddy!" serunya.

Jazziel tersenyum kecil. "Karna aku lebih kaya dari Daddy."

"Jadi Daddy miskin" gumam Evelyn.

"Bukan miskin sayang, Daddy kamu kaya tapi....aku lebih kaya darinya" jelas Jazziel.

"Ooh, jadi Daddy juara dua dong kaya nya! juara satunya kak Ziel! " seru Evelyn.

"Iya sayang"

Mereka berjalan memasuki mansion, dan seorang kepala pelayan wanita mendekati mereka dengan senyum ramah.

"Tuan muda Jazziel, Nona Evelyn, selamat datang kembali," sapanya dengan hormat.

Evelyn menatap wanita itu dengan bingung sebelum berbisik ke Jazziel, "Siapa dia?"

Jazziel menjawab dengan santai, "Dia Ny. Harris, kepala pelayan di sini. Dia yang mengatur semua urusan rumah tangga."

Evelyn tersenyum sopan. "Senang bertemu dengan Anda, Ny. Harris."

Ny. Harris tersenyum hangat. "Saya sudah mendengar banyak tentang Anda, Nona Evelyn. Tuan muda sangat menyayangi Anda."

Evelyn menoleh ke Jazziel dengan mata berbinar. "Benarkah?" tanyanya polos.

Jazziel hanya berdeham pelan sebelum menggandeng tangan Evelyn. "Ayo masuk."

---

Saat mereka tiba di kamar utama, Evelyn terkejut melihat betapa luas dan mewahnya ruangan itu.Ya karna kemarin-kemarin mereka masih tinggal di mansion keluarga Jazziel jadi sepulang dari mansion Alexander Jazziel memutuskan untuk membawa Evelyn untuk tinggal di mansion miliknya, dan sudah dengan persetujuan Ayah dan Bunda Jazziel.

"Ini kamarku?" tanyanya dengan mata berbinar.

Jazziel tersenyum kecil. "Kamarmu, dan kamarku."

Wajah Evelyn langsung merona. "Ki… kita tidur di kamar yang sama?"

Jazziel menatapnya dengan ekspresi datar. "Evelyn, kita sudah menikah. Kita sudah tidur bersama setiap hari. Apa kau masih bertanya hal seperti itu?"

Evelyn mengalihkan pandangannya, wajahnya semakin merah. "Tetap saja, aku masih malu…"

Jazziel menarik tubuh Evelyn ke dalam pelukannya, membisikkan sesuatu di telinganya dengan nada lembut.

"Kau lucu sekali," katanya sebelum mengecup kening gadis itu.

Evelyn menggigit bibirnya, merasa jantungnya berdetak kencang.

Malam itu, setelah makan malam, Evelyn berbaring di tempat tidur dengan Jazziel di sampingnya. Gadis itu menatap suaminya dengan mata polos.

"Kak Ziel?"

"Hm?"

"Eve suka kak Ziel…"

Jazziel tersenyum kecil sebelum menarik Evelyn ke dalam pelukannya. "Aku juga, sayang."

Dengan perasaan nyaman, Evelyn menyembunyikan wajahnya di dada Jazziel dan perlahan tertidur dalam pelukan pria yang kini menjadi rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!