GEJOLAK CINTA PERAWAN TUA
Tak terdengar alunan musik, tak ada rangkaian bunga, tak ada pelaminan, hanya sebuah meja panjang, segelintir orang terdekat yang hadir saat ini. Sebuah pernikahan sederhana yang syahdu bagiku, tapi mungkin tidak baginya.
Laki-laki muda, dengan ketampanan dan tampilan yang di atas rata-rata tiba-tiba datang melamar ke rumah kontrakan nan sangat sederhana. Ia datang melamarku, seorang gadis yang telah termakan usia, dengan wajah kusam, tampilan gadis miskin dengan kelebihan berat badan, serta tak tinggi, kulit sawo matang. Entah apa yang difikirkan laki-laki ini, tanpa ada kabar berita, datang untuk menikahi.
Aku hanya berfikir, kenapa laki-laki ini memilihku menjadi istrinya, lebih tepat lagi istri sirinya. Aku tidak pernah membayangkan akan mendapat suami muda, tampan dan kaya. Aku tidak muluk-muluk ingin mendapatkan suami, bagiku cukup yang sholeh dan bertanggungjawab sudah cukup untukku.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah berkehendak, pasti terjadi. Tapi sepolos-polosnya diriku, aku tetap menaruh kecurigaan yang besar dari maksud dan tujuan diadakan pernikahan ini.
Bahkan hanya berjarak satu minggu sejak kedatangannya, dan seminggu kemudian pernikahan ini digelar.
Ayahku senang bukan kepalang, ah ku lupa tidak hanya ayahku tapi keluargaku. Mereka senang, mendapatkan menantu muda, kaya dan tampan. Bahkan hanya dengan uang seserahan bernilai tak lebih dari dua ratus juta yang menurut keluarga besarku uang yang besar, lamaran itu mudah diterima.
Mengabaikan fakta, aku hanya dinikahi secara siri dan hanya pihak keluargaku yang tahu akan pernikahanku ini. Sedangkan dari pihak laki-laki hanya ada dua orang, yang pasti laki-laki yang sekarang menyandang status sebagi suamiku dan laki-laki lain yang tak kukenal.
Kebahagiaan itu benar-benar hadir dalam keluargaku. Aku satu-satunya anak ayah yang belum menikah sementara dua adikku sudah menggendong anak. Akupun bahagia, setidaknya dengan pernikahan ini lepaslah beban status jomblo yang kuanut selama tiga puluh lima tahun ini. Meski pernikahan ini nyatanya hanya status ataukah di atas kertas.
Akad nikah sudah dilantunkan, meski tanpa surat nikah negara resmilah aku jadi istrinya yang pada hari ini secara agama. Tak lama, akupun dibawa ke sebuah rumah cukup mewah dengan beberapa asisten rumah tangga. Tak ada komunikasi selama perjalanan, pun sampai malam menjelang, tanpa pamit laki-laki ini pergi meninggalkanku seorang diri.
Seorang asisten yang belakangan ku ketahui bernama teh neng datang menghampiri membawaku ke sebuah kamar lantai dua, untuk beristirahat.
Ia bertanya, apakah aku pembantu baru disini?. Aku menjawab dengan senyuman saja. Ya sudah tunggu tuan datang aja, begitu akhir obrolan kami dan dia berlalu kembali ke biliknya.
Aku menatap ruang kamar yang kutempati, bersyukur pada Illahi atas anugrah nikmat yang telah diberi pada hari ini, lelah dan penat membawaku terlelap dalam ruang gelap tanpa cahaya membius kesadaran ke alam mimpi.
Adzan berkumandang terdengar, mandi dan menunaikan kewajiban hamba Tuhan, merengkuh diri dalam selimut doa, menjalani takdir apa yang sedang dan akan kujalani. Bunyi ketukan pintu menghentikanku dalam persemanyaman, keluar masih dalam balutan mukena, kulihat sosok laki-laki yang kuketahui bernama Alex di depan pintu.
Dengan tatapan datar, ia berkata
"Ikut denganku "
Aku hanya mengangguk, dan keluar mengikutinya menuju ruangan dapur yang ternyata sudah ada tiga asisten rumah tangga berdiri di sana.
"Perkenalkan ini Kia, dia istri saya, dan Kia kenalkan mereka adalah orang-orang yang sudah membantu mengurus rumah ini"
Aku tersenyum dan melihat wajah-wajah mereka.
"Ada satu lagi sopir sekaligus mengurusi taman namanya pak maman, yang kemarin membawa mbak kesini, ikut aku"
Sebuah kertas disodorkannya padaku,
"Bacalah"
ucapnya tanpa memandangku.
Aku membaca dengan seksama poin-poin yang tertulis di sana. Aku terhenyak ternyata dugaanku tidak salah, pernikahan ini hanya menjadi pernikahan rahasia dan pengubah statusku saja. Tanpa ada hak suami istri seperti yang rumah tangga lainnya.
"Sudah mbak baca semuanya"
"Saya pikir cerita pernikahan seperti ini hanya ada di novel-novel saja tak kusangka saya sendiri mengalaminya"
"Aku memberikan jatah bulanan, untuk keperluan belanja, gaji karyawan di sini, dan keperluan ini itu, fasilitas rumah ini juga silahkan digunakan, manfaatkan selama mbak jadi istri saya, namun maaf saya tidak bisa membuat mbak benar-benar menjadi pendamping hidup karena pernikahan kita hanya pernikahan nadzar yang telah terlanjur saya ucapkan, saya juga tidak menyangka mbak belum menikah karena tampilan mbak sudah sangat ibu-ibu "
Aku tersenyum kecut mendengarnya, apa yang dikatakannya memang fakta. Di wajah ini, guratan itu sangat terlihat nyata dan tak bisa disembunyikan.
"Terima kasih sudah menikahi saya, setidaknya status ini melepaskan masa lajang saya yang sudah lama, meski bukan pernikahan seperti ini yang saya harapkan, tapi saya tetap bersyukur apapun keadaannya "
Ucapku tetap tersenyum, yah bagaimanapun aku wajib bersyukur melepas masa lajang berarti melepas pergunjingan yang selama ini melekat dalam diriku. Gadis tualah, tak laku lah, terlalu memilih, dan banyak kata-kata lainnya yang intinya membuatku jengah.
"Saya akan jarang pulang, karena saya punya rumah selain ini, masalah nafkah lahir mbak tidak perlu khawatir, saya akan memenuhinya"
"Terima kasih sekali lagi, atas semuanya"
"Silahkan tanda tangan di sini"
Tanpa ragu kububuhkan tanda tangan disana, di atas matrai 6000. Resmilah kini, pernikahan ini hanya sebuah pernikahan kontrak yang masa berlakunya satu tahun lamanya. Aku selalu mencoba tersenyum dalam berbagai keadaan, kehidupan tanpa kemewahan membuatku selalu menyadari sisi di mana hati ini harus diletakkan.
Tak terasa pernikahan ini sudah dijalani dua bulan lamanya, dua bulan pula aku tak pernah melihat sosok yang disebut suami itu. Sejak menyodorkan kertas kontrak dia menghilang tanpa kabar dan jejak. Dan seperti pesannya, aku benar-benar memanfaatkan apa yang telah diberikan olehnya. Wajah ini, tubuh ini benar-benar diolah menjadi sosok yang berbeda, perawatan tubuh untuk menjadikan wajah dan tubuh indah kujalani, hasilnya tak mengecewakan.
Bibir ini pun tak lagi hitam, merah merona, wajahpun tak lagi kusam, tubuhpun tak lagi gendut sudah ideal hanya tinggi badan yang tak mampu kunaikkan, maklum sudah mentok.
Kegiatanku hanyalah membuat rumah menjadi lebih hijau, aku menanam sayur-sayuran di taman belakang yang diletakkan di dinding tembok, bunga, bercengkrama dengan para asisten rumah tangga, berlibur bersama di taman, dan sesekali melukis alam serta menulis catatan takdir hidup yang kujalani.
Hingga tanpa sengaja membaca sebuah berita di salah satu media online. Kabar laki-laki bernama Alex yang tak lain suamiku, bertunangan dengan salah satu artis papan atas tanah air. Meski hanya pernikahan siri dan rahasia, tapi wanita mana yang tak menangis melihat suaminya bersama wanita lain terpampang nyata.
Malam itu, akupun menangis dalam peraduan sajadah menumpahkan keluh kesah pada Sang Khaliq.
"Ya Robbku, Engkaulah Maha sebaik-baik rencana, hamba yang dhoif ini tak mengetahui apa rencanaMu. Hamba senantiasa bersujud kepadaMu mengharapkan yang terbaik dari pernikahan ini, menjadi keluarga yang utuh dan dalam naungan cintaMu"
"Robbku, hamba hanya berharap kepadamu, karena Engkaulah satu-satunya harapanku, tiada kuasa selain kuasaMu, Robbku apapun keputusanMu, hambaMu ini akan berusaha ikhlas menerimanya"
Lantunan ayat-ayat suci ditengah cucuran air mata berusaha kulantunkan, mengharapkan ketenangan jiwa yang tengah tergores luka.
Seminggu berlalu, dia datang saat aku sedang bersenda gurau dengan para asisten saat memanen sedang menanam bunga di taman. Dia memandangku agak lama, aku lupa saat ini sedang tidak memakai jilbab, rambutku tergerai tanpa diikat, aku tersenyum melihatnya. Hati menghangat saat ia membalas senyumanku.
"Mbak Kia"
Ujarnya ditengah keterkejutannya
"Ia, apa kabar Mas?"
Di tengah keterkejutanku dan segera kusambar jibab yang ada dikursi lalu segera mengambilkan minuman dan membawanya di atas meja makan.
"Saya fikir bukan mbak, banyak berubah, saya ke sini hanya mampir dan melihat keadaan, syukurlah semua baik-baik saja"
"Alhamdulillah semua baik-baik saja, sudah makan?"
"Belum"
"Makanan akan segera tersedia, semoga suka tunggu sebentar ya"
Ia mengangguk dan memandangku menyiapkan makanan. Tanpa banyak kata, ia menyantap makanan sederhana yang kubuat.
"Enak mas ?"
"Enak"
lagi-lagi ia tersenyum, hatiku membunga. Rasa luka itu seakan hilang sesaat, dengan senyum dan kehadirannya meski penuh kecanggungan.
"Selamat atas pertunangannya"
Tersenyum hanya itu yang mampu kulakukan dihadapannya.
"Oh ya mas, dua bulan ini saya selalu di rumah. Bolehkah saya bekerja?"
Lanjutku
"Apakah uang yang saya berikan tidak cukup"
"Lebih dari cukup alhamdulillah, tapi saya ingin ada kegiatan dan jaga-jaga kelak ketika berpisah dari mas "
"Hemm baiklah, akan saya kabari nanti, terima kasih atas makanannya, saya pergi dulu"
Aku mengangguk dan menghantar kepergiannya sampai pintu depan rumah menatap kepergiannya dengan harapan Allah membukakan hatinya untukku.
#####
Ini karyaku yang kutarik dari web sebelah, terus dukung ya
makasih ❤❤❤🤲🤲
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Utina Dewi
bagus thor...kta2 nta udh ngresap di hati
2021-11-23
0
bundanya anak
ceritanya menarik thor..smoga sukses dan banyak yh like
2021-11-04
0
ummy setiawati
siap sy dukung author
2021-08-07
0