Daniel tak pernah muncul dan memberi kabar lagi sejak hari itu, hati bertanya-tanya kemana dan mengapa, padahal masih tersisa satu minggu proses belajar mengajarnya. Dan sejak hari itu, Alex selalu pulang ke rumah saat malam.
Senang, tentu aku sangat senang, sudah beberapa malam ini dia mengujiku dengan berbagai pertanyaan dan soal, melihat sejauhmana kemampuanku. Sepulang dari kantor tanpa lelah, dia mengajakku ke perpustaakan dan kembali belajar bersamanya. Malam ini kemungkinan menjadi akhir dari pelajaran singkat yah karena sudah enam malam ini kami berkutat berdua di perpustakaan.
Penuh kecanggungan tentu, tak ada canda tawa yang ada hanya obrolan-obrolan kosakata berkaitan dunia kerja. Senyuman bahkan nyaris tak tampak diwajahnya, entah tak tau apa dan kenapa tak seperti pertemuan sebelum-sebelumnya senyumnya hilang berganti geraman nada kesal.
Aku hanya diam tak banyak bicara, karena bingung apa yang harus dikatakan dan dilakukan. Bibir ini kelu, tubuh seolah membeku, mata pun tak berani menatap dan menjawab pertanyaanpun dengan gagap. Seperti malam ini, pukul delapan malam dia memanggilku ke perpustakaan.
Menatapku sebentar, lalu menghempaskan tubuh di sofa, sepuntung rokok terhisap kuat hingga asapnya mengepul bebas. Membuat dada ini sesak menahan hingga tak tahan suara batuk-batuk pun terdengar, yah aku sangat tak suka berada di tengah-tengah orang yang merokok dan benci para perokok.
"Kenapa?"
Tanyanya tanpa menghentikan hisapan rokoknya
"Maaf tak tahan bau dan asap rokok, lebih baik mas selesaikan dulu merokoknya kalo dah selesai saya masuk kembali"
Kudengar helaan nafas berat darinya, baru beberapa langkah kaki ini melangkah menuju pintu.
"Sudah saya matikan kemarilah"
Aku menoleh, benar rokok itu telah patah ditempat pembuangannya.
"Masih ada baunya mas, saya ambil parfum dulu biar aromanya tidak tercium"
Akupun melangkah keluar untuk mengambil parfum kasturi di kamar. Namun sesampainya diperpustakaan, jendela ruangan itu telah terbuka, udara juga sudah berganti wangi maskulin tercium mengitari ruangan.
"Makasih"
Ucapku.
Dia melihat tampilanku, tak memakai jilbab, ah ya aku lupa saat kekamar mandi tadi kubasuh wajahku untuk menghilangkan bau asap rokok dan meredakan batuk yang sesaat melandaku.
"Enggak pake jilbab"
"Ketinggalan di kamar"
"Ketinggalan apa sengaja ditinggal"
"Ketinggalan"
"Mau menggoda"
"Hah"
Menggoda, sedikit pun tak terlintas di fikiran untuk menggodanya. Meskipun begitu apa salahnya juga aku tak berjilbab toh di depan suami sendiri. Aku berani tak berjilbab karena dia suami, apakah salah?.
"Nggak ada niatan"
"Oh jadi kalo sama Daniel niat dengan tawa dan bersikap manis"
"Apaan sih Mas"
kutatap laki-laki berwajah dingin itu yang menatap tajam ke arahku.
"Kau menggoda Daniel kan"
Tuduhnya
"Enggak, aku belajarnya di taman Mas bukan di ruangan tertutup, dan juga ditemani teh neng setiap kali belajar, kami tidak pernah berdua" ujarku tegas
"Lalu kenapa dia memberikan bunga padamu?"
"Mana saya tahu mas, dia tiba-tiba saja memberikan bunga. Toh saya juga tolak bunganya"
"Kenapa ditolak, bukankah kau senang" cecarnya masih dengan sikap dinginnya
"Karena saya wanita bersuami, tak pernah terfikir untuk mempermainkan pernikahan ini apalagi bermain dengan pria lain"
"Oh jadi kamu anggap saya suamimu, benarkah jadi saya bisa dong melakukan malam ini"
"Kalau bukan saya anggap suami, tak pernah berani saya menggerai rambut ini di depan mas, melakukan apa maksudnya Mas?"
Ia melirikku dan sedikit senyum tersungging di wajahnya. Ia berjalan ke arahku, duduk dekat sekali hingga wajah kami seolah tak ada jarak. Tangannya meraih daguku, kuberanikan mata ini menatapnya sungguh gerakan pria tampan ini membuat jantungku berdebar kencang.
Sesaat terlihat kami akan berciuman namun seketika ia menarik kembali dan menjauhiku. Kecewa entahlah, degup jantungku makin mengembara tak beraturan meski kini dia sudah jauh dariku.
Ia mengusap wajah kasar, berlalu meninggalkanku tanpa kata seperti biasa. Aku hanya menatapnya hingga ia menghilang di balik pintu yang tertutup.
Kutatap nanar layar hanphone, bolak balik membuka pesan atau hanya sekedar panggilan, tapi tak ada pesan yang kuharapkan. Layar kontak ku sentuh mencari satu nama yang ku rindu hadirnya. Bimbang setelah menemukan untuk memutuskan menghubungi atau tidak. Kini sudah enam bulan berlalu lagi-lagi tak ada kabar berita.
Sejak malam itu keesokan harinya aku diantar oleh pak maman ke Lampung, bekerja sebagai salah satu di kantor cabang. Selain disibukkan dengan pekerjaan saat senggang aku hanya mengecek pesan atau panggilan berharap suami yang di sana menghubungiku, namun hasilnya nihil.
"Ya Allah, ikhlaskan hati ini, jika dia benar yang terbaik untukku maka jadikan ia seutuhnya milikku, namun jika dia bukan yang terbaik untukku menurutMu maka beri hambaMu ini petunjuk untuk tak berharap dan melupakannya"
Berita mengenai Alex dan tunangannya terus hilir mudik diberbagai media, sayangnya diriku meski tau akan terluka terus mengikuti perkembangannya. Berpasrah diri akan jalan takdir yang sedang kujalani. Lagi-lagi berusaha mensyukuri dan menikmati kesendirian ini.
Menjadi jobholic membantuku melupakan apa yang seharusnya dilupakan. Meski tak ada lemburan, selalu saja kuusahakan pulang malam meski tak sampai pukul sembilan. Berharap pulang bekerja, tubuh ini tertidur akibat lelah seharian bekerja. Aku hanya tak ingin meratapi kehidupan yang sedang kujalani.
Saat libur datang, aku bersilaturahim ke rumah sanak saudara. Keluarga besarku berada di area Kabupaten Pesawaran. Mereka tau aku bersuami, tapi mereka tak pernah tau siapa suamiku. Aku mengajak beberapa sepupu-sepupuku ke pantai. Pantai Labuhan Jukung Krui, pantai yang masih alami dan bersih, menikmati tarian alam dan para peselancar menari-nari bermain ombak.
Tak banyak bicara, lebih banyak terdiam menikmati aroma lautan, indahnya pantai, berfoto-foto ria, dan makan bersama. Sambil mengenang masa lalu, saat aku masih ditugaskan bekerja di wilayah ini, setiap hari sambil bekerja menikmati surga dunia yang Allah anugrahkan.
Lautan membiru, penduduk yang ramah, teman-teman yang peduli, meski hanya sesaat tak lebih enam bulan. Aku sangat menikmati bekerja di daerah ini, meski kata orang badanku semakin kurus saat di sini, karena beban pekerjaan diluar batas kewajaran untuk seorang seperti diriku.
Berkendara, menyusuri pinggiran pantai dan perbukitan yang menghijau, jalanan berkelok laksana ular berjalan. Persawahan yang membentang luas, di daerah Pugung, batu-batu besar berjejer rapi terhantam ombak menyunggingkan senyum.
Berteriak sekencang apapun akan kalah oleh nada deru ombak yang menggebu. Kalo hanya sekedar melihat turis manca negara, Krui bisa menjadi destinasi wisata karena sudah terkenal menjadi tempat peselancang berbagai negara.
Menghilangkan beban fikiran, meski sesaat melupakan gejolak. Benar-benar ingin kunikmati perjalanan liburan kali ini.
###$$$
Alhamdulillah kelar dehh chapter 4 😁😁😁😁❤❤😍🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Teny Agustina
deket rumahku dunk
2022-01-31
0
Dessy Ghaisani
msh lanjut...
2021-06-01
0
BELVA
💞💞💞💞💞💞
2021-01-27
0