Aku berlama-lama dalam doa, berharap yang terbaik dalam kisah pernikahanku. Alex menantiku dengan gusar, beberapa kali iya mengarahkan wajahnya menengok ke dalam berharap aku segera ke luar. Tiga puluh menit berlalu aku berpamitan pada umi dan abi untuk pergi. Di dalam mobil kami tak saling tatap, cukup lama terdiam dalam keheningan.
"Kita mau ke mana?"
Tanyaku saat mobil ini membawaku menjauh dari pondok, namun tak ada jawaban.
"Tak ada lagi yang harus kita bicarakan, kecuali ucapan kata cerai darimu yang ingin ku dengar. Setelah itu kita selesai"
Ia menatap marah padaku, menghela nafas untuk mengatur emosinya.
"Akankan kita bicara di mobil ini"
Akhirnya ia bicara dengan suara tertahan.
"Kenapa tidak, toh sekali lagi tak ada yang harus dibicarakan semua sudah selesai"
"Kita akan ke villa"
"Ngapain"
"Bicara"
"Bukankah kita sedang bicara sekarang, aku sudah bilang katakan cerai padaku"
Kulihat tangannya meremas kemejanya.
"Cukup berhenti berkata cerai"
"Lalu maumu apa"
"Sudah kubilang kita bicara di villa, tidakkah kau dengar itu?"
Ia menatapku tajam, tak pernah kulihat wajah semarah itu. Meski kami tak banyak bicara, tapi setiap pertemuan kami tak pernah sampai ada kemarahan hingga seperti ini.
Hatiku juga marah, tapi kenapa dia yang marah, aku yang dipermainkan namun seolah-olah aku yang salah. Apakah semua laki-laki seperti ini, egois hanya mementingkan perasaannya sendiri. Aku istri yang tak dianggap, bahkan terkesan menjadi wanita simpanannya.
Tak ada yang tau tentang pernikahan ini kecuali keluargaku, Danial, dan orang-orang yang bekerja di rumahnya. Apa mau laki-laki ini sebenernya, lelah rasanya hatiku mengharap ketidakpastian tentang rasa hati dan status istri.
Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya sampailah kami di sebuah Villa yang cukup megah di sekitaran Puncak. Aku tak tau ini villa siapa, yang jelas saat ini aku hanya mengikuti langkah kaki panjang Alex yang sudah menatapku tajam saat aku enggan turun dari mobilnya dan kembali ke pondok.
"Masuk"
Perintahnya, akupun berjalan masuk dan hanya berdiri masih bingung memikirkan apa yang akan terjadi.
"Apa kau akan berdiri di situ, tak inginkah kau duduk?"
Aku melihatnya sesaat dan duduk di sofa panjang. Tak berselang lama, aneka makanan datang memenuhi meja.
"Kita makan, aku kelaparan"
Ia mulai melahap makanannya, dan aku terdiam saja.
"Apakah kau tak lapar?"
"Tidak"
"Berhenti keras kepala, ini sudah waktunya jam makan"
"Aku tidak lapar"
"Makan sekarang atau kau yang akan ku makan"
Tatapannya tajam, membuatku menghela nafas. Entah kenapa suaranya kali ini tak lagi terdengar lembut seperti biasanya.
Meski tak berselera, akhirnya aku makan. Tanpa suara tiga puluh menit kemudian makanan sudah dibersihkan di atas meja hanya tinggal tersisa minuman dan buah-buahan.
"Kau tidak lelah?"
Suaranya kembali melembut, apa maksudnya kali ini. Setelah marah, dengan mudahnya berganti lembut. Aku semakin tak memahami seorang Alex.
"Jawablah, kau tidak lelah"
"Tidak"
"Aku lelah"
"Apa maksudmu"
"Aku lelah dan hampir putus asa mencarimu, kenapa kau selalu pergi dariku. Padahal aku sangat membutuhkanmu"
"Apa aku tidak salah dengar?"
Ia menggeleng dan menatapku lembut
"Aku merasa kehilangan saat dirimu tak ada"
"Kau dusta Alex"
"Apa yang harus ku perbuat agar kau percaya?"
"Apakah aku harus percaya pada laki-laki yang bahkan menjadikanku seperti barang?"
"Apa kau mendengar cerita dari Danial?"
"Apakah benar aku hanya barang taruhanmu?"
"Danial mencintaimu, dia berusaha memisahkan kita"
"Tanpa Danial adapun kurasa kita juga berpisah"
"Kenapa kau lebih percaya Danial daripada suamimu sendiri?"
"Setidaknya dia jujur padaku, dan tidak menyakitiku"
"Kau fikir, kau dekat dengannya tidak menyakitiku?"
"Aku tidak ada di hatimu, mana mungkin itu menyakitkan"
"Jadi kau merasa tersakiti karena aku ada dalam hatimu?"
Seketika pertanyaannya menyadarkanku akan kesalahan kata yang kupilih, aku terdiam sesaat. Ia memengang pundakku.
"Kau tidak bisa menjawab, itu artinya kau menyukaiku, benarkan?"
Ucapnya sambil tersenyum dan tangannya meraih daguku. Kuhempaskan tangannya dan berjalan menjauhinya ke arah jendela.
"Meskipun aku menyukaimu pada akhirnya kita akan berpisah. Cinta inipun akan mati dengan sendirinya"
"Kenapa harus dimatikan, sedangkan aku juga menyukaimu. Itulah kenapa aku selalu mencarimu, karena aku merindukanmu"
Aku menatapnya tak percaya, ia mencintaiku terdengar indah namun hatiku berkata tidak mungkin. Bagaimana aku bisa percaya, laki-laki ini masih bermesra dengan pacar artisnya bahkan sudah ada pengumuman tanggal pernikahan. Mana ada wanita yang percaya dikondisi seperti ini. Pernikahan hasil taruhan, kontrak, disembunyikan dan kemudian ada ungkapan cinta terdengar bulshit bukan. Apakah anda percaya?
Aku serius, aku mencintaimu Kia, tidakkah kau merasakannya"
"Aku hanya merasakan perlakuan lembutmu hingga tanda sadar hatiku berbunga dan jatuh kepadamu, tapi aku sadari kau takkan menjadi milikku, makanya aku pergi"
"Mengapa dirimu seyakin itu?"
"Kau akan menikahi wanita itu Alex, dan tak ada wanita yang mau berbagi"
"Aku juga mencintainya, maafkan aku. Tapi aku juga jatuh cinta padamu karena kau sangat berbeda darinya"
"Lalu apa maumu?"
"Tetaplah bersamaku"
"Dan aku menjadi simpananmu heh"
"Dia sudah mengetahui jika aku telah menikah denganmu"
"Lalu"
"Dia marah awalnya, dan hubungan kami sempat renggang"
Ia mengusap wajahnya, mendekatiku. Seketika tangannya ingin menyentuh wajahku namun aku menjauh.
"Kita saling mencintai, tidak cukupkah itu jadi alasan untuk kita bersama"
"Kau laki-laki egois Alex, bagaimana bisa kau berkata seperti itu"
"Ku yakin kau juga bisa menerimannya sama sepertinya"
"Permainan apalagi yang sedang kau mainkan Alex, aku hanya ingin cerai Alex"
"Bisakah kau menerimaku"
"Aku tidak bisa Alex, jika hanya menjadi simpananmu"
"Maksudmu, kau mau bersamaku"
"Tidak, aku hanya memberi syarat"
"Apa syaratmu?"
"Berikan aku status "sah" sebagai istrimu sebelum pernikahanmu dengan wanita itu, beritahu orang tuamu, dan orang-orang agar aku tidak dianggap simpananmu, ijinkan aku tetap bekerja dan perlakukan aku dengan adil jika kau benar-benar ingin menjadi suamiku"
Ia terdiam, menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
"Aku tidak bisa memenuhi semua permintaanmu, apalagi seminggu lagi aku akan menikah"
"Maka ceraikan aku sekarang"
"Aku tidak bisa"
"Kau sangat egois Alex"
"Ia memintaku untuk tetap menyembunyikanmu"
"Lalu kau fikir kau mau aku jadi simpananmu"
"Kau bukan simpananku, kau istriku"
"Aku istri sahmu tanpa ada ikatan negara Alex, jika kau bosan dengan mudah kau meninggalkanku itulah mengapa aku minta kau menjadikanku istri sahmu tidak hanya secara agama tapi negara.
Kau tau kehidupanmu dan wanitamu itu membuatku takut itulah mengapa aku ingin kau memberi tahu banyak orang akan pernikahan kita, agar aku tak dihinakan, dianggap wanita rendahan dan perebut suami orang padahal selama ini aku menjaga diriku untuk tidak jatuh hati pada yang tidak berhak, dan tidak berpacaran, hanya kau laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta karena aku berusaha menumbuhkannya di hatiku, karena sejak kata sah terucap aku berjanji untuk mencintai suamiku.
Jika aku mengemukakan syarat adil, karena kau tau tak semua wanita bersedia menerima poligami, jikapun aku saat ini menerimanya bukan berarti aku tak merasakan sakit hati, dan yang harus kau tau aku terpaksa lebih tepatnya dipaksa menerimanya"
Ia terdiam mendengar penuturanku, air mataku tak kuasa lagi kutahan. Air mata itu mengalir deras, terisak dengab menangkup wajah. Kami dalam keheningan, hanya isak tangisku yang membuat suasana hening ini ada suara. Lama kami dalam keheningan hingga Suara adzhan asar berkumandang. Dengan langkah gontai, aku menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan sholat.
Kurajut kata-kata untuk menumpahkan segala rasa di hatiku pada Sang Pemilik. Berharap, esok hari akan jadi masa depan indahku. Dan seakan baru tersadar akan semua yang telah terucap, entah mengapa aku malah mengambil resiko di saat aku sendiri masih gamang dengan pernikahan ini. Akankah syarat yang kuajukan akan dipenuhi olehnya, aku tak tau.
Namun rasa-rasanya akupun berat jika syarat itu dipenuhi, bagaimanapun tak ada wanita yang mau berbagi suami kecuali wanita itu benar-benar hebat dalam mengatasi perasaannya sendiri.
"Kau sudah selesai?"
Suara itu menghentikanku dalam perang batin yang sedang terjadi. Aku mengangguk dan bergegas kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa.
"Bagaimana kau sudah memutuskannya?"
"Aku sudah membicarakan masalah ini dengannya"
"Lalu"
"Ia tetap memintamu untuk menyembunyikan pernikahan ini"
"Aku rasa pembicaraan ini sudah selesai Alex, aku ingin pulang"
"Beri aku waktu"
"Untuk apa?"
"Untuk memenuhi persyaratanmu"
"Aku tidak yakin kau mampu"
"Beri aku kesempatan, jika aku tak mampu memenuhinya maka kita akan bercerai"
"Berapa lama waktu yang kau butuhkan?"
"Enam bulan"
"Terlalu lama Alex"
"Kumohon percayalah padaku, dan tetaplah bersamaku selama pembuktian itu"
"Kau fikir aku akan memberimu kesempatan?"
"Ya, karena kau mencintaiku"
"Aku mencintaimu, tapi bukan berarti harus memilikimu"
"Kau punya alasan untuk bertahan"
"Apa maksudmu?"
"Orang tuamu terutama ibumu, dia jantungan bukan. Ingat aku menantu kesayangannya, dia akan syok jika kita bercerai apalagi tau jika kau yang memintanya"
"Jangan membawa-bawa kedua orangtuaku dalam masalah kita Alex"
"Karena mereka akan jadi korbannya akan keegoisanmu"
"Kau yang egosi Alex, kau ingin semua berjalan atas maumu"
"Ku mohon sekali lagi beri aku kesempatan hanya enam bulan untuk membuktikannya, kau bisa bertahan setahun ini mengapa tidak bisa hanya menambah enam bulan lagi"
"Enam bulan itu bisa jadi neraka bagiku Alex"
"Akan kupastikan tidak, percayalah haruskah aku berlutut kepadamu untuk memohon"
"Baiklah, tapi jangan pernah menyentuhku hingga kau penuhi syaratku"
"Tapi kau istriku"
"Maafkan aku, aku hanya meminta hakku sebagai istri. Kurasa itu adil untuk kondisi saat ini"
"Baiklah, tapi hari ini kau harus ikut bersamaku dan jangan pergi tanpa ijinku"
Aku mengangguk tanda setuju, kamipun berjalan pulang ke pondok. Aku berpasrah akan nasip atau takdir dari pernikahanku. Entahlah bagaimana ke depannya biar waktu yang menjawab semuanya
#####@
**Alhamdulillah ya sesuatu dah sampe chapter 10 ternyata.....
hemmmm jejak-jejak pembaca budimanaaaaa
yuksss lanjut
voteeee comeneee likeeee anddd poineeeee
loveeeee loveeee loveee you all
❤❤😍😍😁🙏🤲**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Nur Syamsi
dasar suami egois, cerai saja
2024-10-03
0
Dessy Ghaisani
masih ngikutin
2021-06-01
0
Zaza ira
salam dari "UMMY AU INGIN DIA"
2021-01-23
0