Brakkk"
Pintu kamar terbuka dengan dorongan kuat, dan sesaat kemudian muncul sosok laki-laki dengan tangan mengepal dan wajah memerah penanda marah. Aku tak terkejut dengan apa yang kulihat, seolah aku sudah menduga apa yang akan terjadi.
"Duduklah"
Dengan santai aku mempersilahkan dia duduk di sofa, dan akupun duduk di sana.
"Santai sekali sikapmu, tidakkah kau tau kesalahanmu hah"
Aku menatapnya, ia mencengkram kerah bajuku. Dan aku tetap mengikuti arah pandangnya.
"Sudah berani sekarang kau"
Cengkraman itu semakin erat, kuletakkan tanganku untuk mengusap wajahnya. Entah apa yang difikiranku, meski tau dia sedang sangat marah, senyum terhias dibibirku dan harus ku akui, aku merindukannya.
Entah keberanian dari mana, seketika bibirku mengecup pipinya. Tak pernah sekalipun aku melakukannya meski sudah setahun lebih bersamanya. Ia terkejut, mengendurkan cengkramannya dan meraih leherku, menariknya dan bibir itu meleset mengenai pipiku.
"Kenapa menolakku, bukankah kau menggodaku hemm, apa seperti ini juga kau lakukan pada Danial hah"
Kami masih saling menatap, aku menghela nafas panjang. Tanggaku ku arahkan ke pundaknya.
"Duduklah, bicaralah aku akan mendengarkannya"
"Kau selalu saja begini, melakukan sesuatu tanpa ijinku"
Dia sudah duduk disampingku tanpa mengalihkan pandangannya padaku.
"Kenapa?"
"Kau masih tanya kenapa"
"Apa kau tak sadar statusmu itu?"
"Status...."
Aku menggantungkan kata-kataku.
"Apa harus aku ingatkan,kau istriku hah?"
Ia mengeram marah, aku tersenyum.
Entah, jiwa nakalku datang darimana. Aku kembali membelai wajahnya.
"Benarkah?"
Ia lagi-lagi mengeram
"Jangan mengujiku"
"Tidak, aku tidak melakukannya"
"Lalu kenapa kau bekerja di tempat Danial"
Suaranya sudah melembut
"Karena aku menjaga diriku"
"Apa maksudmu, menjaga apa kau bahkan melanggar janjimu untuk patuh padaku, bahkan kau sering berduaan dengan si brengsek itu"
"Kau cemburu"
"Apakah kau harus menanyakan itu, mana ada suami yang tak cemburu melihat istrinya jalan dengan laki-laki lain"
"Kami profesional"
"Jangan jadikan itu sebagai alasan, sungguh tak masuk akal"
"Apakah masih masuk akal, jika aku kau sebut istrimu bukan simpananmu"
"Kau istriku"
Aku tetap tenang dan tersenyum.
"Faktanya aku simpananmu"
"Sayang, bersabarlah setelah situasi memungkinkan akan kuumumkan pada dunia bahwa kau milikku"
"Kapan?"
"Sesegera mungkin"
"Batas waktu kita tinggal 5 bulan 15 hari tuan, jangan lupa itu"
"Jangan bahas itu, akan kupastikan kupenuhi janjiku"
"Terdengar seperti nyanyian surga"
"Sayang"
Alex menangkup wajahku, ia menyatukan kening kami. Terdengar deru nafas kami yang berhembus, semakin menggebu. Tangan Alex menyusuri wajahku, hingga tiba di bibirku. Ia hendak mengecup, namun aku bangkit berdiri dan mengambil air minum di nakas.
"Kau masih ingat perjanjiannya, sampai kau belum penuhi janjimu, maka aku jua takkan melakukan apa yang menjadi hakmu"
"Kenapa kerja di tempat Daniel?"
"Bukankah sudah kubilang, aku menjaga diriku"
"Kau lebih suka bekerja di sana ketimbang dekat dan bekerja bersama suamiku"
"Tentu aku lebih senang bekerja dekat dan bersama suamiku"
"Lalu kenapa tingkahmu sebaliknya"
"Apa mereka tau aku istrimu?"
"Kenapa selalu itu yang kau masalahkan?"
"Karena itulah titik masalahnya"
"Tidak bisakah kali ini menurut saja seperti dulu, menjadi istri yang patuh"
"Aku ingin melakukannya, tapi faktanya aku terhalang statusku"
"Kembalilah bekerja di kantorku"
"Aku tak bisa"
"Jangan mendebat"
"Apa harus kujelaskan secara rinci kenapa aku tidak bisa bekerja di kantormu lagi?"
"Aku tak ingin mendengarnya"
"Tapi faktanya kau tak bisa memahami posisiku"
"Baiklah apa alasanmu"
"Sudah berapa lama aku tidak bekerja di kantormu?"
"Entahlah"
"Hampir dua bulan, setelah dua bulan menghilang tanpa kabar kau fikir itu tidak akan menimbulkan pertanyaan"
"Kau bisa menjawabnya dinas keluar kota"
"Dengan posisiku sebagai seorang staff, dinas selama itu"
Ia terdiam,
"kau hanya mencari alasan"
lanjutnya
"Tidak jawabku"
"Perusahaanmu perusahaan besar, apa yang dikatakan orang jika tiba-tiba aku kembali dan berhata hai-hai aku baru dinas ke luar, padahal posisiku hanya seorang staff, apa mereka akan percaya dengan apa yang kukatakan keluar masuk perusahaan seolah perusahaan itu miliknya"
"Besok kubuat kau jadi sekertarisku"
"Tidak semudah itu"
"Itu mudah bagiku"
"Kau benar-benar tidak memahami kondisiku"
"Lalu apa lagi yang dipermasalahkan"
"Lalu setelah aku menjadi sekertarismu semua selesai begitu"
"Bukankah tadi kau bilang senang bekerja dekat dengan suamimu"
"Apakah aku juga harus mengulang, bahwa saat ini aku tak lebih dari simpananmu"
"Cukup, aku mencintaimu dan kau istriku, kau bukan simpananku mengerti"
"Tidak"
"Cahya Kiara, jangan menguji kesabaranku"
"Elaine mengenal wajahku bukan?"
"Yah"
"Apakah setelah ia tau aku menjadi sekertarismu, kau fikir dia akan diam saja"
"Elaine akan jadi urusanku"
"Bukankah akan mudah seorang istri dari pemilik perusahaan untuk datang kapan saja dia mau?"
"Sudah kubilang Elaine akan menjadi urusanku, dan jangan jadikan dia alasan untuk kau menghindariku"
"Apakah kau pernah membayangkan, jika Elaine datang dan saat itu melihatku, kau tau apa yang kufikirkan"
Alex menatap dan meraihku dalam pelukannya.
"Aku hanya tak ingin disebut seperti saat ia menyebutku malam itu, aku bukan wanita murahan, bukan jua ******, juga bukan perayu kekasih atau suami orang, kau tau itu sangat menyakitkan dan aku tak bisa menerimanya"
Aku tak mampu menahan tangisku, bulir-bulir air itu mengucur deras membasahi kemeja putih.
"Kau tau, betapa aku menjaga diriku hingga aku tak pernah pacaran, aku berusaha ikhlas menerimamu jadi suamiku meski menjadi korban taruhan bodohmu itu, tapi aku tak menerima jika aku disebut wanita simpanan, atau pun perusak"
Aku makin terisak didadanya, ia mengusap air mataku, mencium keningku.
"Jangan mengambil kesempatan ditengah seperti ini"
"Heii aku suamimu, akan kupastikan itu tidak terjadi"
"Itu sudah pernah terjadi, dan aku tidak mau saat dia datang ke kantormu, dia akan mengatakan itu lagi dan aku jadi bahan gosip karyawanmu, aku tak mau kehilangan harga diriku. Kau harusnya faham itu kenapa aku memilih bekerja di tempatmu"
"Ya yaa aku faham"
"Aku hanya ingin menjaga namaku, namamu, kau faham itu"
"Yahhh aku faham, maafkan aku tak berfikir panjang, tapi aku takkan meminta maaf atas rasa cemburuku kau faham itu"
"Aku akan selalu menjaga diriku, tak perlu kau ragukan itu, yang harus kau pastikan adalah janjimu ingat kita tak punya banyak waktu, kecuali kau ingin perpisahan"
"Jangan bilang perpisahan, aku akan berusaha tetap sabarlah, jangan membuatku menunggu kabarilah aku, jangan buatku khawatir"
Aku menganggukkan kepala
"Aku bekerja ditemapat Danial"
"Yahh asalkan kau tak memberi hatimu dan tubuhmu padanya"
"Hatiku hanya untukmu"
Ia tersenyum dan mencium keningku
"Terima kasih"
"Apakah kau akan tidur disini"
"Ya aku merindukanmu"
"Tapi aku tak mau tidur seranjang denganmu"
"Aku akan tidur di sofa,puas"
"Kau tidak akan menyentuhku kan"
"Tidak"
"Baiklah, kau laki-laki jadi penuhi janjimu"
"Ahhh kenapa kau cerewet sekali sekarang"
"Baru tau huhhhh"
"Ya sudah tidurlah, sudah malam besok aku antarkan kau bekerja"
"Tidak"
"Jangan mendebat lagi"
"Ok"
Aku beranjak ke peraduan, ia menyelimutiku
"Selamat tidur sayang"
Kembali ia mengecup keningku cukup lama, aku tersenyum dan mengangguk memejamkan mataku.
#######
**Alhamdulillah Chapter 13 done
😆😆😆😆😆
seperti biasa man teman tinggalkan jejakmu heheeee biar semakin cinta dan semangat upnya kan
voteee likeeee komeeemm follow and poineeee
jejak-jejakmu makin uuwuuw 😆😆😆**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Forta Wahyuni
slalu novel yg kubaca ngenaki kaum pria, bebas pnya istri bnyk n kita hrs sabar tuk dimadu hnya Krn cinta. cinta BLH tpi pki logika napa, bertahan tapi hrs terhina dan tersakiti. itu namanya goblok, cocoklah disebut murahan TDK punya harga diri. dah dimaki2 tapi tetap bertahan hnya Krn cinta, makan tuch cinta wanita bodoh.
2022-09-07
0
Kasmawati S. Smaroni
sdh jd taruhan masih sj percaya janji2
2021-07-15
0
Dessy Ghaisani
yah....dia luluh juga...payah...
2021-06-01
0