Tepat dua hari sesuai yang dijanjikan, dia datang kembali, dan aku sudah sembuh. Namun ada rasa kecewa ketika mendengar kabar nyatanya bukan dia yang mengajariku namun asisten pribadinya yang juga tak lain sahabatnya sendiri. Dengan mudahnya, dia meninggalkanku dengan laki-laki lain di ruangan tertutup yang jelas-jelas bukan mahrom. Hati melayang akan hadirnya kini terhempas penuh kecewa.
"Maaf mas daniel, saya panggil teh neng dulu"
Dia daniel namanya dengan rentang usia yang juga tak jauh berbeda dengan suamiku, namun sikapnya lebih hangat. Awalnya dia melihatku terkejut dari ujung kepala hingga kaki tertutup rapat, jilbab lebar dengan gamis lebar, kaos kaki hingga memakai handsock.
"Mbak g kepanasan pake ginian"
Tanyanya
"Enggak"
"Kita kan di rumah"
"Memangnya kenapa kalo di rumah"
"Tertutup amat kan saya enggak ngapa-ngapain mbak, belajar doang"
"Iya, kan situ bukan mahrom saya. oh ya ayok belajar di taman aja biar bisa bareng sama teteh-teteh di sana"
"Lho emang kenapa kalo di sini?"
"Banyak setannya"
Ujarku berlalu sambil membawa tumpukan buku yang telah dipilihkan oleh Daniel untukku. Dia masih geleng-geleng kepala saja melihatku.
"Makhluk langka"
Gumamnya yang masih terdengar olehku, lalu segera meyusulku.
"Mbak, pantes Alex bilang berubah"
"Berubah apanya?"
Tanyaku penasaran
"Lebih kelihatan muda dan cantik"
"Beneran mas Alex bilang gitu"
"Oh yang bilang muda dan cantik mah saya mbak"
Ia nyengir kuda
"Kalo mbak dah pisah ma Alex, boleh kok mbak nikah sama saya"
Aku terkejut akan ucapannya, menatapnya tajam.
"Santuy mbak, becanda"
Membuat muka lucu dan mengacungkan dua jari tengah dan telunjuknya. Daniel pria berparas tampan ini membuatku geleng-geleng kepala.
Pelajaran pertama pun di mulai, sesekali diselingi oleh canda tawa, aku menolak berdua saja, meski sudah di ruang terbuka tetap ku bawa Teh Neng menemaniku belajar.
Jam belajar dimulai dari pukul delapan pagi hingga dzuhur tiba, benar-benar seperti anak sekolah. Aku baru tahu ternyata Alex pemilik beberapa usaha yang bergerak di bidang yang berbeda-beda.
Sedangkan, yang akan kutempati bekerja di bidang tambak udang. Dari proses belajar udang yang berkwalitas, jalur pembibitan hingga produksi. Semua diajarkan oleh Daniel tanpa lelah, tak mudah belajar hal dan dia terus menyemangatiku.
"Akhirnya kelar satu sesi mbak"
"Alhamdulillah, makasih ya"
Ucapku
Tiga minggu berlalu, proses belajar dengan waktu sebulan sebentar lagi berakhir. Aku lebih banyak berkutat dengan buku-buku berkaitan dengan bisnis, managemen karyawan, laporan-laporan, menganalisa banyak hal termasuk beberapa laporan pajak.
Waktu bersama Daniel kumanfaatkan dengan banyak bertanya, sedang saat-saat sendiri tenggelam di perpustakaan pribadi.
"Minumnya mas"
Saat jeda belajar, kusiapkan minum dan makanan.
"Masih aja panggil mas, kan saya sudah bilang panggil Daniel aja mbak"
"Maaf, lebih nyaman panggil Mas soalnya"
"Asal jangan manggil mas-mas saat disamping gorengan aja mbak?"
"Lho memangnya kenapa?"
"Lha dikira nanti saya yang jadi tukangnya"
Kami bertiga tertawa bersama, Teh Neng tak banyak bicara dia membantuku dalam menyiapkan makanan dan minuman. Sesekali ia juga terlihat membaca buku, tapi novel kesukaannya.
"Saya tidak menyangka mbak suka senyum dan becanda juga, saya fikir mbak orangnya garang dan kaku"
Menatap hamparan bunga dan tanaman sayur, menyesap air jahe plus madu kesukaan. Sejenak keheningan melanda.
"Mbak, kalo boleh tanya nih ya, tapi jangan marah"
Daniel selalu menjadi pemecah keheningan, entah dengan komedinya ataupun dengan pertanyaan yang kadang tiba-tiba menjurus ranah pribadi dan privasi.
"Serius kayaknya nih"
"He..he..."
Ia nyengir kuda
"Kok mbak sabar sih ngadepin Alex, padahal kan setau saya Alex enggak nganggep mbak"
Pertanyaan yang mengejutkanku, kuhela nafas sejenak. Ah ya aku lupa, dia sahabatnya mungkin memang tak ada rahasia antara mereka berdua. Bukankah dia juga yang tau akan pernikahan rahasia ini juga.
"Mbak itu cantik, mau aja diselingkuhin"
Lanjutnya
"Mas tahu alasan saya bertahan"
"Uang, saya rasa tidak sejauh yang saya tahu mbak g pernah minta apa-apa, kecuali jatah bulanan yang diberikan Alex selebihnya tidak ada. Apa mbak mengharapkan cinta dari Alex"
"Saya sudah terikat meski dalam jangka waktu yang dekat, sabar menunggu hingga waktu itu tiba"
"Mbak, dibanding wanita itu mbak lebih dari segalanya. Wanita itu hanya mengincar harta, Alex termakan rayuan gombal dan pelayanan itunya"
"Maksudnya"
Aku benar-benar tak mengerti arah bicara Daniel, apa maksud dengan itunya.
"Mbak g pernah hemmm hemmm di kamar kan sama Alex"
"Hemmm hemmm apa"
"Itu mbak, itu"
Ujarnya garuk-garuk kepala mungkin bingung menjelaskannya
"Itu teh, intim teh suami istri"
Teh Neng menjelaskan yang baru aku mengerti, Daniel menatapku seolah menantikan jawaban hingga tak berkedip menunggu.
"Jangan gitu natapnya Mas, saya enggak nyaman"
"Maaf mbak, tapi saya yakin belum kan?, secara kan dia banyak sama cewek itu, jarang ke sini iya kan Bu Neng"
"Eh iya den, g pernah keluar juga sama den Alex seinget saya"
"Yes"
Seketika Daniel teriak berdiri mengepalkan tangan dan wajahnya terlihat sangat bahagia.
"Kok masnya bahagia banget"
Dia tersenyum kepadaku, mengangkat bahu, senyum-senyum sendiri tanpa kutahu artinya apa sambil menyeruput minuman jahe. Ia bangkit dari duduknya, menuju taman penuh bunga memetik setangkai bunga mawar merah, memberikannya padaku.
"Jika Alex ngapa-ngapain mbak, jangan ragu datang padaku ya. Pintu rumah selalu terbuka buat mbak, ini gratis dulu bunganya, besok-besok saya bawakan bunga yang lebih bagus dan dijamin wangi"
"Apaan sih Mas, saya wanita bersuami jangan begini, saya tidak akan nyaman"
Ucapku menolak bunga pemberiannya.
"Santai mbak, saya sabar menunggu hingga tiba waktunya kok, sekarang mah kita temenan aja dulu ya kan"
"Iya boleh kalo temenan tapi tidak berlebihan, tetap ada batasan diantara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom"
"Iya-iya mbak yang sholehah, makin gemes aja kalo lihat cemberut gini"
"Mas Daniel"
Nada suaranya sedikit naik, ia hanya tertawa, senang menggoda, hatiku kesal lama-lama.
"Hemm"
"Eh Mas Alex"
Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan Alex datang duduk di sampingku.
"Apa kabar mas?"
Tanyaku canggung
"Ambilkan minuman untukku"
Titahnya
"Baik"
Aku pun beranjak bersama Teh Neng membuatkan minuman. Kulirik mereka, tampak ada obrolan serius diantara dua pria entah apa.
"Teh, kayaknya Mas Daniel suka deh sama Teteh"
Teh Neng bicara disela-sela pembuatan air jahe di dapur.
"Jangan ngaco ah teh, saya istri bos sekaligus sahabatnya lho"
"Ya tapikan Teh, kayak lagu gitu cinta datang tanpa diduga, siapa tau"
"Makanya Teh, teteh jangan pergi-pergi kalo saya lagi sama Mas Daniel"
"Memangnya kenapa Teh, kan saya kasih kesempatan biar lebib deket"
"Teteh, saya sudah bersuami lho"
"Iya maaf-maaf teh, Den Daniel ganteng juga lho"
"Teh, besok-besok sedetikpun saya g ijinin teteh ninggalin berdua sama mas daniel, gaji saya potong nanti"
"Iih teteh mah,hampura atuh. Emang kenapa sih teh enggak mau berdua-dua sama Mas Daniel"
"Kalo cuma berdua yang ke tiga setan"
"Lha saya dong setannya"
"Bukan, teteh mah nyamuk yang diharapkan "
Aku tertawa berlalu membawa nampan untuk sang suami yang sedang duduk manis disana.
####
**Alhamdulillah kelar ya chapter 3 hehee
ya iyalah orang tinggal mindahin 😁😁
lanjut yuks pantengin and jangan lupa supportnya
oke okee
voteeee likeee komennnnn and kasih poinnnn hehee**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Dessy Ghaisani
bahasanya gak kaku nggak ngebosenin....lanjut teh...
2021-05-31
0
Siti Rofiatin
lanjut thor
2021-05-24
0
re
Lanjut membaca
2021-04-25
0