Mei Ling mendekati pelayan tersebut.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada terheran.
Pelayan itu menarik napas dalam-dalam. "Permaisuri Liu Yuhe, mengundang Pangeran dan Putri Permaisuri untuk menikmati acara minum teh, di taman kekaisaran."
Li Wei langsung berdiri. "Kenapa tiba-tiba permaisuri mengundang kami berdua?" tanya kembali pangeran Li Wei dengan sikap polos.
Putri Mei Ling dan Li Wei saling berpandangan sejenak, sebelum akhirnya mereka mengikuti pelayan yang masih gemetar itu.
"Baiklah. Ayo pangeran," ajak putri Mei Ling, menggandeng tangan pangeran Li Wei.
Mereka berjalan menyusuri koridor panjang yang diterangi oleh sinar mentari yang menelusup, bayangan mereka menari di dinding-dinding kayu. Suara langkah kaki mereka bergema, menciptakan irama yang menegangkan di tengah keheningan.
Ketika mereka tiba di taman istana kerajaan, mereka disambut oleh pemandangan yang mengejutkan. Bukan hanya ada permaisuri Liu Yuhe saja yang berada di sana, namun ada putri Mei Yin, pangeran Zhao, serta seorang gadis cantik sekitar umur 17 tahun, duduk di samping permaisuri Liu Yuhe.
Ketika Putri Mei Ling dan Li Wei melangkah ke taman kekaisaran, mereka disambut oleh pemandangan yang memukau. Taman itu dipenuhi dengan berbagai jenis bunga yang sedang mekar, menciptakan lautan warna yang memanjakan mata. Pohon-pohon sakura yang menjulang tinggi di sepanjang jalan setapak menambah keindahan dengan kelopak-kelopak merah muda yang berguguran lembut, seperti salju musim semi.
Di tengah taman, terdapat sebuah kolam besar dengan air yang jernih, memantulkan langit biru dan awan-awan putih yang berarak pelan. Ikan koi berwarna-warni berenang dengan anggun di dalamnya, menciptakan riak-riak kecil di permukaan air. Di sekitar kolam, terdapat batu-batu besar yang disusun dengan artistik, memberikan kesan alami dan harmonis.
Angin sepoi-sepoi yang berhembus membawa aroma bunga melati dan wangi pinus, menciptakan suasana yang menenangkan. Suara gemericik air dari air mancur kecil di sudut taman menambah kedamaian, seolah-olah mengajak setiap orang yang berada di sana untuk merenung dan menikmati keindahan alam.
Di bawah naungan pohon-pohon besar, terdapat meja-meja dan kursi-kursi yang terbuat dari kayu jati, di mana para tamu bisa duduk dan menikmati teh. Permaisuri Liu Yuhe duduk dengan anggun di salah satu meja, dikelilingi oleh Putri Mei Yin, Pangeran Zhao, dan gadis cantik yang belum dikenal oleh Mei Ling dan Li Wei.
"Salam Yang Mulia Permaisuri," ucapnya bersamaan.
"Selamat datang, Putri Mei Ling dan Pangeran Li Wei," sapa Permaisuri Liu Yuhe dengan senyum ramah. "Silakan duduk dan bergabung dengan kami untuk menikmati teh sore ini."
Putri Mei Ling dan pangeran Li Wei saling berpandangan sejenak sebelum duduk di kursi yang telah disediakan. Mereka merasakan kehangatan sinar matahari yang menyentuh kulit , sementara suara burung-burung yang berkicau di kejauhan menambah suasana damai di taman kekaisaran itu.
Putri Mei Yin tersenyum tipis, matanya menatap Li Wei dengan pandangan merendahkan.
"Pangeran Li Wei, aku tidak menyangka kau akan datang. Biasanya kau lebih suka bersembunyi di perpustakaan, bukan?"
Pangeran Li Wei tersenyum kaku, berusaha menahan perasaannya. Namun, sebelum ia menjawab ucapan Putri Mei Yin, putri Mei Ling menyahutinya dengan nada dingin.
"Kenapa? Suamiku juga adalah keluarga kerajaan. Lagi pula, permaisuri sendiri yang mengundang kami berdua kesini."
Pangeran Zhao tertawa kecil, suaranya penuh ejekan.
"Ah, adik , kau memang selalu patuh. Tapi, apakah kau tidak merasa canggung berada di sini? Taman ini mungkin terlalu megah untuk seseorang sepertimu."
Mei Ling merasakan kemarahan membara di dalam dirinya, tetapi ia menahan diri.
"Pangeran Zhao, Pangeran Li Wei adalah bagian dari keluarga kerajaan, Tidak ada tempat yang terlalu megah untuknya."
Gadis cantik yang duduk di samping Permaisuri Liu Yuhe tersenyum lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Mari kita nikmati teh ini bersama-sama. Tidak perlu ada perselisihan di antara kita."
Permaisuri Liu Yuhe mengangguk setuju. "Benar sekali. Kita semua keluarga di sini. Ayo, nikmati teh dan kue-kue ini."
Mereka semua mulai menikmati teh dan kue-kue yang disajikan, tetapi suasana tetap terasa tegang. Pangeran Li Wei berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya terasa berat oleh kata-kata merendahkan yang baru saja ia dengar.
Putri Mei Yin memandang gadis cantik di samping Permaisuri. "Adik, siapa namamu? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."
Gadis itu tersenyum malu-malu. "Namaku Hua Rong. Aku adalah keponakan permaisuri. Aku disini untuk melayani Yang Mulia Permaisuri ."
Pangeran Zhao menatap Hua Rong dengan penuh minat. "Hua Rong, nama yang indah. Dari mana asalmu?"
"Ibu. Kenapa ibu tidak pernah memberi tahu, jika memiliki keponakan cantik seperti ini?" tanya pangeran Zhao penasaran.
Permaisuri Liu Yuhe tersenyum. "Hua Rong berasal dari keluarga terpandang dan sangat di segani di desanya, dia adalah gadis yang sangat berbakat. Aku yakin dia akan menjadi aset berharga bagi istana."
Mei Ling mengangguk setuju. "Selamat datang di istana, Hua Rong. Semoga kau betah di sini."
Hua Rong membalas dengan senyum hangat. "Terima kasih, Yang Mulia Selir Agung. Aku akan berusaha sebaik mungkin."
Sementara Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling hanya diam tanpa ingin ikut dalam percakapan tersebut, Pangeran Zhao yang duduk berseberangan dengan Permaisuri saling pandang, menggunakan bahasa tubuh melalui kontak mata. Lalu, Pangeran Zhao mengangguk sangat pelan.
"Ibu, perjamuan teh ini tidak seru jika tidak melakukan sebuah permainan," celetuk Pangeran Zhao memecah kesunyian, suaranya terdengar penuh antusiasme.
"Benar. Jika seperti itu, bagaimana kalau kalian melakukan sebuah permainan?" Permaisuri Liu Yuhe menepuk tangan sebagai isyarat kepada pelayan. Kemudian, muncul beberapa pelayan membawa alat-alat untuk permainan tersebut. Ada yang membawa panah serta busur, Tuho—permainan tradisional memasukkan anak panah ke dalam tabung—dan pelayan lainnya membawa catur.
"Ibu, apa tidak salah memilih permainan seperti ini? Bukankah permainan ini sangat sulit," Pangeran Zhao melirik ke arah Pangeran Li Wei yang sama menatapnya, "bagi yang tidak memiliki kemampuan," sambungnya dengan nada merendahkan.
Pangeran Li Wei menahan napas. Putri Mei Ling, yang sejak tadi diam saja, merasa kemarahan membara di dalam dirinya. Ia sudah cukup geram melihat kelakuan mereka yang sengaja merendahkan suaminya tersebut.
"Apakah permainan ini hanya diperuntukkan bagi pria saja?" seru Putri Mei Ling dengan suara tegas, matanya menatap tajam ke arah Pangeran Zhao. "Aku juga ingin ikut bermain. Bukankah kita semua di sini untuk bersenang-senang?"
Permaisuri Liu Yuhe tersenyum lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Tentu saja, Putri Mei Ling. Semua orang di sini boleh ikut bermain. Mari kita mulai dengan permainan Tuho."
Para pelayan segera menyiapkan alat-alat permainan di tengah taman. Mereka menempatkan tabung-tabung di berbagai jarak, sementara anak panah disusun rapi di atas meja. Angin sepoi-sepoi yang berhembus membawa aroma bunga melati, menciptakan suasana yang menenangkan meskipun ada ketegangan di antara mereka.
Pangeran Zhao mengambil anak panah pertama, melemparkannya dengan penuh percaya diri. Anak panah itu melesat dan masuk tepat ke dalam tabung.
"Lihat, ini tidak sulit," katanya dengan nada sombong.
Putri Mei Ling mengambil anak panah berikutnya, menatapnya sejenak sebelum melemparkannya dengan gerakan yang anggun. Anak panah itu melesat dan masuk ke dalam tabung dengan sempurna.
"Sepertinya tidak hanya pria yang bisa bermain dengan baik," katanya dengan senyum kemenangan.
"Tentu saja Putri Mei Ling mudah memainkan permainan tersebut, dia adalah ahli dalam permainan Tuho."
"Oh. Begitu rupanya, kalau begitu kita berikan kesempatan pada pangeran Li." Tatapan pangeran Zhao penuh ejekan.
Putri Mei Ling menghampiri pangeran Li Wei, yang merasa sangat senang didukung oleh istrinya, mengambil anak panah dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dengan hati-hati, ia melemparkan anak panah itu. Meskipun tidak masuk ke dalam tabung, anak panah itu mendarat cukup dekat.
"Bagus sekali, Pangeran" kata Mei Ling dengan suara lembut, memberikan dukungan. "Kau hampir berhasil."
Pangeran Zhao hanya mendengus, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Permaisuri Liu Yuhe tersenyum yang terlihat di paksakan, melihat semangat kompetitif di antara mereka.
"Mari kita lanjutkan permainan ini. Siapa tahu, mungkin kita akan menemukan bakat tersembunyi di antara kita."
Sementara permainan Tuho berlangsung, suasana di taman kekaisaran mulai mencair. Putri Mei Ling dan pangeran Li Wei merasa lebih nyaman, meskipun masih ada ketegangan di antara mereka.
Setelah beberapa putaran permainan, Permaisuri Liu Yuhe memutuskan untuk mengalihkan perhatian mereka ke permainan catur.
"Sekarang, mari kita coba permainan catur. Ini akan menguji kecerdasan dan strategi kita," katanya dengan senyum.
Para pelayan segera menyiapkan papan catur di atas meja. Pangeran Zhao dan Putri Mei Ling duduk berhadapan, siap untuk memulai permainan.
Pangeran Zhao tersenyum licik. "Putri Mei Ling , apakah kau siap untuk kalah?" tanyanya dengan nada menggoda.
Putri Mei Ling mengangkat alisnya. "Jangan terlalu percaya diri, pangeran Zhao."
Sementara itu, pangeran Li Wei dan Putri Mei Yin duduk di dekat mereka, mengamati permainan dengan penuh minat. Hua Rong, yang duduk di samping Permaisuri, juga memperhatikan dengan seksama.
"Sepertinya tidak adil, jika permainan ini tidak ada hadiah di pertaruhkan." Pangeran Zhao tersenyum licik.
"Baik. Apa taruhannya?" tanya putri Mei Ling dengan nada santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments