Waktu kepulangan Kaisar Dayu pun telah tiba. Langit senja memancarkan warna oranye keemasan, menciptakan bayangan panjang di halaman istana yang megah. Para pengisi istana dan para pangeran telah berkumpul, mengenakan pakaian kebesaran mereka yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai meredup.
Kereta kuda kerajaan Dayu, yang dihiasi dengan ukiran emas , sudah berderet rapi di halaman istana. Kuda-kuda yang gagah dan kuat berdiri dengan tenang, sesekali mengibaskan ekor mereka. Suara gemerincing pelana dan derap kaki kuda menambah suasana yang penuh harap dan tegang.
Para prajurit dan jenderal kerajaan Dayu berbaris dengan disiplin, baju zirah mereka berkilauan dan senjata mereka siap di tangan. Wajah mereka menunjukkan kebanggaan dan kesetiaan yang tak tergoyahkan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga dari taman istana, menciptakan kontras yang menenangkan dengan suasana formal dan serius di halaman.
Kaisar Dayu dan kaisar Li melangkah keluar dari istana dengan anggun, diiringi oleh suara gemuruh dari para pengawal yang menghormatinya. Jubahnya yang panjang dan berwarna gold berkibar lembut tertiup angin, sementara mahkota emasnya berkilauan di bawah sinar matahari yang semakin meredup. Wajahnya yang tegas namun bijaksana memancarkan wibawa yang tak terbantahkan.
Di antara kerumunan, Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling berdiri di antara kerumunan para prajurit, matanya yang tajam mengamati setiap gerakan ayahnya. Ia mengenakan jubah hitam dengan motif naga berwarna perak, menambah kesan bagi pemakainya, sementara putri Mei Ling, mengenakan pakaian berwarna biru langit, rambutnya yang di sanggul dan hanya menyisakan sebagian rambut yang tergerai, di hiasi dengan tusuk konde emas menambah kecantikannya.
Kemudian, kaisar Dayu yang sudah selesai berbincang dengan kaisar Li, mengalihkan pandangan ke arah pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling. Kaisar Dayu menghampiri pangeran Li Wei dan Mei Ling.
"Xiao Ling. Ayah pulang dulu, jadilah putri dan menantu yang baik. Jangan membuat ulah," ucap kaisar Dayu lembut namun terdengar tegas.
"Ayah tenang saja, aku tidak akan membuat ulah, kecuali ada seseorang yang memprovokasi diriku. Maka aku tidak akan tinggal diam," celotehnya seraya berpangku tangan dan mengalihkan pandangan ke sembarang arah.
Kaisar Li menghela nafas dan menggelengkan kepala. Kaisar Dayu mengalihkan pandangan pada pangeran Li Wei.
"Pangeran, aku titip putriku. Xiao Ling terkadang manja dan sulit diatur, tapi sebenarnya dia anak yang baik. Jika Xiao Ling nakal, jangan sungkan untuk menegurnya."
"Ayah kaisar tidak perlu khawatir, aku pasti akan menjaganya dengan baik," balasnya penuh sopan santun.
"Baiklah. Xiao Ling ayah pergi dulu. Jag dirimu baik-baik," pamithya dengan nada terdengar sendu.
Kaisar Dayu melangkah ke arah kereta kuda, di samping kereta kuda berdiri jenderal Zhu, lalu membantu kaisar Dayu menaiki anak tangga kereta kuda. Setelah duduk di dalam kereta, kaisar Dayu tersenyum tipis, seraya berkata, "Baiklah, mari kita berangkat. Waktu tidak akan menunggu."
Para prajurit segera bergerak, membuka jalan bagi Kaisar . Suara derap kaki kuda dan gemerincing senjata mengiringi langkah mereka. Aroma tanah yang lembab dan dedaunan yang berguguran menambah kesan dramatis pada momen tersebut.
Kereta kuda mulai bergerak perlahan, meninggalkan halaman istana yang megah. Di kejauhan, suara burung-burung yang kembali ke sarang mereka terdengar sayup-sayup, seolah-olah mengiringi kepergian Kaisar Dayu dan rombongannya. Perjalanan panjang dan penuh tantangan telah menanti mereka, dan setiap langkah yang mereka ambil akan menentukan nasib kerajaan Dayu.
"Adik, kau tidak terlihat khawatir sama sekali dengan kepergian ayah," celetuk putri Mei Yin yang berdiri tidak jauh dari putri Mei Ling.
"Aku memang sama sekali tidak khawatir," balas putri Mei Ling acuh. Kemudian , putri Mei Ling meninggalkan tempat itu di ikuti oleh pangeran Li Wei.
Putri Mei Yin mengerutkan kening, "Benarkah? Tidak ada sedikitpun rasa khawatir atau kerinduan di wajahmu?"
Putri Mei Ling tersenyum sinis, "Jika ayahku khawatir, aku juga akan khawatir. Tapi ayahku yakin dengan kemampuannya. Lagi pula, ia bukanlah pria lemah yang mudah ditaklukkan."
Pangeran Li Wei yang berjalan di belakang mereka, mengangguk setuju.
"Kaisar Dayu memang pemimpin yang tangguh. Benarkan istriku?" tanya kembali pangeran Li Wei yang terlihat konyol.
Putri Mei Ling mengangguk, "Tentu saja. Ayahku akan pulang dengan selamat. Lagi pula, pasukan kerajaan Dayu dan jenderal Zhu merupakan prajurit terbaik dan terkuat dari kerajaan-kerajaan lainnya," Namun, suaranya terdengar dingin dan tegas
Putri Mei Yin semakin penasaran, "Adik, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Kenapa kau bersikap seperti ini?"
Putri Mei Ling mengalihkan pandangan, "Tidak ada. Aku hanya ... lelah. Aku ingin beristirahat." Ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Putri Mei Yin dan Pangeran Li Wei terdiam di sana.
Pangeran Zhao yang berdiri di samping putri Mei Yin, diam-diam memperhatikan kepergian Putri Mei Ling dengan rasa penasaran. Ia melihat bahwa Putri Mei Ling memang tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali, namun ia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap dinginnya.
"Apakah Mei Ling, selalu bersikap seperti itu padamu?" tanya pangeran Zhao penasaran. Namun, bukan jawaban yang di berikan putri Mei Yin melainkan tatapan tajam. Tanpa mengatakan apapun, putri Mei Yin meninggalkan tempat tersebut dan kembali menuju kediamannya.
***
Di kediaman pangeran Li Wei, putri Mei Ling tengah duduk santai dengah satu kaki naik ke atas kursi panjang sambil memakan buah apel. Pangeran Li Wei yang baru saja kembali dari ruang baca, segera menghampiri Mei Ling dan duduk di samping Mei Ling.
Pangeran Li Wei tersenyum melihat putri Mei Ling yang tampak begitu nyaman. " Kau sangat menikmati apel itu, istriku?" tanyanya dengan nada lembut, sambil mengambil tempat di sampingnya.
Mei Ling mengangguk sambil tersenyum, "Ya, ini sangat manis. Kau harus mencobanya." Dia menawarkan sepotong apel kepada Li Wei.
Li Wei menerima potongan apel itu dan menggigitnya perlahan. "Kau benar, ini memang manis," katanya sambil menikmati rasa buah tersebut. " Apakah istriku masih merasa sedih?"
Mei Ling meletakkan apel yang tersisa di piring dan menatap Li Wei dengan mata berbinar namun dahinya mengkerut.
"Apakah aku terlihat seperti itu?" tanya kembali putri Mei Ling.
"Mungkin istriku bisa menyembunyikan itu dari orang lain, tapi tidak dengan diriku," balas pangeran Li Wei, membelai pipi putri Mei Ling lembut.
Putri Mei Ling menghela napas panjang, merasakan beban berat yang menekan dadanya. Ia terdiam sejenak, tatapannya kosong menembus ruang di depannya, seolah mencari jawaban di balik bayang-bayang. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berkata dengan suara lirih namun penuh perasaan.
"Hm. Meskipun aku sering beradu mulut dengan Ayah dan tidak pernah berpisah, sekarang aku baru merasakan bagaimana harus berjauhan. Tapi, terkadang aku juga kesal karena dia selalu saja membanding-bandingkan antara diriku dengan Mei Yin."
Pangeran Li Wei, yang duduk di sampingnya, mengerutkan kening. Kebingungan tampak jelas di wajahnya yang tampan. Ia menatap istrinya dengan penuh perhatian sebelum akhirnya bertanya dengan nada ragu.
"Istriku, setahuku, bukankah Kaisar Dayu hanya memiliki satu orang putri? Tapi kenapa sekarang ada dua putri?"
Putri Mei Ling mengedikan bahu, matanya masih dipenuhi kebingungan yang sama. "Entahlah. Awalnya aku pun sangat terkejut, bagaimana bisa Ayah memiliki putri lain, ketika aku kembali saat itu."
Li Wei terdiam, pikirannya berputar-putar mencari penjelasan. Namun, sebelum ia bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar mendekat. Pintu kamar mereka terbuka dengan keras, dan seorang pelayan masuk dengan wajah pucat pasi.
"Yang Mulia, ada sesuatu yang harus Anda lihat," katanya dengan suara gemetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments