Rencana Licik Pangeran Zhao

Hubungan antara Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling semakin erat dan harmonis. Setiap hari, mereka tampak semakin mesra, seperti dua burung yang terbang bersama di langit biru. Para pelayan yang berada di kediaman Pangeran Li Wei merasa kagum melihat kedekatan mereka. Mereka sering kali melihat Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling berjalan-jalan di taman istana, berbincang dengan penuh tawa dan senyum yang tulus.

Bagi para pelayan, kedatangan Putri Mei Ling adalah sebuah anugerah terindah yang Tuhan datangkan ke tengah-tengah mereka. Kehadirannya membawa cahaya dan kehangatan yang sebelumnya hilang dari istana. Suasana istana kediaman Pangeran Li Wei, yang dulu suram dan penuh kesunyian, kini berubah menjadi tempat yang penuh dengan keceriaan dan harapan.

Setiap sudut istana kini dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran, seolah-olah ikut merayakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling. Angin sepoi-sepoi yang berhembus membawa aroma harum bunga, menambah kesan romantis di antara mereka. Para pelayan sering kali mendengar suara tawa mereka yang menggema di lorong-lorong istana, membuat hati mereka ikut merasa bahagia.

Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling sedang duduk di bangku taman istana, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga-bunga mekar. Mereka sedikit terkejut dengan kedatangan seorang pengawal yang belum pernah Putri Mei Ling lihat sebelumnya.

Pengawal itu mendekat dengan langkah mantap dan langsung membisikkan sesuatu di telinga Pangeran Li Wei. Seketika, raut wajah Pangeran Li Wei berubah muram dan dingin, seperti awan gelap yang menutupi sinar matahari.

"Terus awasi mereka!" perintah Pangeran Li Wei dengan suara tegas.

"Baik, Pangeran," jawab pengawal itu dengan hormat, sebelum undur diri. Setelah beberapa langkah, ia melompat secepat kilat, menghilang dari pandangan seperti bayangan yang tertelan malam.

"Wah, gerakannya cepat sekali," gumam Putri Mei Ling sambil menangkap kedua pipinya dengan tangan, matanya membulat penuh kekaguman. Mendengar gumaman Putri Mei Ling, Pangeran Li Wei menyentil pelan dahinya, membuat Putri Mei Ling mengaduh kecil.

"Aduh, Pangeran, kau sungguh kejam," keluh Putri Mei Ling sambil mengusap dahinya yang disentil oleh Pangeran Li Wei. Padahal, sentilan itu tidak menyakitkan sama sekali. Mana tega dia menyakiti orang yang paling dicintainya.

"Perhatikan pandanganmu," balas Pangeran Li Wei dengan nada jutek, namun ada kilatan cemburu di matanya. Putri Mei Ling melihat itu dan dengan cepat beranjak dari duduknya, lalu kembali duduk di sebelah Pangeran Li Wei, lebih dekat dari sebelumnya.

"Jangan marah! Pangeranku tetaplah yang paling hebat. Jika pengawal Pangeran saja sehebat itu, bagaimana dengan Pangeranku?" goda Putri Mei Ling seraya tersenyum genit, matanya berkilau penuh cinta.

"Sudah sejauh mana, putri ini tahu mengenai aku?" ucap Pangeran Li Wei, wajahnya mendekat seraya menyipit menyelidik, seolah ingin menembus rahasia terdalam Putri Mei Ling.

Putri Mei Ling tersenyum manis, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. "Pangeran, apa yang dibisikkan pengawal tadi? Mengapa wajahmu tiba-tiba berubah muram?" tanyanya dengan suara lembut, mencoba meredakan ketegangan yang terasa di antara mereka.

Pangeran Li Wei menarik napas dalam-dalam, "Pangeran Zhao membuat rencana untuk menggagalkan pernikahan kita," ujar pangeran Li Wei.

"APA !" pekik putri Mei Ling. Awalnya putri Mei Ling terkejut, namun detik kemudian putri Mei Ling tersenyum licik. "Pangeran, aku punya ide ." Putri Mei Ling mengangkat tangannya dan menggerakkan jari-jari, menyuruh pangeran Li Wei lebih dekat padanya. Lalu, ia membisikkan sesuatu. Pangeran Li Wei tersenyum tipis dan mengangguk-anggukkan kepala. Putri Mei Ling pun kembali menjaga jarak seraya tersenyum riang.

"Bagaimana?"

"Kau memang rubah kecil yang cerdik. Aku akan menyuruh Lin Yu untuk mengurus semuanya," jawabnya seraya mencubit pelan pipi putri Mei Lin lembut, lalu merangkul dan membawa ke pelukan pangeran Li Wei.

***

Sebentar lagi hari pernikahan antara Putri Mei Lin dan Pangeran Li Wei serta Pangeran Zhao dan Putri Mei Yin pun tiba. Langit telah berubah warnanya menjadi gelap, digantikan dengan gemerlap bintang dan cahaya bulan purnama yang begitu indah, seolah-olah alam turut merayakan kebahagiaan mereka.

Di kediaman Pangeran Li Wei dan Pangeran Zhao, para pelayan telah sibuk sejak siang tadi. Mereka berlarian ke sana kemari, memastikan setiap detail persiapan untuk pesta pernikahan esok hari sempurna. Aroma bunga segar memenuhi udara, bercampur dengan wangi rempah-rempah dari dapur yang sibuk menyiapkan hidangan istimewa.

Lampu-lampu lentera mulai dinyalakan, memancarkan cahaya hangat yang menambah suasana romantis malam itu. Para pelayan dengan cekatan menghias aula dengan kain sutra berwarna emas dan merah, simbol kemakmuran dan kebahagiaan. Di sudut ruangan, seorang musisi memainkan alat musik tradisional, melantunkan melodi lembut yang menenangkan hati.

Di luar istana, suasana tak kalah meriah. Jalan-jalan utama yang menuju ke istana dipenuhi oleh kerumunan orang yang datang dari berbagai penjuru negeri. Mereka ingin menyaksikan momen bersejarah ini. Pedagang kaki lima menjajakan berbagai macam makanan dan minuman, aroma sate yang dipanggang dan manisnya kue-kue tradisional menggoda setiap orang yang lewat.

Anak-anak berlarian dengan riang, tertawa dan bermain di bawah sinar bulan. Para penjaga istana berdiri tegak, menjaga keamanan dengan penuh kewaspadaan, namun tetap ramah menyapa para tamu yang datang. Di kejauhan, suara gemericik air dari kolam-kolam dan air mancur menambah kesan damai dan sejuk di tengah keramaian.

Pohon-pohon besar yang mengelilingi istana dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip, menciptakan pemandangan yang memukau. Burung-burung malam sesekali terdengar berkicau, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi udara malam itu.

Putri Mei Ling duduk di depan meja rias di kamarnya, ditemani oleh Xionglue. Wajahnya terlihat begitu kesal, alisnya berkerut dan bibirnya mengerucut.

"Xionglue, apa sudah ada kabar dari pangeran tentang rencanaku itu?" tanya Putri Mei Ling dengan nada ketus, matanya menatap cermin dengan tajam.

"Pangeran tadi berpesan agar putri tidak mencemaskan hal itu. Semuanya sudah diatur oleh pangeran," jawab Xionglue dengan suara lembut, mencoba menenangkan sang putri.

"Baguslah. Aku jadi tidak sabar untuk menantikan hari esok," ucap Putri Mei Ling dengan nada gemas, matanya berbinar penuh antisipasi.

"Putri pasti akan menjadi putri yang paling cantik di kerajaan ini. Hahaha," kata Xionglue sambil tertawa ringan. Keduanya tertawa bersama, mencairkan sedikit ketegangan yang ada.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu kamar Putri Mei Ling terbuka. Seorang wanita cantik dan anggun muncul di ambang pintu, langkahnya tenang dan penuh percaya diri.

Putri Mei Ling dan Xionglue menoleh. Xionglue yang tengah menyisir rambut Putri Mei Ling segera menghentikan kegiatannya dan membungkuk hormat.

"Putri Mei Yin," ucap Xionglue dengan penuh hormat.

"Xionglue, siapkan teh dan camilan," titah Putri Mei Yin dengan suara lembut namun tegas. Xionglue segera beranjak dari tempatnya dan menyajikan teh yang sudah tersedia di atas meja.

"Mei Yin, ada apa kau kemari? Ini sudah malam," tanya Putri Mei Ling dengan nada sedikit ketus, matanya menatap saudara perempuannya dengan curiga.

Putri Mei Yin tidak langsung menjawab. Matanya masih berpendar memperhatikan barang-barang untuk persiapan pernikahan Putri Mei Ling yang tertata rapi di atas meja. Mulai dari baju pengantin yang indah, perhiasan yang berkilauan, hingga pernak-pernik lainnya yang memancarkan kemewahan.

Putri Mei Yin akhirnya mengalihkan pandangannya dari meja rias dan menatap Putri Mei Ling dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kehangatan di matanya, namun juga sesuatu yang lain, sesuatu yang tersembunyi di balik senyumnya yang lembut.

"Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan lancar untuk pernikahanmu besok," kata Putri Mei Yin dengan suara yang tenang. "Kau tahu, ini adalah momen yang sangat penting bagi kita semua."

Putri Mei Ling mengangguk, meskipun masih ada sedikit keraguan di wajahnya. "Terima kasih, Mei Yin. Aku tahu kau selalu peduli padaku," jawabnya dengan nada yang tidak ramah.

Xionglue kembali dengan nampan berisi teh dan camilan. Ia meletakkannya di meja dan menuangkan teh ke dalam cangkir-cangkir porselen yang indah. Aroma teh segera memenuhi ruangan, memberikan suasana yang lebih tenang dan nyaman.

"Silakan, Putri Mei Yin," kata Xionglue sambil menyodorkan cangkir teh kepada Putri Mei Yin.

Putri Mei Yin mengambil cangkir itu dengan anggun dan menyesapnya perlahan.

"Teh ini sangat enak, Xionglue. Kau selalu tahu cara membuat teh yang sempurna," pujinya.

Xionglue tersenyum dan membungkuk sedikit. "Terima kasih, Putri."

"Bagaimana kau bisa masuk ke kediaman ini? Apa pangeran sudah mengijinkan dirimu untuk datang ke kediamannya?"

"Adik. Apakah seperti ini sikapmu menjamu seorang tamu?" ucapnya lembut namun penuh arti. Putri Mei Ling mengambil cangkir tehnya sendiri dan menyesapnya.

"Bukankah kau tahu, seperti apa sikap ini? Sebaiknya kau kembali dan beristirahat agar besok kau tidak kelelahan." Putri Mei Ling melirik Xionglue melalui ujung mata, "Xionglue, antar putri Mei Yin keluar," sambungnya.

Putri Mei Yin menatap adiknya dengan tajam. Kedua tangan yang ada di balik bajunya, terkepal kuat, menahan emosi.

"Putri Mei Yin, mari saya antar." putri Mei Yin bergeming dengan raut wajah geram. Detik kemudian, ia pun beranjak dari sana dengan langkah kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!