Kejutan Untuk Pangeran Zhao 2

Pangeran Zhao yang sejak tadi memandangi kereta kuda tersebut dengan penuh pikiran yang licik, perlahan berjalan ke arahnya.

"Putri Mei Ling, sebaiknya kau keluar sekarang dan melakukan ritual pernikahan. Tidak baik jika kita melewatkan waktu baik kita," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Putri Mei Yin yang sejak tadi berdiam diri pun membuka suara dengan nada yang tidak senang.

"Pangeran ! Apakah Anda benar-benar akan menikahi adik Xiao Ling? "

"Ada apa putri Mei Yin? Sejak kapan kau berani berbicara seperti itu padaku?" balas pangeran Zhao dengan nada geram. Lalu, ia mengalihkan pandangannya pada pelayan wanita yang berdiri tidak jauh darinya. "Pelayan, bawa keluar putri Mei Ling dari dalam kereta," titahnya. Dua orang pelayan wanita segera maju dan masuk ke kereta kuda.

Di dalam kereta, pengantin wanita sedikit memberontak tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, ia menolak untuk turun dari dalam kereta, namun karena kekuatan dua pelayan itu cukup kuat, akhirnya pengantin wanita bisa di bawa keluar.

Pangeran Zhao yang berdiri di samping kereta, tersenyum lebar, begitu bahagia ketika melihat pengantin wanita itu di bawa keluar. Dengan perlahan, ia menuruni anak tangga di banu oleh kedua pelayannya. Sebelum ia melangkah lebih jauh, pangeran Zhao menghentikan langkahnya, memandang pengantin wanita yang masih di tutupi kerudung merah tersebut.

"Putri, kau sudah memilih pilihan yang tepat dengan menikah ke kediamanku." Pangeran Zhao tersenyum lebar.

Putri Mei Yin menghentakkan kakinya, kesal dengan sikap pangeran Zhao. Entah apa yang ada di pikirannya, sampai-sampai ia lebih memilih adiknya yang jelas-jelas akan menikah dengan pangeran Li Wei.

Pangeran Zhao melangkah maju, mendekati Putri Mei Ling yang masih tertutup kerudung merah. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh lembut kain sutra yang menutupi wajah pengantin wanita itu.

"Mari kita mulai ritualnya," bisiknya dengan nada yang penuh kemenangan.

Pangeran Zhao memapah kedua pengantin wanitanya ke atas altar. Mereka, bersiap untuk melakukan ritual tersebut. Pangeran Zhao yang tidak sabar ingin melihat wajah cantik putri Mei Ling, mencoba membuka penutup kepala. Namun, sebelum ia sempat mengangkat penutup kepala itu, terdengar suara langkah kaki yang cepat mendekat. Seorang prajurit berlari dengan tergesa-gesa, wajahnya pucat dan napasnya tersengal-sengal.

"Pangeran Zhao! Ada kabar penting dari istana!" serunya dengan suara yang penuh urgensi.

Pangeran Zhao menoleh dengan alis terangkat, merasa terganggu oleh interupsi tersebut. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada tajam.

"Pangeran Li Wei dan Putri Mei Ling sudah selesai melakukan ritual pernikahan mereka," jawab prajurit itu, suaranya bergetar.

Wajah Pangeran Zhao berubah seketika, dari penuh kemenangan menjadi tegang. "Apa? Jika pangeran Li Wei sudah menikah dengan putri Mei Ling, lantas siapa wanita di depanku ini?" gumamnya, hampir tidak percaya. Ia segera mengalihkan pandangannya kembali ke pengantin wanita yang masih berdiri diam dengan kerudung merahnya.

Putri Mei Yin, yang sejak tadi memperhatikan dengan cermat, tersenyum tipis. "Sepertinya ada yang tidak berjalan sesuai rencana, Pangeran Zhao," katanya dengan nada mengejek.

Pangeran Zhao mengabaikan komentar itu dan segera membuka penutup kepala tersebut. Alangkah terkejutnya pangeran Zhao ketika melihat wajah pengantin tersebut.

Orang yang ada di balik penutup kepala tersebut, adalah seorang waria, dengan dandanan yang cukup vulgar.

Pangeran Zhao terkesiap. Matanya membulat, mulutnya terbuka sedikit, dan napasnya tersengal. Bau bedak dan parfum menyengat hidungnya, bercampur dengan aroma kemenyan dan bunga yang memenuhi ruangan. Jari-jarinya gemetar saat ia menarik kerudung merah itu lebih jauh, memperlihatkan wajah di baliknya.

Wajah itu, pucat dan tipis, dengan alis yang dicat tebal dan bibir yang dilukis merah menyala. Mata tajamnya menatap balik Pangeran Zhao, penuh dengan keangkuhan dan sedikit sindiran. Rambutnya, yang dihiasi dengan bunga-bunga plastik, tampak seperti sarang burung yang kusut.

"Kau..." Pangeran Zhao tergagap, tak dapat menemukan kata-kata yang tepat. Ia merasakan tubuhnya menegang, seperti terjebak dalam mimpi buruk.

Putri Mei Yin, yang berdiri di sampingnya, terkekeh pelan. Ia juga sama terkejutnya ketika melihat pengantin yang disangka adalah saudara perempuannya. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, namun tidak mampu mengusir senyum sinis yang menghiasi bibirnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Putri Mei Yin, suaranya terdengar penuh keheranan.

Pangeran Zhao menelan ludah. Ia merasakan keringat dingin menetes di pelipisnya, mengalir perlahan di sepanjang wajahnya yang tegang. "Ini... ini...," ia menggerak-gerakkan bibirnya, mencoba merangkai kata-kata yang sulit keluar. "Ini bukan... bukan Putri Mei Ling."

Para tamu yang menyaksikan kejadian tersebut saling berbisik dan mencemooh perbuatan Pangeran Zhao. Suara mereka seperti desiran angin yang semakin kencang, menambah ketegangan di udara. Beberapa tamu bahkan menutup mulut mereka, berusaha menahan tawa yang hampir meledak.

"Apakah ini lelucon?" seorang tamu berbisik kepada temannya, matanya berbinar penuh ejekan.

"Sepertinya Pangeran Zhao telah tertipu," jawab temannya dengan nada mengejek, sambil menahan tawa.

"Betapa memalukan!" seru seorang wanita dari kerumunan, suaranya penuh cemoohan.

Pangeran Zhao merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke pengantin wanita yang masih berdiri diam dengan kerudung merahnya. Dengan tangan gemetar, ia membuka penutup kepala tersebut. Alangkah terkejutnya Pangeran Zhao ketika melihat wajah pengantin tersebut.

Orang yang ada di balik penutup kepala tersebut adalah seorang waria, dengan dandanan yang cukup tebal dan vulgar. Wajahnya dipenuhi riasan mencolok, dengan bibir merah menyala dan mata yang dihiasi bayangan gelap. Pangeran Zhao mundur selangkah, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pangeran Zhao merasa marah dan malu sekaligus. Ia menoleh ke arah prajurit yang berdiri di dekatnya. "Siapa yang berani melakukan ini padaku?" teriaknya dengan suara yang bergetar.

Prajurit itu hanya bisa menunduk, tidak berani menjawab. Suasana semakin tegang, dan Pangeran Zhao tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang dan penuh dengan pertanyaan yang harus dijawab.

***

Sementara di kediaman Pangeran Li Wei, suasana penuh kebahagiaan dan tawa. Putri Mei Ling dan Pangeran Li Wei, yang baru saja menyelesaikan ritual pernikahan mereka, terkekeh geli. Mereka membayangkan betapa malunya Pangeran Zhao saat itu. Reputasi yang ia jaga selama ini hancur dalam sekejap mata ketika melihat pengantin wanita yang ia kira adalah Putri Mei Ling, ternyata berubah menjadi seorang waria.

Putri Mei Ling, dengan gaun pengantin yang berkilauan di bawah cahaya lentera, menatap suaminya dengan mata berbinar. "Bayangkan wajahnya, pangeran," katanya sambil menahan tawa. "Dia pasti tidak akan pernah melupakan kejadian ini."

Pangeran Li Wei, yang mengenakan jubah kebesaran berwarna merah marun, mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Aku bisa melihatnya sekarang," jawabnya. "Wajahnya pasti memerah seperti tomat. Ini akan menjadi bahan pembicaraan di seluruh kerajaan."

Mereka berdua tertawa lagi, suara mereka bergema di aula besar yang dihiasi dengan bunga-bunga segar dan kain sutra. Aroma harum bunga sakura memenuhi udara, menambah kesan romantis pada malam itu.

Di sudut lain kediaman, para pelayan sibuk membersihkan sisa-sisa perayaan. Lampu-lampu lentera yang tergantung di sepanjang koridor memberikan cahaya hangat, menciptakan bayangan yang menari di dinding. Aroma teh melati yang baru diseduh menyebar, menenangkan siapa saja yang menghirupnya.

Putri Mei Ling duduk di sofa empuk yang dilapisi sutra, menghela napas panjang. "Aku masih tidak percaya kita berhasil mengelabui Pangeran Zhao," katanya, suaranya penuh kelegaan dan kegembiraan.

Pangeran Li Wei duduk di sebelahnya, meraih tangan istrinya dengan lembut. "Ini semua berkat kecerdikan mu, Permaisuri. Kau benar-benar luar biasa," pujinya dengan tulus.

Putri Mei Ling tersenyum, pipinya merona. "Kita harus tetap waspada. Pangeran Zhao pasti tidak akan tinggal diam setelah kejadian ini."

Li Wei mengangguk setuju. "Benar. Kita harus memastikan bahwa kita selalu selangkah lebih maju darinya. Tapi untuk malam ini, mari kita nikmati kemenangan kecil kita."

Mereka berdua saling menatap, merasakan kehangatan dan cinta yang mengalir di antara mereka. Di luar, angin malam berhembus lembut, membawa serta suara gemerisik dedaunan dan nyanyian jangkrik yang menenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!