Gus Hasan yang baru saja pulang dari masjid termangu saat melihat Gus Fakih begitu riangnya bermain ditemani oleh Aisha di halaman belakang.
Ada lengkung yang terbentuk dari sudut bibir Gus Hasan karena kekagumannya terhadap sosok Aisha.
Keduanya asyik bermain sehingga tak menyadari jika ada ranting yang hendak jatuh menimpa mereka.
Gus Hasan yang menyadari akan hal itu segera berlari ke arah Aisha, menarik tangan Aisha dan melindungi dalam pelukannya.
Potongan genting yang terpecah karena tertimpa ranting menggores lengan Gus Hasan yang terbuka karena lengan kemejanya disibakan.
Aisha masih sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi pada mereka, terlebih ia sekarang berada dalam pelukan Gus Hasan. Detak jantung Gus Hasan terdengar jelas di telinganya.
“Mba Ica tangan Om Hasan banyak darahnya!” teriak Gus Fakih menyadarkan keduanya.
Gus Hasan segera melepas Aisha sebelum ada santri lain yang melihatnya.
Ia terduduk di bawah pohon yang tak jauh dari mereka, menahan sakit dengan darah yang terus mengalir dari luka di lengannya.
Aisha yang melihat tetesan darah dari lengan Gus Hasan tak kunjung berhenti, segera membuka tali gamis yang melingkar di pinggangnya, membuat Gus Hasan sontak membulatkan netranya.
Dengan cepat Aisha segera membalut luka Gus Hasan dengan tali gamisnya untuk menghentikan darah yang mengalir.
“Lebih baik kita obati luka Guse di ndalem saja, biar tidak ada salah paham,” tutur Aisha yang khawatir jika ada santri lain yang melihatnya akan salah paham dengan keberadaan mereka.
Gus Hasan menyetujui saran Aisha, lalu melangkah menuju ndalem yang diikuti oleh Aisha yang menuntun Gus Fakih.
“Astaghfirulloh lenganmu kenapa Hasan?” tanya Ning Sabina yang melihat lengan adiknya bersimbah darah meski sudah diikat.
“Tadi Gus Hasan mencoba menolong saya saat ada ranting yang hendak jatuh mengenai saya dan Gus Fakih Ning, lalu lengannya tergores oleh pecahan genting yang ikut berjatuhan juga,” tutur Aisha menjelaskan kejadian sebenarnya.
“Saya akan mengobati luka Gus Hasan dengan peralatan yang saya bawa Ning,” lanjut Aisha undur diri untuk mengambil peralatan medisnya, yang segera diangguki oleh Ning Sabina.
Aisha kembali dengan kotak peralatan medisnya yang sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tak terduga.
Perlahan ia membuka ikatan di lengan Gus Hasan yang tadi ia ikat sendiri.
“Maaf Ning saya butuh es batu untuk menghentikan aliran darahnya.”
“Sebentar Mba ambilkan yah.”
“Fakih main dulu sama Mba Rini yah, Om Hasan mau diobatin dulu sama Mba Ica,” ajak Ning Sabina yang membawa serta putranya keluar. Ia takut jika Gus Fakih trauma melihat darah yang terus mengalir seperti itu.
Aisha sengaja menggunakan sarung tangan steril selain untuk kebersihan juga agar tangannya tidak bersentuhan langsung dengan kulit Gus Hasan yang bukan mahram.
Aisha mengompres luka Gus Hasan dengan es batu yang Ning Sabina bawa.
Gus Hasan terkejut ketika dinginnya es batu menyentuh langsung lengannya yang terluka, ada sedikit perih yang ia tahan.
Setelah dirasa darahnya sudah cukup berhenti, Aisha segera membersihkan luka dengan cairan antiseptik, lalu memberikan obat anestesi di jaringan kulit sekitar luka agar Gus Hasan tak merasakan nyeri saat lukanya dijahit.
Luka Gus Hasan karena goresan potongan genting memang cukup dalam, sehingga mengharuskan Aisha untuk menjahitnya.
Aisha mulai menjahit lukanya, untung saja luka Gus Hasan tidak sedalam sampai jaringan otot, sehingga tidak perlu dibawa ke Rumah Sakit karena Aisha bisa menanganinya sendiri dengan peralatan yang ia bawa.
Ning Sabina yang baru pertama kali melihat proses penjahitan luka bergidik ngeri dengan sesekali menggigit bibirnya sendiri. Pun dengan Gus Hasan yang sudah memejamkan matanya sambil menggigit sorbannya sendiri menahan ngeri melihat Aisha begitu lihainya menjahit lukanya seperti sedang menjahit kain.
Setelah lukanya tertutup, Aisha membersihkan kembali dengan desinfektan, kemudian menutupnya dengan kassa steril yang dibasahi dengan betadine lalu dibebat dengan perban.
“Sudah selesai Gus,” ucap Aisha yang membuat Gus Hasan memberanikan diri membuka matanya.
“Alhamdulillah, terimakasih ya Sha.”
“Saya yang berterimakasih karena Guse sudah menolong saya, dan maaf jadi harus Guse yang terluka.”
“Sudah kewajiban kita untuk saling menolong sesama.”
“Kapan jahitan Hasan bisa dibuka Sha?” kini Ning Sabina yang bertanya.
“Sekitar sepuluh harian Ning, tapi lukanya harus dijaga agar tetap steril yah,” jawab Aisha takdim.
“Yah kalo Mba sih mana tau ngerawat yang kayak gitu Sha, nanti kamu saja yah yang membantu Hasan jika harus ganti perban.
“Nggeh Ning, nanti jika waktunya mengganti perban saya akan membantu Gus Hasan.”
“Maaf ya Sha jika harus merepotkan kamu.”
“Ndak apa-apa Gus, anggap saja ini sebagai ungkapan terimakasih saya. Kalo begitu saya permisi ke kamar lagi Nggeh Ning, Gus,” tutur Aisha seraya merapikan peralatan medisnya lalu kembali ke kamarnya.
***
"Udah dapet kabar tentang Aisha?” tanya Azka tiba-tiba.
“Apa lo masih berharap sama Aisha?” jawab Faris yang malah balik bertanya.
“Lo tenang aja, gue gak akan merebut Aisha kok,” jawab Azka santai yang seakan mengerti kekhawatiran Faris karena pertanyaannya tadi.
“Kenapa? Lo udah ngalah?”
“Gue bukan ngalah, gue cuma belajar menerima takdir kalo Aisha memang mungkin bukan jodoh gue, kita udah berakhir. Dan sekarang dengan gue punya Rafa itu sudah lebih dari cukup buat gue Ris,” tutur Azka dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
“Oke karena lo udah mundur dari Aisha maka gue juga akan jujur sama lo kalo gue udah tau dimana Aisha sekarang.”
“Terus apa rencana lo?”
“Insya Allah nanti kalo udah saatnya gue bakal kasih tau lo.”
“Curang lo!” jawab Azka menepuk lengan Faris.
***
“Assalamualaikum ….” ucap Aisha ketika kembali ke kamarnya.
“Waalaikumsalam, Mba Aisha!” jawab Rini yang sangat berbinar begitu melihat Aisha yang datang.
Rini segera menarik tangan Aisha dan mendudukannya di atas ranjang.
“Ada apa sih Rin, kok Mba ditarik-tarik?” tanya Aisha bingung.
“Mba Aisha gak usah pura-pura lupa loh, ayo cepetan jelasin sama Rini kenapa tadi Mba Aisha keluar dari ndalem sama Gus Hasan dan Ning Sabina?”
“Ya Alloh Mba kira ada apa,” jawab Aisha menghela napas lega.
Aisha pikir tadi ada yang menyaksikan aksi heroik Gus Hasan saat menyelamatkan dirinya dari ranting dan genting yang berjatuhan.
“Cepetan Mba! Rini kepo nih,” ucap Rini mengguncang-guncangkan bahu Aisha.
“Tadi tuh Mba cuma bantuin ngejahit lukanya Gus Hasan kok, di sana juga ada Ning Sabina.”
“Ada Bu Nyai sama Pak Kyai ndak?”
“Beliau sedang pergi haolan katanya.”
“Eh tapi kenapa Gus Hasan sampe terluka? Bahkan dijahit lagi?”
“Tadi beliau nolongin Mba waktu ada ranting yang mau menimpa Mba sama Gus Fakih pas lagi main di halaman belakang.”
“Ih senengnya ditolongin sama Guse. So sweet banget sih Gus Hasan sama Mba yah,” goda Rini.
“Hus ngawur kamu! Orang beliau mungkin gak mau Gus Fakih kenapa-kenapa, ya kebetulan aja ada Mba di sana yang lagi sama Gus Fakih.”
“Ih kayaknya gak deh Mba, keliatan tahu Mba selama ini tatapan Gus Hasan ke Mba sama ke santri yang lainnya itu beda. Buktinya aja beliau sampe rela terluka.”
“Hus ada-ada aja kamu ini, gak baik ah ngomongin orang. Apalagi beliau guru kita.”
***
“Assalamualaikum ….” ucap Faris seraya mengetuk pintu rumah Aisha.
“Waalaikumsalam ….” jawab Maya dari dalam rumah.
“Eh nak Faris, ayo masuk nak,” ajak Maya ketika mengetahui bahwa Faris yang datang berkunjung.
“Ini ada sedikit oleh-oleh bu,” ucap Faris menyerahkan kantong kresek ditangannya pada Maya.
“Wah memangnya nak Faris habis dari mana?”
“Faris abis silaturahmi ke Bukde sama Pakde di Yogyakarta bu.”
Deg … Maya sedikit terkejut mendengar pernyataan Faris.
“Apa nak Faris sudah tahu keberadaan Aisha? Tapi dari siapa? Ah sepertinya tidak, Yogyakarta kan luas."
“Oh pantas saja beberapa hari ini kamu nggak main ke rumah.”
“Iya Faris memang sengaja ngambil cuti buat ke Yogyakarta bu.”
Maya hanya manggut-manggut mengiyakan.
“Bu ….”
“Kenapa?” tanya Maya bingung dengan perubahan raut Faris.
“Ada yang ingin Faris bicarakan serius sama ibu.”
Bersambung ….
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
IG: Saya_Muchu
20 like telah mendarat, semangat up thor
2021-07-20
0
mutoharoh
Haaaadiiirrrr.....
buat lanjutin boom like 😁😁😁😁💪
2021-07-06
0
Ria Diana Santi
Hai Thor! Aku mampir!
Boom like dari awal sampai sini, ya!
Rate favorit n like udah, ya.
Semangat up-nya Thor!
Mari saling dukung! 🤗🤗❤️🥰
2021-05-02
0