Hari ini Aisha ditugaskan oleh Maya mengantar makanan untuk Faris di Rumah Sakit, kebetulan memang hari ini Aisha tidak ada jadwal ke kampus.
Bukan tanpa alasan Maya menyuruh putrinya, melainkan agar Aisha bisa kembali pada kehidupan normalnya tanpa terus menerus berkutat dengan kepergian Faris.
Aisha memilih untuk menaiki bus, menikmati ramainya kehidupan oleh orang-orang yang berlalu lalang.
Tersisa satu kursi kosong saat dirinya menaiki bus yang berhenti di depan halte tempatnya menunggu.
Baru saja Aisha mendudukan tubuhnya di kursi penumpang yang sudah cukup usang, ada seorang wanita tua yang sudah membungkuk tengah tergopoh mencari-cari kursi kosong.
Aisha geram melihat seorang pemuda yang nampak segar bugar justru terduduk dengan santainya saat wanita tua itu tergopoh melewatinya.
Bukan Aisha jika tega bersantai ria melihat orang lain membutuhkan pertolongan.
“Mari sebelah sana Nek,” ajak Aisha menuntun wanita tua itu menuju kursinya.
“Lah kamu bagaimana Nduk?” tanya wanita tua itu.
“Saya sebentar lagi turun kok Nek,” bohong Aisha.
Dengan berbinar, wanita tua itu duduk di kursi yang semula Aisha duduki.
Aisha mengeratkan pegangannya ketika bus yang dinaikinya melewati jalanan yang cukup berbelok, tentu saja agar tubuhnya tak sampai ambruk, terutama rantang makanan yang Maya amanatkan untuk Faris.
Aisha melirik arloji yang melingkar di pergelangannya, sudah hampir lima belas menit Aisha berdiri dan jarak Rumah Sakit masih lumayan jauh.
Tiba-tiba laju bus melambat ketika melewati persimpangan dekat alun-alun kota, kendaraan di depannya sama sekali tak bergerak.
Para penumpang mulai ramai menebak-nebak apa gerangan yang terjadi di depan sana. Sirene ambulan tiba-tiba saling bersahutan.
Dari posisinya yang berdiri, terlihat jelas oleh Aisha banyak garis polisi yang terpasang.
Tim medis berlarian untuk memberikan pertolongan. Rupanya sebuah kecelakaan telah terjadi.
Beberapa kali Aisha mengucap kalimat istirja’, dari dalam bus netranya menangkap seorang wanita sebayanya terduduk di belakang mobil yang sudah tak berbentuk tengah sibuk menepuk-nepuk pipi seorang anak kecil di pangkuannya.
Sangat tidak manusiawi jika Aisha hanya mematung menyaksikan pemandangan dihadapannya, ia memutuskan untuk turun dari bus yang tidak bergerak itu, menghampiri wanita yang tadi ia lihat dari dalam bus.
Langkah Aisha sempat terhenti oleh seorang polisi yang berjaga di lokasi kejadian.
“Saya mahasiswa kedokteran yang sudah selesai koas Pak,” tutur Aisha sambal terburu-buru mengeluarkan kartu tanda mahasiswanya.
Beberapa saat polisi tersebut memeriksa kartu mahasiswa Aisha sebelum akhirnya membolehkan Aisha melewati garis polisi untuk ikut andil membantu korban kecelakaan tersebut.
Aisha mencoba memeriksa nadi anak yang tengah tergeletak di pangkuan wanita yang tadi Aisha lihat dari dalam bus, dan ternyata nadinya sangat lemah.
“Mba tolong selamatkan anak saya,” tutur wanita itu panik yang ternyata adalah ibu korban.
Sebagai seorang dokter yang baru saja menyelesaikan program profesinya, Aisha cukup gemetar menyaksikan kecelakaan semacam itu, jiwanya belum terlalu terbiasa dengan pemandangan tersebut.
Aisha berusaha memberikan pertolongan pertama pada si anak sembari menunggu tim medis datang.
Ia mencoba menyadarkan korban dengan memposisikannya secara terlentang dan menaikan kakinya lebih tinggi sekitar 30 cm dari dada agar mengembalikan aliran darah kembali ke otak.
Tak lupa semua pakaian anak itu pun Aisha longgarkan agar lebih mudah untuk bernapas.
Beberapa menit lamanya anak itu tetap belum sadarkan diri, Aisha memutuskan untuk memberikan napas buatan sambil menunggu tim medis datang, akhirnya anak tersebut sadarkan diri meski keadaannya sangat lemah.
Aisha baru bisa bernapas lega karena akhirnya usahanya membuahkan hasil, ibu si anak juga tak henti-hentinya berkali-kali mengucapkan terima kasih padanya.
Aisha melirik rantang makanan untuk Faris yang sejak tadi tak lepas dari genggamannya, lalu memutuskan untuk segera ke Rumah Sakit menghampiri Faris setelah tim medis datang memberikan pertolongan lanjut pada anak yang tadi ia tolong.
***
"Permisi, Mba apa dokter Faris ada di ruangannya?" tanya gadis berjilbab pashmina dusty.
"Sebentar ya Mba saya hubungi dulu," jawab resepsionis ramah. Aisha hanya menggangguk mengiyakan.
"Ada seseorang yang mencari anda Dok," terdengar resepsionis berbicara dengan Faris di telepon.
"Dengan Mba siapa?" tanya resepsionis.
"Ah saya Aisha," jawab Aisha spontan,lalu kembali menunggu resepsionis menyelesaikan teleponnya dengan Faris.
"Mba silahkan langsung ke ruangan Dokter Faris, beliau sedang istirahat," titah resepsionis ramah.
Aisha langsung melangkah menuju ruangan Faris setelah berterima kasih pada resepsionis tadi, tanpa bertanya di sebelah mana ruangan Faris. Tentu Aisha sudah hapal ruangan sahabatnya itu.
***
"Assalamualaikum," sapa Aisha ketika masuk ke ruangan Faris.
"Waalaikumsalam, cantik banget ... habis ketemu siapa sih?" tanya Faris spontan.
Sejujurnya itu bukan sekedar candaan, melainkan memang ungkapan tulus dari hatinya.
"Ih apa sih Faris, aku kan kesini memang mau ketemu kamu," jawab Aisha kesal, bibirnya mengerucut menambah kesan gemas bagi Faris yang melihatnya.
"Oh jadi dandan cantiknya buat aku?" racau Faris menggoda sahabatnya.
"Ih pede ya kamu, cantik mah udah dari sananya tau," jawab Aisha bertambah kesal.
"Iya iya Aisha yang selalu cantik, hue hue ...." goda Faris dengan gaya seperti orang mual.
"Farissss ...." teriak Aisha semakin kesal.
"Suttt ... kamu mau diusir security berisik di Rumah Sakit," jawab Faris semakin menggoda Aisha.
"Kamu sih," jawab Aisha kesal.
"Nih dari Ibu, takut kamu belum makan katanya," lanjutnya seraya menyodorkan rantang makanan yang dibawakan Maya.
"Masya Alloh ... Luv banget deh bu Maya. Bilangin kata Faris ganteng makasih gitu," ucap Faris dengan percaya dirinya.
"Hue ... Hue," jawab Aisha kembali meledek Faris.
"Loh baju kamu kenapa ada darahnya Sha? Kamu kenapa?" tanya Faris panik saat melihat bercak darah di lengan kemeja Aisha yang berwarna putih.
Faris langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri Aisha.
Aisha melirik kemejanya, ia sendiri tak menyadarinya.
"Oh ini bukan darah aku, mungkin tadi darah anak kecil yang kecelakaan."
"Kecelakaan? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" lanjut Faris tergesa menggiring Aisha untuk duduk di sofa yang sudah disediakan di ruangannya.
"Aku nggak apa-apa Faris, cuma tadi emang ada kecelakaan waktu aku mau ke sini. keliatannya tadi tim medis juga kewalahan banget, jadi aku turun dulu buat bantu mereka. Makanya makanan kamu agak dinging yah?"
"Alhamdulillah … ya ampun kamu masih sempet-sempetnya mikirin makanan buat aku," tutur Faris yang baru bisa bernapas lega mendengar Aisha baik-baik saja.
"Ya udah kamu makan dulu gih! Udah dingin nanti tambah dingin."
Setelah meletakan makanan yang Aisha bawa, Faris melangkah menuju lemari di samping mejanya, mengambil salah satu kemejanya yang memang sengaja ia siapkan untuk berjaga-jaga jika harus mendadak lembur.
"Nih ganti baju dulu," tutur Faris memberikan kemeja putihnya pada Aisha.
Aisha segera melangkah ke kamar mandi di ruangan Faris untuk mengganti bajunya yang terkena bercak darah, sedangkan Faris lebih memilih untuk menyantap makanannya sembari menunggu Aisha.
Beberapa saat kemudian Aisha keluar dengan kemeja putih yang agak kebesaran, namun ia masukan ke dalam rok plisketnya yang senada dengan hijabnya, juga lengannya yang dilipat karena terlalu panjang.
"Cocok nggak?" tanya Aisha mematut dirinya dihadapan Faris.
"Tetep cantik kok," jawab Faris yang membuat Aisha merona.
"Ayo makan! Pasti kamu belum makan juga?" lanjut Faris yang hanya dijawab oleh kekehan Aisha.
"Faris tau nggak?" tanya Aisha seraya menyaksikan Faris menyantap hidangan yang ia bawa.
"Hmmm ...." Faris hanya menjawab dengan deheman, ia terlalu fokus pada makanannya.
"Faris ih dengerin," ucap Aisha kesal dengan jawaban Faris.
"Iya iya Aisha Ameera Al-Insani."
"Aku dapet SIP (Surat Izin Praktek) internship di Rumah Sakit ini loh," ucap Aisha antusias.
"Uhuk ... Uhuk," tiba-tiba Faris tersedak makanannya mendengar pernyataan Aisha. Hatinya terlalu gembira mendengar kabar itu.
"Serius kamu?" tanya Faris antusias.
"Serius tau," jawab Aisha tak kalah antusias.
"Habis makan kamu ikut aku oke?" lanjut Faris.
"Kemana ih?" tanya Aisha penasaran.
"Ada deh, pokoknya surprise," jawab Faris menggoda.
"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana. Aku ada operasi satu lagi, sekitar empat puluh menit," lanjutnya.
"Gila! Kamu nyuruh aku nungguin kamu sendirian di sini 40 menit? Kamu mau aku mati kebosenan di sini?" tanya Aisha kesal.
"Ih lebay deh kamu," jawab Faris enteng.
"Bye ...." lanjutnya seraya meninggalkan ruangan.
***
"Faris kita mau kemana sih?" tanya Aisha penasaran.
"Ih berisik deh kamu! namanya juga surprise."
"Aw ... sakit tau," rintih Faris ketika Aisha tiba-tiba mencubit kecil pinggangnya.
"Bodo amat,"jawab Aisha kesal.
Aisha benar-benar dibuat penasaran dengan tujuan mereka saat ini, ia larut dalam lamunan kemungkinan tempat yang akan mereka tuju. Hingga Aisha tak sadar jika Faris telah menghentikan mobilnya.
"Ayo turun," ajak Faris setelah memarkirkan mobil.
Aisha hanya menggangguk mengiyakan. Dia terlalu sibuk dengan lamunannya setahun silam saat Faris justru membawanya ke tempat ini, tentunya kenangannya bersama Azka.
"Kita tuh harus ngerayain kedatangan kamu di Rumah Sakit tahu Sha, makanya aku bawa kamu ke sini. Gimana suka gak?" ucap Faris antusias.
"Mas Azka," ucap Aisha kosong.
Dia benar-benar larut dengan lamunannya bersama Azka dulu. Dia tak sadar jika pria di hadapannya bukanlah Azka yang telah meninggalkannya.
Seketika senyum di wajah Faris memudar, hatinya sesak mendengar nama yang Aisha panggil.
"Aku Faris Zein Abdullah, bukan Azka!"
***
Bersambung ...
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Syafira
aku mampir lagi
2022-06-20
0
Senajudifa
hadir thor
2022-05-27
0
Zhree
fasian kesian yaaakkk
2022-05-25
0