"Andai aku yang datang lebih dulu dari Azka Sha, mungkin aku bisa punya kesempatan mendapatkan posisi yang sama dengan Azka di hatimu," gumam Faris.
Flashback on
"Terimakasih ya Mas sudah nolongin saya, mungkin kalau gak ada Mas, tas saya sudah raib dibawa jambret tadi," ucap gadis cantik berkerudung silver.
"Ah saya hanya perantara dari Allah saja Mba," jawab Faris santai.
"Loh kamu kuliah di Airlangga juga?" tanya Faris ketika tak sengaja melihat kartu mahasiswa gadis yang dia tolong terjatuh.
"Ah iya Mas," jawab gadis itu sopan.
"Kita satu kampus dong yah, kalo gitu gak usah sungkan, panggil aja aku Faris, Faris Zein Abdullah," ucap Faris memperkenalkan diri.
"Oh baik, saya Aisha, Aisha Ameera Al-Insani," jawab gadis itu menyebutkan nama panjangnya.
"Memangnya kamu lagi ngapain di sini sendirian Aisha?" tanya Faris memulai percakapan.
"Aku mau pulang, ini lagi nungguin angkot," jawab Aisha masih terlihat sungkan.
"Ya ampun udah sore gini mana ada angkot lewat Sha."
"Ah aku gak tahu, aku mahasiswa baru di sini," jawab Aisha terlihat bingung.
"Pantesan, ya udah gimana kalau kamu aku anterin?" tanya Faris segera.
"Hah?" jawab Aisha bingung.
"Tenang aja, aku gak berniat jahat kok. Aku cuma khawatir aja takutnya jambretnya balik lagi," terang Faris seakan mengerti kekhawatiran Aisha.
"Apa gak ngerepotin?" jawab Aisha ragu.
"Gak usah sungkan Aisha, anggap aja mulai sekarang kita berteman oke?"
Aisha hanya menggangguk mengiyakan.
"Sekarang kamu tinggal tunjukin rumah kamu ke arah mana," lanjut Faris seraya menghidupkan 'ninja' miliknya.
"Sepertinya kamu sudah sangat hapal dengan lingkungan di sini ya?" tanya Aisha polos.
"Ya gitu lah, aku udah lagi ngelanjutin residen di sini."
"Wah kita satu fakultas yah. Ah kalo gitu kamu jauh di atas aku dong, masa aku manggil kamu langsung pake nama, kan gak sopan," jawab Aisha malu mendengar jawaban Faris.
"Santai aja Sha, kan sekarang kita teman," jawab Faris enteng.
"Oke karena kita teman dan kita di fakultas yang sama, aku boleh dong kapan-kapan minta bantuan kamu."
"Baik nona Aisha Ameera Al-Insani." keduanya terkekeh bersama, hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di pelataran rumah Aisha.
Flashback off
"Sejak awal kita kenal, aku yakin kamu memang gadis yang baik Sha. Sayang, Azka yang lebih dulu memenangkan hatimu," keluh Faris muram.
Flashback on
"Sha ayo pulang," ajak Faris menghampiri Aisha di depan kampus.
"Gak usah Faris, kamu duluan aja. Aku lagi nunggu seseorang," tolak Aisha ramah.
"Ah itu orangnya," lanjut Aisha berseri.
Terlihat dari kejauhan seseorang itu tersenyum ke arah mereka.
"Faris kenalin ini Mas Azka, tunangan aku," ucap Aisha berseri ketika Azka sudah sampai dihadapan mereka.
"Pantas saja sejak tadi Aisha terlihat begitu ceria."
Entah mengapa hatinya sesak mendengar Aisha sudah bertunangan, tapi dia belum paham rasa apa itu sebenarnya.
"Ah Mas Azka kenalin ini Faris, teman aku, dia juga yang nolongin aku waktu itu," terang Aisha.
"Oh, terima kasih ya Faris sudah menolong Aisha," ucap Azka.
"Santai aja, kita kan memang berteman," ada nada aneh pada jawaban Faris.
Sepulang dari kampus, Faris menghabiskan waktunya di ruang fitness pribadinya. Karena jadwalnya sebagai seorang calon dokter yang selalu padat membuatnya kesulitan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan bela diri di luar, maka ia memilih untuk berlatih sendiri di rumahnya.
Namun sepadat apapun kegiatannya tetap tidak bias dipungkiri bahwa fitrah seorang lelaki adalah sebagai pelindung, pelindung bagi keluarganya kelak.
Sejak tadi kedua tangan Faris tak henti-hentinya memukuli benda bulat berbentuk seperti sosis yang tergantung ke langit-langit atap.
“Tumben semangat sekali Mas.” Pak Toni datang dengan membawakan segelas jus untuk Faris.
Pak Toni adalah salah satu pegawai kepercayaan keluarga Faris, apalagi sejak meninggalnya kedua orang tua Faris, beliaulah salah satu orang yang selalu ada untuk Faris setelah keluarga Bukdenya di Yogyakarta.
Melihat majikannya yang sama sekali tak menggubris perkataannya, Pak Toni menghentikan kegiatan yang Faris lakukan dengan menahan benda yang sejak tadi Faris pukuli.
“Kenapa sih Mas? Liat itu tangannya sudah memar begitu! Semangat boleh, tapi ya nggak sampe nyiksa diri sendiri juga kan?” tutur Pak Toni berhasil menghentikan kegiatan Faris.
Dia melihat buku-buku jarinya sendiri yang memerah, bahkan ada yang sudah berdarah. Tapi aneh, ia tak merasakan sakit sama sekali, justru semua rasa sakitnya seperti terkumpul di bagian dada.
“Faris kenalin ini Mas Azka, tunangan aku.”
Mengingat apa yang Aisha katakana tadi di kampus membuat Faris uring-uringan tak jelas.
Tubuh Faris terkulai lemas di lantai, ia baru merasakan kelelahan. Pak Toni juga ikut menjatuhkan dirinya di samping majikannya yang sedang galau itu.
“Ada masalah di kampus? Atau masalah cewe?” tanya Pak Toni yang melihat raut wajah Faris yang sulit ditebak.
“Entahlah …,” jawab Faris sambil melepas body protector yang ia pakai.
“Mas Faris masih punya saya yang insya Allah selalu bersedia mendengarkan keluh kesah Mas Faris. Jangan menyimpan semuanya sendirian Mas!”
Faris hanya menjawabnya dengan senyuman dengan dadanya yang terlihat masih naik turun kelelahan.
Entahlah, saat sedih pun ia tak bisa mengatakan apapun, tak ada yang tahu perasaannya pada Aisha saat ini kecuali Rabb-nya.
Flashback off
"Semakin aku kenal kamu, aku semakin paham pada hatiku Sha, kalau hatiku sudah bergantung padamu. Dan rasa itu gak pernah berkurang sedikitpun, walau aku tahu Azka telah lebih dulu memilikimu. Semoga Allah mendengar doa-doaku tentang kamu, meski kamu tak pernah tahu sedikitpun tentang perasaanku," gumam Faris dalam diamnya.
***
Flashback on
“Gimana betah nggak di kampus barunya?” tanya Azka ketika dirinya dan Aisha dalam perjalanan pulang dari kampus.
“Emmm betah kok,” jawab Aisha mengangguk-anggukan kepalanya.
“Maaf yah kemaren Mas nggak bisa jemput kamu, meeting di kantor bener-bener nggak bias ditinggalin, jadi hampir kena todong penjahat deh,” tutur Azka dengan raut penyesalan.
“Nggak apa-apa Mas, Alhamdulillah kemaren ada Faris yang nolongin aku kok,” jawab Aisha menenangkan kekasihnya.
“Tapi kan tetep aja Mas nggak tenang.”
“Lagian Mas juga nggak perlu repot-repot anter jemput aku tiap ke kampus kok, aku kan bias naik angkutan umum juga.”
“Nggak ngerepotin lah, kamu itu calon istri Mas, dan Mas nggak mau kamu kenapa-kenapa.”
“Aku tau Mas sibuk sama kerjaan di kantor.”
“Sesibuk apapun, kamu tetep prioritas dalam hidup Mas,” tutur Azka yang membuat Aisha tersipu.
“Faris satu fakultas sama kamu?” lanjut Azka.
“Iya, tapi dia udah lagi ngelanjutin residen.”
“Kayaknya Faris suka deh sama kamu,” tutur Azka yang sontak membuat Aisha membulatkan netranya.
“Ih apaan sih, kita cuma temenan aja kok, lagian kita juga baru kenal.”
“Mas juga cowo Sha, Mas tau lah gimana gerak-gerik cowo kalo lagi suka sama seseorang.”
“Oh ceritanya lagi cemburu sekarang?” tanya Aisha menggoda Azka.
“Ih nggak lah. Orang jelas-jelas kamu milik Mas kok, kenapa harus cemburu,” jawab Faris dengan percaya dirinya, yang tentunya mengundang tawa Aisha karena tingkahnya.
Flashback off
“Sungguh aku tak sanggup, karena sedikit saja kamu terlintas di pikiran, semua memori tentang kita selalu berputar sempurna menguasai pikiran dan hatiku,” rintih Aisha dalam diamnya memandangi gambar Azka yang masih terpampang jelas di layar ponselnya.
***
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
🍾⃝🐇ωεɪıɑ xɪɑи⍣⃝కꫝ 🎸
aku suka cerita kak semangat yaa
2022-06-11
0
Mom FA
hallo aku mampir ya torr🤗 sudah aku fav🤗
2022-06-08
0
alien
oalah udah dari lama toh faris suka aisha
2020-12-19
1